05 Juli, 2025


Raioi, 5 Juli 2025
— Hari kelima pelaksanaan Musabaqah Tilawatil Qur'an (MTQ) ke-58 tingkat Desa Raioi semakin memanas dengan digelarnya lomba cabang Fahmil Qur’an. Ajang adu wawasan dan kecepatan ini berlangsung meriah dan penuh semangat, mempertemukan para peserta terbaik dari berbagai perwakilan dusun di Desa Raioi.

Cabang Fahmil Qur’an yang digelar di halaman Masjid Jami’ Ar-Rahman Raioi ini diikuti oleh sejumlah regu yang telah dipersiapkan secara matang. Masing-masing tim menampilkan kemampuan luar biasa dalam menjawab soal-soal cepat seputar Al-Qur’an, Hadis, fiqih, sejarah Islam, hingga pengetahuan umum keislaman.


Sorak sorai penonton dan pendukung dari masing-masing regu menambah semarak suasana. Dewan hakim pun harus bekerja ekstra dalam menilai keakuratan dan kecepatan jawaban para peserta yang bersaing dengan selisih nilai yang sangat tipis.


Koordinator majelis Hakim cabang Fahmil Qur'an Rahmat Hidayat, S.Pd.Si, M.Pd., menyampaikan apresiasi tinggi atas semangat para peserta. “Fahmil Qur’an bukan hanya menguji pengetahuan, tapi juga kekompakan tim dan ketepatan strategi. Semangat juang adik-adik hari ini luar biasa,” ujarnya.

Kegiatan ini menjadi bukti bahwa generasi muda Desa Raioi memiliki potensi besar dalam menguasai ilmu-ilmu keislaman. Selain sebagai ajang kompetisi, MTQ juga menjadi sarana pembinaan karakter Islami dan kecintaan terhadap Al-Qur’an sejak dini.

MTQ tingkat desa ini akan terus berlanjut hingga malam penutupan beberapa hari ke depan dengan berbagai cabang lomba lainnya. Antusiasme warga semakin tinggi seiring berjalannya waktu, menjadikan MTQ sebagai momentum spiritual dan sosial yang sangat dinanti.


Tanda-tanda Husnul Khotimah

Setiap manusia pasti akan menghadapi kematian. Namun, tidak semua orang meninggal dalam keadaan yang sama. Dalam Islam, dikenal dua akhir kehidupan: ḥusnul khātimah (akhir yang baik) dan sū’ul khātimah (akhir yang buruk). Seorang Muslim tentu mendambakan wafat dalam keadaan husnul khatimah—yakni wafat dalam ridha dan ampunan Allah , serta membawa iman sebagai bekal menuju akhirat.

Maka penting bagi setiap insan untuk memahami tanda-tanda husnul khatimah dan berusaha meraihnya melalui kehidupan yang diridai Allah .

Pengertian Husnul Khatimah

Husnul khatimah (حُسْنُ الْخَاتِمَة) secara bahasa berarti “akhir yang baik.” Dalam konteks Islam, artinya adalah meninggal dalam keadaan membawa iman, amal saleh, dan dalam kondisi diridhai oleh Allah.

Nabi Muhammad bersabda:

إِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالْخَوَاتِيمِ
"Sesungguhnya amal itu tergantung pada akhirnya."
(HR. Bukhari)

Hadis ini mengisyaratkan bahwa kualitas hidup seseorang ditentukan oleh akhir kehidupannya. Meski ia pernah berdosa, jika mengakhirinya dengan taubat dan amal saleh, ia tergolong beruntung.

Tanda-Tanda Husnul Khatimah

1.      Mengucapkan Kalimat Tauhid saat Wafat
Rasulullah bersabda:

مَنْ كَانَ آخِرُ كَلَامِهِ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ دَخَلَ الْجَنَّةَ
"Barangsiapa yang akhir ucapannya adalah ‘lā ilāha illallāh’, maka dia akan masuk surga."
(HR. Abu Dawud)

2.      Wafat dalam Keadaan Beramal Saleh
Seperti wafat saat sedang salat, membaca Al-Qur’an, atau dalam perjalanan dakwah.

3.      Wafat di Hari atau Malam Jumat
Rasulullah bersabda:

مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَمُوتُ يَوْمَ الْجُمُعَةِ، أَوْ لَيْلَةَ الْجُمُعَةِ، إِلَّا وَقَاهُ اللَّهُ فِتْنَةَ الْقَبْرِ
"Tidaklah seorang Muslim meninggal pada hari Jumat atau malam Jumat kecuali Allah akan melindunginya dari fitnah kubur."
(HR. Ahmad)

4.      Wafat dalam Perjuangan di Jalan Allah (Syahid)
Seperti dalam jihad yang benar, meninggal karena mempertahankan agama, negara, atau jiwa.

5.      Wafat karena Penyakit Tertentu
Rasulullah menyebutkan beberapa sebab kematian sebagai syahid, seperti:

ـ           Wafat karena wabah penyakit

ـ           Wafat karena sakit perut

ـ           Wafat karena tenggelam

ـ           Wafat karena bangunan runtuh

(Lihat: HR. Muslim dan Ahmad)

6.      Wajah Berseri dan Tubuh Harum
Tanda-tanda ini pernah disebutkan dalam kisah para sahabat dan ulama yang wafat dalam keadaan suci dan penuh cahaya.

Cara Meraih Husnul Khatimah

1.      Menjaga Tauhid dan Keikhlasan
Keimanan dan ketulusan dalam beramal adalah dasar utama husnul khatimah.

2.      Bertaubat dari Dosa-Dosa
Rasulullah bersabda:

التَّائِبُ مِنَ الذَّنْبِ كَمَنْ لَا ذَنْبَ لَهُ
"Orang yang bertaubat dari dosa seperti orang yang tidak punya dosa."
(HR. Ibn Majah)

3.      Istiqamah dalam Ketaatan
Allah berfirman:

إِنَّ ٱلَّذِينَ قَالُوا۟ رَبُّنَا ٱللَّهُ ثُمَّ ٱسْتَقَـٰمُوا۟ تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ ٱلْمَلَـٰٓئِكَةُ
"Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan, 'Rabb kami adalah Allah', kemudian mereka istiqamah, maka malaikat akan turun kepada mereka..."
(QS. Fussilat: 30)

4.      Banyak Berdoa Memohon Husnul Khatimah
Doa Nabi:

اللَّهُمَّ اجْعَلْ خَيْرَ أَعْمَالِنَا خَوَاتِمَهَا، وَخَيْرَ أَيَّامِنَا يَوْمَ نَلْقَاكَ
"Ya Allah, jadikanlah amalan terbaik kami adalah amalan penutup, dan hari terbaik kami adalah hari pertemuan dengan-Mu."

Husnul khatimah adalah impian setiap Muslim. Untuk meraihnya, kita harus hidup dalam ketaatan, menjauhi maksiat, menjaga iman, dan senantiasa memohon ampunan. Tidak ada jaminan siapa yang akan mendapatkannya, tetapi Allah Maha Melihat usaha dan keikhlasan hamba-Nya. Semoga kita semua diwafatkan dalam keadaan membawa iman dan amal terbaik, dan tergolong sebagai orang yang husnul khatimah.

Referensi

1.      Al-Qur’an al-Karim

2.      Shahih Bukhari dan Muslim

3.      Riyadhus Shalihin – Imam Nawawi

4.      Al-Ghazali, Ihya Ulumuddin

5.      Ibnu Qayyim al-Jawziyyah, Kitab al-Ruh

 


04 Juli, 2025


Raioi, 4 Juli 2025 — Suasana malam keempat pelaksanaan Musabaqah Tilawatil Qur'an (MTQ) ke-58 tingkat Desa Raioi, Kecamatan Sape, Kabupaten Bima, berlangsung semakin meriah dan penuh antusiasme. Bertempat di halaman Masjid Jami' Ar-Rahman Raioi, ratusan warga memadati arena MTQ sejak usia sholat Isya' untuk menyaksikan penampilan para peserta dari berbagai dusun di desa tersebut.

Antusiasme masyarakat tak hanya datang dari kalangan orang tua, namun juga dari anak-anak dan remaja yang turut meramaikan kegiatan tahunan ini. Sorak semangat dan tepuk tangan penonton kerap terdengar saat peserta tampil dengan bacaan Al-Qur’an yang merdu dan penuh penghayatan.


Koordinator Dewan Hakim, Ust. Dr. Abdul Munir, M.Pd.I, menyampaikan bahwa kualitas bacaan peserta dari berbagai cabang lomba menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun. “Alhamdulillah, anak-anak kita menunjukkan perkembangan luar biasa. Ini pertanda bahwa semangat membaca dan mencintai Al-Qur’an di tengah masyarakat Raioi terus tumbuh subur,” ungkap beliau.


Pada malam keempat ini, panitia menampilkan beberapa cabang lomba seperti Tartil, anak-anak, remaja, dan dewasa. Selain itu, acara juga diselingi dengan penampilan seni Islami dan Syarhil Qur'qn yang menyejukkan hati.


Pelaksanaan MTQ ini rencananya akan berlangsung hingga malam penutupan yang direncanakan pada 7 Juli mendatang, dengan pengumuman pemenang dari setiap cabang lomba serta pemberian hadiah dan penghargaan bagi peserta terbaik.




Mengelola Harta Sesuai Syariah

Dr. Abdul Munir, M.Pd.I
(Penyluh Agama Islam Kementerian Agama Kabupaten Bima /KUA Bima)

Harta adalah amanah dari Allah yang harus dikelola dengan tanggung jawab. Dalam Islam, kekayaan bukan hanya tentang kepemilikan, tetapi juga bagaimana cara memperolehnya, mengelolanya, dan membelanjakannya. Syariat Islam memberikan panduan jelas agar harta tidak hanya menjadi sumber keberkahan di dunia, tetapi juga menjadi bekal keselamatan di akhirat. Oleh karena itu, pengelolaan harta secara syar’i merupakan bagian dari penghambaan diri kepada Allah .

Prinsip Dasar Pengelolaan Harta dalam Islam

  1. Harta Adalah Titipan dari Allah

Islam mengajarkan bahwa manusia bukanlah pemilik sejati harta, melainkan hanya pengelola (khalifah) atas titipan Allah.

وَأَنفِقُوا۟ مِمَّا جَعَلَكُم مُّسْتَخْلَفِينَ فِيهِ
“Infakkanlah sebagian dari harta yang Allah telah menjadikan kamu menguasainya (sebagai wakil).”
(QS. Al-Hadid: 7)

  1. Mencari Harta dengan Cara Halal

Segala bentuk usaha yang bertentangan dengan syariat—seperti riba, penipuan, korupsi, dan suap—diharamkan.

يَـٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ لَا تَأْكُلُوٓا۟ أَمْوَـٰلَكُم بَيْنَكُم بِٱلْبَـٰطِلِ
“Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil.”
(QS. An-Nisā’: 29)

  1. Membelanjakan Harta pada Jalan yang Diridai Allah

Harta bukan untuk bermegah-megahan atau bermewah-mewahan, tetapi untuk memenuhi kebutuhan diri, keluarga, dan berbagi dengan sesama melalui zakat, infak, dan sedekah.

وَٱلَّذِينَ فِىٓ أَمْوَـٰلِهِمْ حَقٌّۭ مَّعْلُومٌۭ لِّلسَّآئِلِ وَٱلْمَحْرُومِ
“Dan orang-orang yang dalam hartanya terdapat hak yang jelas, bagi orang miskin yang meminta dan orang miskin yang tidak meminta.”
(QS. Al-Ma‘ārij: 24–25)

Cara Mengelola Harta Sesuai Syariah

  1. Mencatat dan Mengatur Keuangan dengan Amanah

Seorang Muslim dianjurkan mengelola keuangan secara tertib agar terhindar dari pemborosan atau kelalaian. Islam memuji sikap pertengahan:

وَلَا تُبَذِّرْ تَبْذِيرًا ۝ إِنَّ ٱلْمُبَذِّرِينَ كَانُوٓا۟ إِخْوَٰنَ ٱلشَّيَـٰطِينِ
“Dan janganlah kamu boros, sesungguhnya orang-orang yang boros itu adalah saudara-saudara setan.”
(QS. Al-Isrā’: 26–27)

  1. Menunaikan Zakat dan Kewajiban Sosial

Zakat adalah pembersih harta dan sarana pemerataan ekonomi. Allah memerintahkan:

خُذْ مِنْ أَمْوَٰلِهِمْ صَدَقَةً تُطَهِّرُهُمْ وَتُزَكِّيهِم بِهَا
“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan menyucikan mereka.”
(QS. At-Taubah: 103)

  1. Berinvestasi dalam Jalur Halal

Investasi boleh dalam Islam asal tidak mengandung riba, gharar (ketidakjelasan), dan maisir (spekulasi). Sistem bagi hasil (mudharabah dan musyarakah) adalah solusi syariah dalam pengembangan harta.

  1. Berwasiat dan Merencanakan Warisan

Pengelolaan harta syar’i mencakup pembagian warisan sesuai hukum faraidh dan menyiapkan wasiat yang tidak merugikan ahli waris.

Bahaya Mengelola Harta Secara Haram

ـ           Harta tidak berkah meskipun banyak.

ـ           Doa tertolak karena memakan yang haram.
Rasulullah
bersabda:

إِنَّ اللهَ طَيِّبٌ لَا يَقْبَلُ إِلَّا طَيِّبًا...
“Sesungguhnya Allah itu baik dan tidak menerima kecuali yang baik.”
(HR. Muslim)

ـ           Hisab berat di akhirat, karena setiap harta akan ditanya asal-usul dan penggunaannya.

Mengelola harta sesuai syariah bukan hanya tuntutan ibadah, tetapi jalan untuk mencapai keberkahan hidup. Islam mengajarkan keseimbangan antara usaha, kepemilikan, dan tanggung jawab sosial. Seorang Muslim sejati adalah yang memanfaatkan harta untuk mendekat kepada Allah, bukan menjauhkan diri dari-Nya. Maka, mari kita menjadi pribadi yang amanah dalam mencari, mengelola, dan membelanjakan harta sesuai tuntunan syariat.

Daftar Pustaka

  1. Al-Qur’an al-Karim
  2. Shahih Muslim dan Bukhari
  3. Wahbah Zuhaili, Al-Fiqh al-Islami wa Adillatuhu
  4. Yusuf al-Qaradawi, Fiqh al-Zakah
  5. Majma’ al-Fiqh al-Islami, Keputusan Muktamar Ekonomi Islam

 



Sape, 4 Juli 2025
— Suasana semarak perayaan Hari Jadi Bima ke-385 dengan gelaran Pawai Budaya di Kecamatan Sape mendadak berubah duka, setelah musibah kebakaran hebat melanda Dusun Delima, Desa Sangia, Kecamatan Sape, pada Kamis (3/7/2025) siang.

Kebakaran yang terjadi sekitar pukul 15.30 WITA ini menghanguskan lima unit rumah rata dengan tanah, 6 unit rumah permanen dan 3 rumah panggung mengalami rusak ringan. Api dengan cepat melahap bangunan rumah yang mayoritas terbuat dari kayu. Warga yang saat itu sebagian besar tengah menyaksikan pawai budaya, panik dan berupaya memadamkan api secara manual sebelum akhirnya petugas pemadam kebakaran tiba di lokasi.


Menurut keterangan warga setempat, sumber api diduga berasal dari korsleting listrik di salah satu rumah, lalu merembet ke rumah lainnya akibat tiupan angin kencang.

"Api tiba-tiba muncul dari rumah bagian tengah. Waktu itu banyak warga sedang ikut atau menonton pawai, jadi banyak rumah kosong," ungkap salah seorang warga yang menjadi saksi mata.

Beruntung tidak ada korban jiwa dalam peristiwa ini. Namun, kerugian material diperkirakan mencapai ratusan juta rupiah. Warga yang terdampak kini mengungsi ke rumah kerabat dan pos darurat yang disiapkan di sekitar lokasi.

Camat Sape dan Kepala Desa Sangia bersama aparat setempat langsung turun tangan meninjau lokasi dan memberikan dukungan awal kepada warga terdampak. Pemerintah Kecamatan dan Desa juga telah mengkoordinasikan bantuan darurat berupa makanan, air bersih, dan kebutuhan pokok lainnya.

"Ini duka kita bersama. Di tengah euforia budaya, kita diingatkan untuk tetap waspada. Kami akan berkoordinasi dengan dinas terkait agar bantuan segera disalurkan," ujar Camat Sape dalam keterangannya.

Musibah ini menjadi pengingat akan pentingnya kesiapsiagaan bencana, terutama di tengah perayaan besar yang menyedot perhatian dan konsentrasi masyarakat.


03 Juli, 2025

Menyampaikan Kebenaran dengan Hikmah

Dr. Abdul Munir, M.Pd.I

(Penyuluh Agama Islam Kementerian Agama Kabupaten Bima / KUA Sape)

 

Dalam Islam, menyampaikan kebenaran adalah amanah yang harus ditunaikan oleh setiap Muslim, terlebih oleh para da’i, guru, orang tua, dan siapa pun yang memiliki ilmu. Namun, menyampaikan kebenaran tidak cukup hanya dengan niat yang baik dan isi yang benar, melainkan juga harus disampaikan dengan cara yang bijak, lembut, dan tepat sasaran. Inilah yang disebut dalam Islam sebagai “bil hikmah”—dengan hikmah.


Tanpa hikmah, kebenaran bisa ditolak. Tanpa kelembutan, kebenaran bisa melukai. Oleh sebab itu, Islam mengajarkan agar kebenaran tidak hanya dikemas dengan keilmuan, tetapi juga dengan kebijaksanaan, kesabaran, dan kasih sayang.

 

1. Perintah Menyampaikan Kebenaran


Allah memerintahkan umat Islam untuk berdakwah dan menyampaikan kebenaran:

وَلْتَكُن مِّنكُمْ أُمَّةٌۭ يَدْعُونَ إِلَى ٱلْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِٱلْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ ٱلْمُنكَرِ ۚ وَأُو۟لَـٰٓئِكَ هُمُ ٱلْمُفْلِحُونَ
"Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebaikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung."
(QS. Ali Imran: 104)


Namun, perintah ini dilanjutkan dengan tuntunan cara yang bijak:

ٱدْعُ إِلِىٰ سَبِيلِ رَبِّكَ بِٱلْحِكْمَةِ وَٱلْمَوْعِظَةِ ٱلْحَسَنَةِ ۖ وَجَـٰدِلْهُم بِٱلَّتِى هِىَ أَحْسَنُ
"Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik, dan bantahlah mereka dengan cara yang paling baik."
(QS. An-Nahl: 125)


Ayat ini menjadi prinsip utama dalam menyampaikan kebenaran: harus dengan hikmah, nasihat yang baik, dan berdiskusi dengan cara yang terbaik.

 

2. Makna dan Contoh Hikmah


Hikmah (الْحِكْمَةُ) berarti menempatkan sesuatu pada tempatnya. Dalam konteks dakwah dan menyampaikan kebenaran, hikmah mencakup:

ـ           Memilih waktu yang tepat

ـ           Memahami kondisi dan latar belakang lawan bicara

ـ           Menggunakan bahasa yang halus, tidak kasar

ـ           Menghindari sikap merendahkan

ـ           Bersabar dan tidak tergesa-gesa dalam mengharapkan perubahan


Contoh nyata hikmah dapat dilihat dalam kisah Nabi Musa dan Harun yang diperintahkan Allah untuk berdakwah kepada Fir’aun:

فَقُولَا لَهُۥ قَوْلًۭا لَّيِّنًۭا لَّعَلَّهُۥ يَتَذَكَّرُ أَوْ يَخْشَىٰ
"Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya (Fir’aun) dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan ia ingat atau takut."
(QS. Thaha: 44)


Padahal Fir’aun adalah orang paling zalim saat itu, namun Allah tetap memerintahkan Nabi-Nya untuk bersikap lembut. Inilah esensi dakwah yang penuh hikmah.

 

3. Hadis-Hadis tentang Menyampaikan Kebenaran dengan Lembut

Rasulullah adalah teladan utama dalam berdakwah penuh hikmah:

إِنَّ الرِّفْقَ لَا يَكُونُ فِي شَيْءٍ إِلَّا زَانَهُ، وَلَا يُنْزَعُ مِنْ شَيْءٍ إِلَّا شَانَهُ
"Sesungguhnya kelembutan tidaklah ada pada sesuatu melainkan ia menghiasinya, dan tidaklah dicabut dari sesuatu melainkan akan memperburuknya."
(HR. Muslim, no. 2594)

مَنْ يُرِدِ اللَّهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِي الدِّينِ
"Barang siapa yang Allah kehendaki kebaikan padanya, maka Allah akan memahamkan dia dalam urusan agama."
(HR. Bukhari dan Muslim)


Hadis ini menekankan bahwa pemahaman agama—yang mencakup hikmah dalam menyampaikannya—adalah tanda kebaikan dari Allah.

 

4. Bahaya Menyampaikan Kebenaran Tanpa Hikmah


Kebenaran yang disampaikan dengan cara yang salah dapat:

ـ           Menyebabkan penolakan atau kebencian terhadap dakwah

ـ           Melukai hati dan menimbulkan dendam

ـ           Membuat orang menjauh dari Islam

ـ           Menjadi fitnah bagi dakwah itu sendiri


Rasulullah pernah menegur para sahabat yang terlalu keras dalam menyampaikan kebenaran. Dalam salah satu hadis, beliau bersabda:

إِنَّ مِنكُمْ مُنَفِّرِينَ
"Sesungguhnya di antara kalian ada yang membuat orang lari (dari agama)."
(HR. Bukhari)

 

Menyampaikan kebenaran adalah kewajiban, tetapi harus disertai dengan hikmah. Kebenaran yang disampaikan dengan cara yang bijaksana akan lebih mudah diterima dan membekas di hati. Islam mengajarkan bahwa kelembutan, kesabaran, dan empati dalam berdakwah adalah kunci keberhasilan dakwah. Menjadi juru dakwah bukan hanya soal keberanian, tetapi juga kecerdasan emosional dan kasih sayang.

 

Daftar Pustaka

1.      Al-Qur’an al-Karim

2.      Shahih Bukhari

3.      Shahih Muslim

4.      Ibnu Katsir, Tafsir al-Qur’an al-‘Azhim

5.      Al-Ghazali, Ihya’ Ulumuddin

6.      Shalih Al-Munajjid, Etika Dakwah dalam Islam

7.      Yusuf al-Qaradawi, Fiqh al-Da’wah

8.      Abdul Karim Zaidan, Ushul al-Dakwah

 


02 Juli, 2025

Menjadi Generasi Qur’ani

Al-Qur’an adalah kitab suci yang diturunkan Allah sebagai petunjuk hidup bagi umat manusia. Ia bukan hanya dibaca, tetapi harus dipahami, diamalkan, dan menjadi pedoman utama dalam kehidupan sehari-hari. Generasi Qur’ani adalah generasi yang menjadikan Al-Qur’an sebagai pusat orientasi hidup mereka—baik dalam aspek ibadah, akhlak, sosial, hingga kepemimpinan.

Dalam kondisi dunia yang dilanda krisis moral dan kemunduran nilai, munculnya generasi Qur’ani menjadi harapan bagi kebangkitan umat. Maka sudah saatnya kita semua—terutama generasi muda—menjadikan diri sebagai generasi yang dekat dan hidup bersama Al-Qur’an.

Ciri-Ciri Generasi Qur’ani

  1. Mencintai dan Rajin Membaca Al-Qur’an
    Allah berfirman:

ٱلَّذِينَ ءَاتَيْنَـٰهُمُ ٱلْكِتَـٰبَ يَتْلُونَهُۥ حَقَّ تِلَاوَتِهِۦ أُو۟لَـٰٓئِكَ يُؤْمِنُونَ بِهِۦ
"Orang-orang yang telah Kami beri Kitab, mereka membacanya dengan bacaan yang sebenar-benarnya, mereka itulah orang-orang yang beriman kepadanya."
(QS. Al-Baqarah: 121)

  1. Mengamalkan Nilai-Nilai Al-Qur’an dalam Kehidupan
    Generasi Qur’ani bukan hanya membaca, tetapi menjadikan Al-Qur’an sebagai pedoman sikap dan perilaku. Setiap ucapan dan tindakan mencerminkan nilai-nilai Qur’ani seperti kejujuran, amanah, sabar, dan kasih sayang.
  2. Memiliki Akhlak Mulia seperti Akhlak Rasulullah
    Rasulullah adalah representasi hidup dari ajaran Al-Qur’an. Dalam sebuah hadis:

كَانَ خُلُقُهُ الْقُرْآنَ
"Akhlak Nabi adalah Al-Qur’an."
(HR. Muslim)

  1. Menjadi Penyeru Kebaikan
    Generasi Qur’ani aktif menyebarkan kebaikan dan mencegah kemungkaran sebagaimana amanat dalam QS. Ali ‘Imran: 110:

كُنتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ... تَأْمُرُونَ بِٱلْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ ٱلْمُنكَرِ
"Kamu adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar..."

  1. Mendidik Diri dan Keluarga dengan Al-Qur’an
    Generasi Qur’ani tidak hanya fokus pada diri sendiri, tetapi membina lingkungan sekitarnya, terutama keluarga, dengan nilai-nilai Al-Qur’an.

Strategi Menjadi Generasi Qur’ani

  • Membiasakan Tilawah Harian
    Minimal satu halaman per hari, dengan tadabbur atau pemahaman makna, bukan sekadar membaca lafaz.
  • Menghafal dan Mengamalkan
    Menghafal Al-Qur’an bukan hanya untuk prestise, tapi sebagai bekal memperbaiki diri dan berdakwah.
  • Menghadiri Majelis Ilmu dan Tafsir
    Memahami Al-Qur’an perlu bimbingan ulama dan guru yang kompeten agar tidak salah tafsir.
  • Menjauhkan Diri dari Hal yang Bertentangan dengan Al-Qur’an
    Seperti kemaksiatan, hiburan yang merusak, dan gaya hidup hedonistik.

Menjadi generasi Qur’ani bukanlah perkara instan. Ia memerlukan kesungguhan, niat ikhlas, dan proses yang terus-menerus. Namun dengan niat yang lurus dan usaha yang berkelanjutan, Allah akan memudahkan jalan. Jadilah generasi yang dekat dengan wahyu Ilahi, agar kehidupan lebih terarah dan akhirat penuh cahaya.



Popular

Popular Posts

Blog Archive