17 Juni, 2025

Islam dan Keadilan Sosial

Keadilan sosial merupakan prinsip utama dalam ajaran Islam yang mencerminkan kesetaraan, hak asasi, dan tanggung jawab antar sesama manusia. Dalam Islam, keadilan (al-‘adl) bukan hanya konsep teoritis, tetapi menjadi fondasi dalam hubungan sosial, ekonomi, dan politik. Nilai ini ditegaskan dalam Al-Qur’an dan diamalkan langsung oleh Nabi Muhammad dalam kehidupannya.

1. Definisi Keadilan Sosial dalam Islam

Secara etimologis, al-‘adl berarti meletakkan sesuatu pada tempatnya secara proporsional dan adil. Dalam konteks sosial, keadilan Islam berarti memperlakukan manusia secara seimbang tanpa diskriminasi, baik dalam aspek hukum, ekonomi, maupun hak sosial.

Allah berfirman:

إِنَّ ٱللَّهَ يَأْمُرُ بِٱلْعَدْلِ وَٱلْإِحْسَـٰنِ

"Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan..."
(QS. An-Nahl: 90)

Ayat ini sering disebut sebagai fondasi Islam dalam menegakkan keadilan universal, termasuk keadilan sosial bagi semua golongan.

 

2. Prinsip-Prinsip Keadilan Sosial dalam Islam

a. Kesetaraan di Hadapan Hukum

Semua manusia memiliki kedudukan yang sama di hadapan hukum Allah. Rasulullah bersabda:

إِنَّ قَبْلَكُمْ لَقَوْمًا كَانُوا إِذَا سَرَقَ الْعَظِيمُ مِنْهُمْ تَرَكُوهُ، وَإِذَا سَرَقَ الصَّغِيرُ فَأَقَامُوا عَلَيْهِ الْحُدُودَ

"Sesungguhnya orang-orang sebelum kalian binasa karena mereka jika orang mulia mencuri, dibiarkan. Tetapi jika orang lemah mencuri, ditegakkan hukum atasnya..."
(HR. Bukhari dan Muslim)

b. Pemenuhan Hak Sosial Ekonomi

Islam memerintahkan agar hak-hak dasar manusia seperti makanan, pakaian, tempat tinggal, dan pekerjaan dipenuhi. Oleh karena itu, zakat, infak, dan sedekah menjadi mekanisme distribusi kekayaan yang adil dalam masyarakat.

خُذْ مِنْ أَمْوَالِهِمْ صَدَقَةً تُطَهِّرُهُمْ وَتُزَكِّيهِم بِهَا ۖ وَصَلِّ عَلَيْهِمْ ۖ إِنَّ صَلَاتَكَ سَكَنٌ لَّهُمْ ۗ وَاللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ

“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka, dan berdoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu menjadi ketenangan bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”
(QS. At-Taubah: 103)

c. Larangan Eksploitasi dan Penindasan

Islam sangat menentang praktik eksploitasi. Riba, penipuan, monopoli, dan penindasan dilarang keras. Allah mengutuk ketidakadilan yang dilakukan oleh penguasa maupun individu terhadap sesama.

وَلَا تَأْكُلُوا۟ أَمْوَٰلَكُم بَيْنَكُم بِٱلْبَٰطِلِ وَتُدْلُوا۟ بِهَآ إِلَى ٱلْحُكَّامِ لِتَأْكُلُوا۟ فَرِيقًۭا مِّنْ أَمْوَٰلِ ٱلنَّاسِ بِٱلْإِثْمِ وَأَنتُمْ تَعْلَمُونَ

“Dan janganlah sebagian kamu memakan harta sebagian yang lain di antara kamu dengan jalan yang batil, dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu kepada para hakim supaya kamu dapat memakan sebagian daripada harta benda orang lain itu dengan cara berbuat dosa, padahal kamu mengetahui.”

 (QS. Al-Baqarah: 188)

 

3. Implementasi Keadilan Sosial dalam Sejarah Islam

Dalam sejarahnya, Nabi Muhammad dan Khulafaur Rasyidin telah memberikan contoh keadilan sosial yang nyata. Umar bin Khattab RA terkenal sangat tegas dalam menegakkan keadilan, bahkan terhadap pejabat dan keluarganya sendiri.

Kebijakan Khalifah Umar seperti Baitul Mal (pusat distribusi keuangan negara), jaminan sosial bagi anak yatim dan lansia, hingga pengawasan harga pasar adalah contoh konkret dari sistem Islam yang memperjuangkan kesejahteraan seluruh rakyat.

 

4. Relevansi Keadilan Sosial Islam di Era Modern

Di tengah ketimpangan ekonomi, diskriminasi sosial, dan krisis kemanusiaan, nilai-nilai keadilan sosial dalam Islam menjadi solusi relevan dan universal. Islam mengajarkan bahwa tidak ada keunggulan seseorang atas yang lain kecuali dengan takwa, sebagaimana ditegaskan dalam QS. Al-Hujurat: 13.

 

Islam bukan sekadar agama ritual, tetapi sistem hidup yang menyeluruh dan adil. Keadilan sosial adalah bagian tak terpisahkan dari syariat Islam yang bertujuan menciptakan masyarakat sejahtera, harmonis, dan beradab. Oleh karena itu, sebagai umat Islam, kita dituntut untuk memperjuangkan keadilan dalam setiap aspek kehidupan—baik sebagai individu, masyarakat, maupun negara.

 

📖 Referensi:

  1. Al-Qur’anul Karim
  2. Shahih Bukhari dan Muslim
  3. Sayyid Qutb, Fi Zhilal al-Qur’an
  4. Yusuf al-Qaradawi, Fiqh al-Zakah
  5. Abu al-A’la al-Maududi, The Islamic Way of Life

 


Islam dan Keadilan Sosial

Islam dan Keadilan Sosial
(Dr. Abdul Munir, M.Pd.I/Penyuluh Agama Islam Kab. Bima)

Islam adalah agama yang tidak hanya mengatur hubungan manusia dengan Allah (hablun minallah), tetapi juga mengatur hubungan antar manusia (hablun minannas). Salah satu nilai utama yang ditekankan dalam ajaran Islam adalah keadilan sosial. Dalam Al-Qur’an dan hadits Nabi Muhammad , kita menemukan banyak perintah untuk menegakkan keadilan dalam berbagai aspek kehidupan — ekonomi, hukum, sosial, dan politik.

Islam Mewajibkan Keadilan

Allah berfirman:

إِنَّ ٱللَّهَ يَأْمُرُ بِٱلْعَدْلِ وَٱلْإِحْسَـٰنِ...
"Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan..."
(QS. An-Nahl: 90)

Ayat ini menjadi dasar bahwa keadilan adalah perintah ilahi, bukan sekadar pilihan moral. Islam memandang keadilan sebagai salah satu pilar utama berdirinya masyarakat yang sehat.

Prinsip-Prinsip Keadilan dalam Islam

1.      Keadilan Tanpa Diskriminasi
Rasulullah bersabda:

إِنَّمَا أَهْلَكَ الَّذِينَ قَبْلَكُمْ أَنَّهُمْ كَانُوا إِذَا سَرَقَ فِيهِمُ الشَّرِيفُ تَرَكُوهُ، وَإِذَا سَرَقَ فِيهِمُ الضَّعِيفُ أَقَامُوا عَلَيْهِ الْحَدَّ

"Sesungguhnya orang-orang sebelum kalian binasa karena apabila orang mulia mencuri, mereka membiarkannya. Tetapi jika orang lemah mencuri, mereka menegakkan hukum padanya." (HR. Bukhari dan Muslim)

Hadis ini menegaskan bahwa hukum dan keadilan tidak boleh berpihak kepada golongan tertentu. Siapa pun yang berbuat salah harus diberlakukan dengan adil.

2.      Menjaga Hak Kaum Lemah dan Fakir Miskin
Islam menempatkan perhatian besar kepada kaum dhuafa. Dalam Al-Qur’an, zakat dan sedekah bukan hanya anjuran spiritual, tapi juga instrumen distribusi kekayaan untuk menyeimbangkan ketimpangan ekonomi.

خُذْ مِنْ أَمْوَٰلِهِمْ صَدَقَةً تُطَهِّرُهُمْ وَتُزَكِّيهِم بِهَا وَصَلِّ عَلَيْهِمْ ۖ إِنَّ صَلَاتَكَ سَكَنٌ لَّهُمْ ۗ وَٱللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ

"Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan menyucikan mereka dan berdoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui." (QS. At-Taubah: 103)

3.     Menolak Perampasan Hak dan Korupsi

وَلَا تَأْكُلُوٓا۟ أَمْوَٰلَكُم بَيْنَكُم بِٱلْبَٰطِلِ وَتُدْلُوا۟ بِهَآ إِلَى ٱلْحُكَّامِ لِتَأْكُلُوا۟ فَرِيقًۭا مِّنْ أَمْوَٰلِ ٱلنَّاسِ بِٱلْإِثْمِ وَأَنتُمْ تَعْلَمُونَ

"Dan janganlah sebagian kamu memakan harta sebagian yang lain di antara kamu dengan jalan yang batil dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebagian daripada harta benda orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, padahal kamu mengetahui." (QS. Al-Baqarah: 188)

Ayat ini mengutuk keras praktik ketidakadilan ekonomi seperti korupsi, manipulasi hukum, dan penindasan terhadap rakyat kecil.

Keadilan Sosial dalam Kehidupan Nyata

Islam mendorong umatnya untuk aktif dalam membela keadilan: membela hak orang tertindas, menegakkan hukum dengan jujur, memberikan bantuan kepada fakir miskin, dan menolak sistem yang menyengsarakan rakyat.

Seorang Muslim sejati adalah mereka yang merasa tenang ketika orang lain juga hidup dalam ketenangan dan kesejahteraan.

Keadilan sosial adalah salah satu manifestasi nyata dari keimanan kepada Allah . Seorang hamba tidak sempurna imannya jika ia membiarkan ketidakadilan terjadi di sekitarnya. Menegakkan keadilan adalah ibadah sosial yang besar pahalanya, dan Islam telah memberikan petunjuk yang sempurna untuk mewujudkannya.

إِنَّ ٱللَّهَ يَأْمُرُ بِٱلْعَدْلِ وَٱلْإِحْسَـٰنِ وَإِيتَآىِٔ ذِى ٱلْقُرْبَىٰ وَيَنْهَىٰ عَنِ ٱلْفَحْشَآءِ وَٱلْمُنكَرِ وَٱلْبَغْىِ ۚ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ

"Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil, berbuat kebajikan, dan memberi kepada kerabat, serta melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran." (QS. An-Nahl: 90)

 


14 Juni, 2025

Istri Shalihah: Tiang Penyangga Rumah Tangga

Dalam Islam, keluarga merupakan unit dasar masyarakat. Ketahanan dan keharmonisan rumah tangga sangat bergantung pada peran suami dan istri, terutama sosok istri shalihah, yang digambarkan sebagai penyejuk hati dan penyangga utama rumah. Seorang istri shalihah tidak hanya menjaga kehormatan diri dan keluarganya, tetapi juga mendidik anak-anak, memperkuat spiritualitas rumah, serta menjadi mitra suami dalam ketaatan kepada Allah.

 

1. Keutamaan Istri Shalihah dalam Islam

Istri shalihah adalah anugerah terbesar bagi seorang laki-laki setelah keimanan. Ia menjadi sumber ketenangan dan kenyamanan, sebagaimana dijelaskan dalam Al-Qur’an:

وَمِنْ آيَاتِهِ أَنْ خَلَقَ لَكُم مِّنْ أَنفُسِكُمْ أَزْوَاجًا لِّتَسْكُنُوا إِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُم مَّوَدَّةً وَرَحْمَةً ۚ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَآيَاتٍ لِّقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ

“Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah Dia menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari jenismu sendiri, agar kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antara kamu kasih dan sayang.”
(QS. Ar-Rūm: 21)¹

 

2. Ciri-ciri Istri Shalihah

Al-Qur’an menggambarkan sifat wanita shalihah sebagai berikut:

فَالصَّالِحَاتُ قَانِتَاتٌ حَافِظَاتٌ لِّلْغَيْبِ بِمَا حَفِظَ اللَّهُ

“Maka wanita yang shalihah ialah yang taat kepada Allah dan memelihara diri ketika suaminya tidak ada, karena Allah telah memelihara mereka.”
(QS. An-Nisā’: 34)²

Dari ayat ini, istri shalihah memiliki dua ciri utama:

·         Taat kepada Allah dan suaminya dalam hal yang makruf

·         Menjaga diri, kehormatan, dan amanah ketika suami tidak di rumah

 

3. Hadis tentang Keutamaan Istri Shalihah

a. Sebaik-baik perhiasan dunia

الدُّنْيَا مَتَاعٌ، وَخَيْرُ مَتَاعِهَا الْمَرْأَةُ الصَّالِحَةُ

“Dunia adalah perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah wanita (istri) shalihah.”
(HR. Muslim no. 1467)³

b. Kriteria istri terbaik

أَفْضَلُ النِّسَاءِ: إِذَا نَظَرْتَ إِلَيْهَا سَرَّتْكَ، وَإِذَا أَمَرْتَهَا أَطَاعَتْكَ، وَإِذَا غِبْتَ عَنْهَا حَفِظَتْكَ فِي نَفْسِهَا وَمَالِكَ
“Sebaik-baik wanita adalah yang jika engkau pandang ia menyenangkanmu, jika engkau perintah ia mentaatimu, dan jika engkau tidak ada, ia menjaga kehormatan diri dan hartamu.”
(HR. Abu Dawud no. 1664)⁴

 

4. Peran Istri Shalihah sebagai Tiang Rumah

Seorang istri shalihah:

·         Menjaga keutuhan keluarga dengan cinta, doa, dan kesabaran.

·         Mendidik anak-anak dengan nilai-nilai Islam, akhlak, dan adab.

·         Menjadi penyejuk hati (qurrata ‘ayn) bagi suami.

·         Menjadi motivator spiritual yang mengajak keluarganya mendekat kepada Allah.

 

5. Teladan Istri Shalihah dalam Islam

·         Khadijah binti Khuwailid, istri pertama Nabi , adalah teladan istri shalihah yang penuh kesetiaan, keberanian, dan dukungan dalam dakwah.

·         Fatimah az-Zahra, putri Rasulullah , adalah contoh istri dan ibu yang taat dan bersahaja dalam kehidupan rumah tangga.

Istri shalihah adalah tiang penyangga rumah tangga yang kokoh. Ia bukan hanya pelengkap, melainkan kunci ketenangan dan keberkahan dalam kehidupan suami dan anak-anak. Mewujudkan keluarga sakinah, mawaddah, dan rahmah tidak bisa lepas dari peran istri yang shalihah, sabar, dan bertakwa. Oleh karena itu, setiap wanita Muslimah hendaknya berusaha menghiasi dirinya dengan sifat-sifat wanita shalihah agar menjadi penyejuk dan cahaya bagi keluarganya.

 

Catatan Kaki (Referensi)

  1. Al-Qur’an, Surah Ar-Rūm: 21.
  2. Al-Qur’an, Surah An-Nisā’: 34.
  3. Muslim, Shahih Muslim, no. 1467.
  4. Abu Dawud, Sunan Abu Dawud, no. 1664.

 


13 Juni, 2025

Sabar Menghadapi Cobaan Hidup
Hidup di dunia adalah ujian. Allah SWT menciptakan kehidupan sebagai ladang amal untuk menguji siapa di antara hamba-Nya yang paling baik amalnya. Salah satu ujian terbesar yang dihadapi manusia adalah cobaan hidup, yang datang dalam berbagai bentuk seperti kesulitan ekonomi, kehilangan orang tercinta, penyakit, dan sebagainya. Dalam Islam, sikap yang diperintahkan untuk menghadapi semua ini adalah sabar.

Makna Sabar dalam Islam

Sabar berasal dari kata ṣabara yang berarti menahan. Dalam konteks syariat, sabar adalah kemampuan seseorang untuk menahan diri dari putus asa dalam menghadapi ujian, menahan dari maksiat saat tergoda, dan istiqamah dalam ketaatan kepada Allah.

Imam Al-Ghazali menyebutkan bahwa sabar mencakup tiga aspek: sabar dalam taat, sabar dalam menjauhi maksiat, dan sabar dalam menerima takdir Allah SWT¹.

Dalil-Dalil Tentang Sabar

1. Dalil dari Al-Qur’an

وَلَنَبْلُوَنَّكُمۡ بِشَيۡءٖ مِّنَ ٱلۡخَوۡفِ وَٱلجُوعِ وَنَقۡصٖ مِّنَ ٱلۡأَمۡوَٰلِ وَٱلۡأَنفُسِ وَٱلثَّمَرَٰتِۗ وَبَشِّرِ ٱلصَّٰبِرِينَ

“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar.”
(QS. Al-Baqarah: 155)²

Ayat ini menunjukkan bahwa cobaan merupakan bagian dari kehidupan yang pasti dialami oleh setiap manusia. Namun, Allah juga memberikan kabar gembira bagi orang-orang yang mampu bersabar.

Allah juga menjanjikan pahala tanpa batas bagi mereka yang bersabar:

قُلْ يٰعِبَادِ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱتَّقُوا۟ رَبَّكُمْۚ لِلَّذِينَ أَحْسَنُوا۟ فِى هَـٰذِهِ ٱلدُّنْيَا حَسَنَةٌۭۗ وَأَرْضُ ٱللَّهِ وَٰسِعَةٌۭۗ إِنَّمَا يُوَفَّى ٱلصَّـٰبِرُونَ أَجْرَهُم بِغَيْرِ حِسَابٍۢ

 “Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.”
(QS. Az-Zumar: 10)³

2. Dalil dari Hadis

جَبًا لِأَمْرِ الْمُؤْمِنِ، إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ، وَلَيْسَ ذَاكَ لِأَحَدٍ إِلَّا لِلْمُؤْمِنِ، إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ، فَكَانَ خَيْرًا لَهُ، وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ، فَكَانَ خَيْرًا لَهُ.

"Sungguh menakjubkan perkara seorang mukmin. Semua urusannya adalah baik. Jika ia mendapat kebahagiaan, ia bersyukur, maka itu baik baginya. Jika ia tertimpa musibah, ia bersabar, maka itu baik baginya."
(HR. Muslim, No. 2999)⁴

Dalam hadis lain, Nabi SAW bersabda:

وَمَنْ يَتَصَبَّرْ يُصَبِّرْهُ اللَّهُ، وَمَا أُعْطِيَ أَحَدٌ عَطَاءً خَيْرًا وَأَوْسَعَ مِنَ الصَّبْرِ

"Barangsiapa yang berusaha untuk bersabar, maka Allah akan memberikan kesabaran kepadanya. Dan tidaklah seseorang diberi suatu pemberian yang lebih baik dan lebih luas daripada kesabaran."
(HR. Bukhari dan Muslim)⁵

Keutamaan Sabar dalam Menghadapi Cobaan

  1. Mendekatkan diri kepada Allah.
    Cobaan adalah sarana untuk menyucikan hati dan memperkuat hubungan dengan Sang Pencipta.
  2. Menghapus dosa-dosa.
    Rasulullah SAW bersabda:

مَا يُصِيبُ الْمُسْلِمَ مِنْ نَصَبٍ، وَلَا وَصَبٍ، وَلَا هَمٍّ، وَلَا حُزْنٍ، وَلَا أَذًى، وَلَا غَمٍّ، حَتَّى الشَّوْكَةِ يُشَاكُهَا، إِلَّا كَفَّرَ اللَّهُ بِهَا مِنْ خَطَايَاهُ

"Tidaklah seorang Muslim tertimpa suatu kelelahan, penyakit, kekhawatiran, kesedihan, gangguan, bahkan duri yang menusuknya, kecuali Allah akan menghapus sebagian dosa-dosanya karenanya."
(HR. Bukhari dan Muslim)⁶


  1. Meningkatkan derajat di sisi Allah.
    Kesabaran adalah tanda kekuatan iman dan akhlak yang luhur. Allah mengangkat derajat orang-orang sabar di dunia dan akhirat.

Cara Menumbuhkan Kesabaran

  • Menanam keyakinan bahwa Allah Maha Adil dan Maha Bijaksana.
  • Menguatkan keimanan dan tawakal.
  • Mendekatkan diri kepada Al-Qur’an dan sunnah.
  • Berdoa memohon kekuatan dan kesabaran.
  • Mengingat bahwa ujian dunia bersifat sementara.

Sabar bukanlah kelemahan, melainkan kekuatan hati yang hanya dimiliki oleh orang-orang yang beriman. Dalam setiap kesulitan, Allah telah menjanjikan kemudahan. Maka, mari kita latih diri untuk bersabar, karena sabar adalah kunci keberhasilan dunia dan akhirat.

إِنَّ مَعَ ٱلْعُسْرِ يُسْرًا

“Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan.”
(QS. Al-Insyirah: 6)

 

Catatan Kaki (Referensi)

  1. Al-Ghazali. Ihya’ ‘Ulumuddin, Juz 4, Bab Sabar dan Syukur. Beirut: Dar al-Fikr.
  2. Al-Qur’an al-Karim, QS. Al-Baqarah [2]: 155.
  3. Al-Qur’an al-Karim, QS. Az-Zumar [39]: 10.
  4. HR. Muslim, No. 2999, Kitab Zuhd.
  5. HR. Bukhari, No. 1469 dan Muslim, No. 1053.
  6. HR. Bukhari No. 5641 dan Muslim No. 2573.

 


12 Juni, 2025

Puasa sebagai Latihan Kesabaran

Puasa merupakan salah satu ibadah utama dalam Islam yang tidak hanya bernilai spiritual, tetapi juga sarat makna pendidikan jiwa. Di antara hikmah terbesar dari puasa adalah membentuk pribadi yang sabar. Kesabaran yang dilatih selama berpuasa tidak hanya sebatas menahan lapar dan haus, tetapi juga mencakup kesabaran menahan diri dari hawa nafsu, amarah, dan perbuatan maksiat.

Pengertian Sabar dalam Islam

Sabar secara bahasa berarti menahan diri. Dalam pandangan Islam, sabar mencakup tiga aspek:

  1. Sabar dalam ketaatan kepada Allah.
  2. Sabar dalam menjauhi maksiat.
  3. Sabar dalam menghadapi musibah dan ujian hidup.

Allah SWT berfirman:

إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُم بِغَيْرِ حِسَابٍ

"Sesungguhnya hanya orang-orang yang sabar mendapat pahala tanpa batas."
(QS. Az-Zumar: 10)

Puasa Melatih Kesabaran

  1. Menahan Lapar dan Haus
    Puasa secara langsung melatih fisik dan mental untuk bersabar terhadap dorongan alami tubuh, sekaligus mengajarkan rasa empati kepada mereka yang kekurangan.
  2. Menahan Emosi dan Amarah
    Rasulullah bersabda:

الصِّيَامُ جُنَّةٌ، فَإِذَا كَانَ أَحَدُكُمْ صَائِمًا، فَلَا يَرْفُثْ وَلَا يَجْهَلْ، وَإِنِ امْرُؤٌ قَاتَلَهُ أَوْ شَاتَمَهُ، فَلْيَقُلْ: إِنِّي صَائِمٌ

"Puasa adalah perisai. Maka jika salah seorang di antara kalian berpuasa, janganlah berkata kotor dan jangan bertengkar. Jika ada yang mencelanya, maka katakanlah: 'Saya sedang berpuasa.'"
(HR. Bukhari dan Muslim)

  1. Menahan Lisan dan Perilaku Buruk
    Selama berpuasa, seorang Muslim dilatih untuk menjaga ucapan, pandangan, dan sikapnya agar tidak melanggar batas-batas syariat.
  2. Sabar dalam Menanti Waktu Berbuka
    Ketundukan untuk tidak menyentuh makanan dan minuman meski tersedia di hadapan mata hingga waktu berbuka tiba, merupakan bentuk latihan disiplin dan kesabaran tingkat tinggi.

Kesabaran: Buah dari Puasa yang Sempurna

Seseorang yang mampu menyempurnakan puasanya dengan kesabaran akan memperoleh derajat taqwa, sebagaimana tujuan utama puasa yang disebutkan dalam Al-Qur’an:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

"Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa."
(QS. Al-Baqarah: 183)

 

Puasa bukan hanya tentang menahan lapar dan haus, tetapi juga tentang melatih kesabaran dalam berbagai aspek kehidupan. Melalui puasa, seorang Muslim dididik untuk menjadi pribadi yang lebih tenang, disiplin, dan bertakwa. Maka, marilah kita jadikan setiap momentum puasa sebagai sarana memperkuat kesabaran, agar kita termasuk golongan orang-orang yang dicintai Allah.

وَاللَّهُ يُحِبُّ الصَّابِرِينَ

"Dan Allah mencintai orang-orang yang sabar." (QS. Ali ‘Imran: 146)

 


Popular

Popular Posts

Blog Archive