Tampilkan postingan dengan label Akhlak dan Etika. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Akhlak dan Etika. Tampilkan semua postingan

19 Agustus, 2025

Toleransi dan Saling Menghargai dalam Islam

Islam adalah agama rahmat yang membawa kedamaian, keadilan, dan penghormatan terhadap sesama manusia. Salah satu nilai luhur yang dijunjung tinggi dalam Islam adalah toleransi (tasāmuḥ) dan saling menghargai perbedaan. Toleransi dalam Islam bukan berarti menyamakan semua ajaran, melainkan menghormati hak orang lain dalam menjalankan keyakinannya, tanpa harus menyetujui kebenaran semua agama.

 

1. Makna Toleransi dan Menghargai dalam Islam

Toleransi berasal dari kata tasāmuḥ (التَّسَامُحُ) yang berarti memberi kemudahan, kelembutan, dan tidak memaksakan kehendak. Dalam Islam, toleransi ditunjukkan dalam bentuk:

·         Menghormati pemeluk agama lain tanpa mencampuri akidah mereka.

·         Tidak mencela kepercayaan orang lain.

·         Menjaga hubungan sosial yang baik dengan semua orang.

·         Menghindari kekerasan, paksaan, dan penghinaan.

 

2. Dalil Al-Qur’an tentang Toleransi

a. Tidak ada paksaan dalam beragama

لَا إِكْرَاهَ فِي الدِّينِ ۖ قَد تَّبَيَّنَ الرُّشْدُ مِنَ الْغَيِّ
“Tidak ada paksaan dalam (menganut) agama; sesungguhnya telah jelas jalan yang benar dari jalan yang sesat.”
(QS. Al-Baqarah: 256)¹

Ayat ini menjelaskan bahwa Islam tidak membenarkan pemaksaan agama kepada siapa pun.

b. Allah menciptakan manusia dalam keberagaman

يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُم مِّن ذَكَرٍ وَأُنثَىٰ وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا
“Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, lalu Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal.”
(QS. Al-Hujurat: 13)²

Islam mengakui keberagaman dan menganjurkan agar umat manusia saling mengenal dan menghargai perbedaan.

 

3. Hadis Nabi tentang Toleransi

a. Islam adalah agama yang mudah dan penuh kasih

إِنَّ الدِّينَ يُسْرٌ، وَلَنْ يُشَادَّ الدِّينَ أَحَدٌ إِلَّا غَلَبَهُ
"Sesungguhnya agama ini mudah, dan tidak ada seorang pun yang mempersulit agama melainkan ia akan dikalahkan olehnya."
(HR. Bukhari no. 39)³

Toleransi adalah bentuk kemudahan dalam menjalankan agama tanpa memaksakan atau mempersulit orang lain.

b. Nabi Muhammad adalah teladan dalam akhlak mulia

إِنَّمَا بُعِثْتُ لِأُتَمِّمَ مَكَارِمَ الأَخْلاَقِ
“Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.”
(HR. Ahmad no. 8952)⁴

Akhlak yang mulia mencakup sifat toleran, lemah lembut, dan menghargai sesama manusia.

 

4. Contoh Toleransi Nabi Muhammad

·         Piagam Madinah: Rasulullah membuat perjanjian damai dengan berbagai kelompok, termasuk Yahudi dan kaum musyrik, dalam bingkai kehidupan bersama yang damai.

·         Mengunjungi orang sakit non-Muslim: Rasulullah pernah menjenguk seorang anak Yahudi yang sakit (HR. Bukhari).

·         Tidak membalas hinaan dengan kekerasan: Rasulullah tetap bersikap lembut meskipun mendapat hinaan, seperti yang terjadi di Thaif.

 

5. Batasan Toleransi dalam Islam

Islam menekankan toleransi sosial, bukan toleransi aqidah. Artinya, umat Islam tetap teguh dengan akidahnya, namun tidak memaksakan kepada orang lain, serta tidak mencela keyakinan lain.

 

Toleransi dan saling menghargai adalah bagian dari ajaran Islam yang agung. Dalam masyarakat yang majemuk, nilai-nilai ini menjadi fondasi penting untuk membangun perdamaian, keharmonisan, dan keadilan. Umat Islam harus meneladani Nabi Muhammad yang menjadi simbol kasih sayang dan toleransi sejati terhadap semua kalangan.

 

Catatan Kaki (Referensi)

1.      Al-Qur’an, Surah Al-Baqarah: 256.

2.      Al-Qur’an, Surah Al-Hujurat: 13.

3.      Bukhari, Shahih al-Bukhari, no. 39.

4.      Ahmad, Musnad Ahmad, no. 8952.

 


09 Agustus, 2025

Pentingnya Syukur dalam Hidup

Syukur adalah sikap hati yang menerima dan menghargai nikmat Allah dengan lisan, hati, dan perbuatan. Dalam Islam, syukur memiliki kedudukan tinggi karena ia merupakan tanda keimanan, sekaligus kunci untuk menambah nikmat dan menjauhkan dari siksa. Seorang Muslim sejati akan senantiasa bersyukur dalam segala keadaan—baik dalam kelapangan maupun kesempitan.

 

1. Definisi Syukur

Secara bahasa, syukur (الشُّكْرُ) berarti mengakui dan memuji atas nikmat yang diterima. Secara istilah, syukur adalah pengakuan hati terhadap nikmat Allah, pengakuan lisan melalui pujian, dan penggunaan nikmat tersebut untuk ketaatan.

 

2. Dalil Al-Qur’an tentang Syukur

Allah menjanjikan penambahan nikmat bagi siapa saja yang bersyukur, dan sebaliknya, ancaman siksa bagi orang yang kufur.

وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِن شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ ۖ وَلَئِن كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ
Wa idz ta’adz-dzana rabbukum la’in syakartum la’azīdannakum wa la’in kafartum inna ‘adzābī lasyadīd

“Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, ‘Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu. Tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.’”
(QS. Ibrahim: 7)¹

 

3. Hadis tentang Keutamaan Syukur

Rasulullah adalah contoh terbaik dalam menunjukkan syukur. Beliau bersujud panjang hanya karena merasa belum cukup bersyukur kepada Allah.

عَنْ عَائِشَةَ: أَنَّ النَّبِيَّ ﷺ كَانَ يَقُومُ مِنَ اللَّيْلِ حَتَّى تَتَفَطَّرَ قَدَمَاهُ، فَقِيلَ لَهُ: لِمَ تَصْنَعُ هَذَا يَا رَسُولَ اللَّهِ، وَقَدْ غَفَرَ اللَّهُ لَكَ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِكَ وَمَا تَأَخَّرَ؟ قَالَ: أَفَلَا أُحِبُّ أَنْ أَكُونَ عَبْدًا شَكُورًا؟

“Dari Aisyah, ia berkata: Nabi biasa salat malam hingga kakinya bengkak. Lalu aku bertanya, ‘Wahai Rasulullah, bukankah Allah telah mengampunimu dari dosa-dosa yang telah lalu dan yang akan datang?’ Beliau menjawab: ‘Tidakkah aku ingin menjadi hamba yang bersyukur?’”
(HR. Bukhari no. 4836 dan Muslim no. 2820)²

 

4. Manfaat Bersyukur

a. Menambah nikmat

Sebagaimana firman Allah dalam QS. Ibrahim: 7.

b. Menjauhkan dari sifat kufur

فَاذْكُرُونِي أَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوا لِي وَلَا تَكْفُرُونِ
“Ingatlah kepada-Ku, niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat-Ku).”
(QS. Al-Baqarah: 152)³

c. Mendapat keridhaan Allah

Syukur menunjukkan bahwa seseorang ridha terhadap takdir Allah, dan Allah pun akan meridainya.

d. Menghasilkan ketenangan jiwa

Orang yang bersyukur akan senantiasa bahagia, karena ia fokus pada apa yang dimiliki, bukan apa yang tidak dimiliki.

 

5. Bentuk Syukur

Syukur bukan hanya diucapkan, tapi juga diwujudkan dalam tindakan:

·         Dengan hati: Meyakini semua nikmat berasal dari Allah.

·         Dengan lisan: Memuji Allah, seperti membaca Alhamdulillah.

·         Dengan amal perbuatan: Menggunakan nikmat dalam ketaatan, bukan maksiat.

 

6. Lawan dari Syukur: Kufur Nikmat

Kufur nikmat adalah tidak mengakui dan menyia-nyiakan nikmat Allah. Ini adalah tanda kelemahan iman dan bisa mengundang murka Allah.

إِنَّ الْإِنسَانَ لِرَبِّهِ لَكَنُودٌ
“Sesungguhnya manusia sangat ingkar (tidak berterima kasih) kepada Tuhannya.”
(QS. Al-‘Adiyat: 6)⁴

Syukur adalah kunci keberkahan hidup di dunia dan akhirat. Dengan bersyukur, seseorang akan semakin dekat dengan Allah dan mendapatkan tambahan nikmat. Sementara kufur nikmat hanya akan membawa kesempitan dan azab. Mari kita membiasakan diri bersyukur setiap hari, sekecil apa pun nikmat yang kita rasakan.

 

Catatan Kaki (Referensi)

1.      Al-Qur’an, Surah Ibrahim: 7.

2.      Bukhari, Shahih al-Bukhari, no. 4836; Muslim, Shahih Muslim, no. 2820.

3.      Al-Qur’an, Surah Al-Baqarah: 152.

4.      Al-Qur’an, Surah Al-‘Adiyat: 6.

 


29 Juli, 2025


Hasad atau iri hati adalah penyakit hati yang sangat berbahaya. Dalam Islam, hasad termasuk dosa besar karena berpotensi merusak amal dan menimbulkan kebencian serta permusuhan antar sesama. Seorang Muslim yang beriman diperintahkan untuk menjaga kebersihan hatinya dari sifat-sifat tercela seperti hasad, dan menggantinya dengan sifat qana'ah dan tawakkal kepada Allah.

 

1. Pengertian Hasad

Secara bahasa, hasad (الحسد) berarti mengharapkan hilangnya nikmat dari orang lain dan berpindahnya nikmat itu kepada dirinya. Berbeda dengan ghibtah, yaitu menginginkan kenikmatan yang dimiliki orang lain tanpa berharap orang itu kehilangan nikmat tersebut.

Hasad adalah tanda ketidaksukaan terhadap takdir Allah, karena pada hakikatnya semua nikmat datang dari Allah .

 

2. Dalil Al-Qur’an tentang Bahaya Hasad

Allah berfirman dalam Surah Al-Falaq:

وَمِن شَرِّ حَاسِدٍ إِذَا حَسَدَ
“Dan dari kejahatan orang yang dengki apabila ia dengki.”
(QS. Al-Falaq: 5)¹

Ayat ini menunjukkan bahwa hasad adalah sumber kejahatan yang perlu dimohon perlindungan kepada Allah dari bahayanya.

 

3. Hadis tentang Bahaya Hasad

Rasulullah bersabda:

إِيَّاكُمْ وَالْحَسَدَ، فَإِنَّ الْحَسَدَ يَأْكُلُ الْحَسَنَاتِ كَمَا تَأْكُلُ النَّارُ الْحَطَبَ
“Jauhilah oleh kalian sifat hasad, karena sesungguhnya hasad itu memakan kebaikan sebagaimana api memakan kayu bakar.”
(HR. Abu Dawud no. 4903, Hasan)²

 

4. Penyebab Hasad

Beberapa penyebab munculnya hasad antara lain:

·         Kebencian dan permusuhan

·         Sifat kompetitif duniawi yang berlebihan

·         Cinta terhadap popularitas dan kekuasaan

·         Tidak ridha terhadap ketentuan Allah

 

5. Dampak Buruk Hasad

·         Merusak amal kebaikan

·         Memutus tali persaudaraan

·         Menumbuhkan rasa dengki dan permusuhan

·         Mengundang murka Allah

·         Menjadikan hati gelisah dan tidak tenang

 

6. Cara Menghindari Hasad

a. Menyadari bahwa semua nikmat berasal dari Allah

ذَٰلِكَ فَضْلُ اللَّهِ يُؤْتِيهِ مَن يَشَاءُ
“Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang Dia kehendaki.”
(QS. Al-Jumu’ah: 4)³

b. Bersyukur atas nikmat yang Allah berikan

Rasa syukur membuat hati menjadi lapang dan menjauhkan dari iri terhadap nikmat orang lain.

c. Berdoa memohon perlindungan dari hasad

Rasulullah mengajarkan untuk selalu membaca Surah Al-Falaq dan Al-Ikhlas agar terlindung dari hasad.

d. Mendoakan kebaikan untuk orang yang diberi nikmat

Mengganti rasa iri dengan doa akan melatih hati untuk bersih dan ikhlas.

e. Mengingat bahwa iri tidak mengubah takdir Allah

Hasad tidak akan mengurangi nikmat orang lain, tetapi justru merugikan pelakunya sendiri.

 

7. Kisah Teladan

Hasad pertama kali terjadi dari Iblis terhadap Nabi Adam alayhis-salām, karena tidak menerima bahwa Allah memuliakan Adam. Akibat hasad tersebut, Iblis dilaknat dan terusir dari rahmat Allah.

 

Hasad adalah penyakit hati yang menghancurkan diri sendiri dan membahayakan hubungan sosial. Islam mengajarkan umatnya untuk memiliki hati yang bersih, senang terhadap kebaikan orang lain, dan yakin bahwa rezeki serta nikmat ditentukan oleh Allah. Dengan menjauhi hasad dan memperbanyak syukur, seseorang akan hidup damai, tenang, dan penuh keberkahan.

 

Catatan Kaki (Referensi)

1.      Al-Qur’an, Surah Al-Falaq: 5.

2.      Abu Dawud, Sunan Abu Dawud, no. 4903; dinilai hasan oleh Al-Albani.

3.      Al-Qur’an, Surah Al-Jumu’ah: 4.

 


Popular

Popular Posts

Blog Archive