Tampilkan postingan dengan label Sosial dan Masyarakat. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Sosial dan Masyarakat. Tampilkan semua postingan

30 Agustus, 2025

Membangun Komunikasi Berbasis Nilai Islam

Komunikasi adalah kunci dalam menjalin hubungan antarmanusia, baik dalam keluarga, masyarakat, hingga dalam pemerintahan. Islam, sebagai agama yang sempurna, mengatur adab dan prinsip komunikasi agar sesuai dengan nilai-nilai ketakwaan dan akhlak mulia. Dalam Al-Qur’an dan Sunnah, terdapat banyak tuntunan yang mengarahkan umat Islam untuk berkomunikasi dengan cara yang baik, jujur, santun, dan menghindari dusta serta prasangka.

Nilai-Nilai Islam dalam Komunikasi

1.      Kejujuran (الصدق)

Kejujuran adalah dasar komunikasi yang sehat. Islam memerintahkan umatnya untuk berkata benar dan menjauhi dusta.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَكُونُوا مَعَ الصَّادِقِينَ
"Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan jadilah bersama orang-orang yang jujur."
(QS. At-Taubah: 119)

Rasulullah bersabda:

إِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِي إِلَى الْبِرِّ، وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِي إِلَى الْجَنَّةِ
"Sesungguhnya kejujuran membawa kepada kebaikan, dan kebaikan membawa ke surga."
(HR. Bukhari dan Muslim)

2.      Lemah Lembut (الرِّفْق)

Komunikasi yang baik tidak kasar dan menyakiti. Islam mengajarkan kelembutan dalam berbicara.

وَقُولُوا لِلنَّاسِ حُسْنًا
"Dan ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia."
(QS. Al-Baqarah: 83)

Nabi Muhammad bersabda:

إِنَّ الرِّفْقَ لَا يَكُونُ فِي شَيْءٍ إِلَّا زَانَهُ
"Sesungguhnya kelembutan tidaklah terdapat pada sesuatu melainkan akan menghiasinya."
(HR. Muslim)

3.      Tidak Berdusta dan Mengadu Domba

Dusta dan ghibah adalah musuh utama komunikasi yang sehat.

وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَا يَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا
"Dan janganlah mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah menggunjing satu sama lain."
(QS. Al-Ḥujurāt: 12)

Nabi bersabda:

لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ نَمَّامٌ
"Tidak akan masuk surga orang yang suka mengadu domba."
(HR. Bukhari dan Muslim)

4.      Saling Menghargai dan Sopan

Islam mengajarkan untuk saling menghormati dalam berbicara, tidak merendahkan, dan tidak menyindir secara kasar.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا يَسْخَرْ قَوْمٌ مِّن قَوْمٍ
"Wahai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum merendahkan kaum yang lain."
(QS. Al-Ḥujurāt: 11)

 

Implementasi Nilai Komunikasi Islam dalam Kehidupan

ـ           Dalam Keluarga: Gunakan tutur kata yang lembut, saling mendengar dan saling menghargai pendapat pasangan dan anak-anak.

ـ           Dalam Masyarakat: Sampaikan kritik dengan santun, hindari menyebarkan kebencian atau fitnah di media sosial.

ـ           Dalam Dunia Kerja: Berlaku jujur, profesional, dan menghargai setiap kolega tanpa diskriminasi.

Komunikasi yang baik adalah pilar keharmonisan dalam semua aspek kehidupan. Islam telah memberikan pedoman yang sangat komprehensif dalam berkomunikasi, mulai dari kejujuran, kelembutan, hingga sopan santun. Membangun komunikasi berdasarkan nilai-nilai Islam bukan hanya menciptakan interaksi yang sehat, tetapi juga menumbuhkan suasana penuh kasih, kepercayaan, dan keberkahan.

 


21 Agustus, 2025

Etika Bertetangga dalam Islam

Islam adalah agama yang tidak hanya mengatur hubungan vertikal antara manusia dan Tuhan, tetapi juga menekankan pentingnya hubungan horizontal antara sesama manusia. Salah satu hubungan sosial yang sangat ditekankan dalam Islam adalah hubungan dengan tetangga. Dalam ajaran Islam, etika bertetangga bukanlah sekadar norma sosial, tetapi menjadi bagian dari kesempurnaan iman.

Kedudukan Tetangga dalam Islam

Nabi Muhammad bersabda:

مَا زَالَ جِبْرِيلُ يُوصِينِي بِالْجَارِ، حَتَّى ظَنَنْتُ أَنَّهُ سَيُوَرِّثُهُ
"Jibril terus-menerus berwasiat kepadaku agar berbuat baik kepada tetangga, sampai-sampai aku mengira ia akan menjadikannya ahli waris."
(HR. Bukhari dan Muslim)

Hadis ini menunjukkan betapa seriusnya Islam dalam mewajibkan kebaikan kepada tetangga. Wasiat malaikat Jibril kepada Nabi bahkan hampir menjadikan tetangga seperti kerabat dekat dalam urusan warisan.

 

Etika Bertetangga yang Diajarkan Islam

1.      Berbuat Baik dan Tidak Menyakiti

Dalam Islam, seorang Muslim sejati tidak akan menyakiti tetangganya, baik secara fisik, lisan, maupun dengan sikap buruk lainnya.

Rasulullah bersabda:

وَاللَّهِ لَا يُؤْمِنُ، وَاللَّهِ لَا يُؤْمِنُ، وَاللَّهِ لَا يُؤْمِنُ. قِيلَ: مَنْ يَا رَسُولَ اللَّهِ؟ قَالَ: الَّذِي لَا يَأْمَنُ جَارُهُ بَوَائِقَهُ
"Demi Allah, tidak beriman! Demi Allah, tidak beriman! Demi Allah, tidak beriman!" Para sahabat bertanya, "Siapa, wahai Rasulullah?" Beliau menjawab, "Orang yang tetangganya tidak merasa aman dari gangguannya."
(HR. Bukhari dan Muslim)

2.      Menjaga Hak Tetangga

Tetangga memiliki hak yang harus dijaga, seperti:

ـ           Menjawab salam,

ـ           Membantu saat membutuhkan,

ـ           Menjenguk ketika sakit,

ـ           Menyapa dengan ramah,

ـ           Memberi hadiah, meskipun sederhana.

Rasulullah bersabda:

يَا نِسَاءَ الْمُسْلِمَاتِ، لَا تَحْقِرَنَّ جَارَةٌ لِجَارَتِهَا، وَلَوْ فِرْسِنَ شَاةٍ
"Wahai wanita-wanita Muslimah! Janganlah seorang tetangga meremehkan hadiah kepada tetangganya, meskipun hanya berupa kaki kambing."
(HR. Bukhari dan Muslim)

3.      Menutup Aib Tetangga

Islam mengajarkan untuk menjaga aib dan kehormatan tetangga. Jangan menjadi orang yang mengumbar aib mereka di masyarakat.

وَلَا تَجَسَّسُوا
"Dan janganlah kamu saling memata-matai."
(QS. Al-Ḥujurāt: 12)

4.      Toleransi dan Sabar

Hidup bertetangga tak selalu mudah. Islam mendorong umatnya untuk bersabar dan bersikap lapang dada menghadapi perbedaan atau kekurangan tetangga.

 

Hikmah Menjaga Etika Bertetangga

ـ           Menciptakan masyarakat yang damai dan saling menghargai.

ـ           Menumbuhkan solidaritas sosial dan gotong royong.

ـ           Menjadi ladang pahala dan cermin keimanan.

ـ           Mencegah konflik horizontal di tengah masyarakat.

 

Etika bertetangga dalam Islam adalah manifestasi dari keimanan yang sejati. Islam memerintahkan umatnya untuk menjadikan tetangga sebagai saudara yang harus dijaga, dihormati, dan dicintai. Dengan menjunjung tinggi adab dan etika dalam pergaulan sehari-hari, umat Islam tidak hanya memperindah akhlaknya, tetapi juga membangun peradaban sosial yang harmonis, damai, dan diberkahi Allah.

 


11 Agustus, 2025

Adab Bergaul di Masyarakat

Islam adalah agama yang sempurna dan menyeluruh, tidak hanya mengatur hubungan antara manusia dengan Allah (ḥablun min Allāh), tetapi juga hubungan antara sesama manusia (ḥablun min an-nās). Salah satu ajaran penting dalam Islam adalah adab bergaul di tengah masyarakat, yang menjadi fondasi kuat dalam membentuk peradaban yang damai, harmonis, dan penuh rahmat.

Dalam konteks sosial, adab adalah cerminan dari akhlak seorang Muslim yang sejati. Masyarakat yang diwarnai oleh adab akan tumbuh menjadi lingkungan yang saling menghargai, menghormati, dan menumbuhkan kebaikan kolektif.

 

Adab Bergaul Menurut Al-Qur’an dan Hadis

Islam sangat menekankan pentingnya akhlak dalam pergaulan. Allah berfirman:

وَقُولُوا لِلنَّاسِ حُسْنًا
"Dan ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia."
(QS. Al-Baqarah [2]: 83)

Ayat ini menjadi dasar bahwa tutur kata yang baik adalah bagian penting dari interaksi sosial.

Nabi Muhammad bersabda:

إِنَّمَا بُعِثْتُ لِأُتَمِّمَ مَكَارِمَ الْأَخْلَاقِ
“Sesungguhnya aku diutus hanya untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.”
(HR. Al-Bukhari dalam al-Adab al-Mufrad, no. 273)

 

Nilai-Nilai Adab dalam Pergaulan Masyarakat

  1. Bersikap Ramah dan Sopan
    Nabi dikenal sebagai pribadi yang lembut, ramah, dan tidak suka berkata kasar. Setiap Muslim dituntut meneladaninya dengan menebar senyum dan keramahan dalam pergaulan.
  2. Menghormati Sesama
    Islam mengajarkan penghormatan terhadap siapa pun tanpa melihat status sosial, suku, atau golongan. Dalam hadis disebutkan:

لَيْسَ مِنَّا مَنْ لَمْ يُوَقِّرْ كَبِيرَنَا وَيَرْحَمْ صَغِيرَنَا
“Bukan dari golongan kami orang yang tidak menghormati yang lebih tua dan tidak menyayangi yang lebih muda.”
(HR. Abu Dawud)

  1. Menjaga Lisan
    Salah satu adab terpenting adalah menjaga ucapan agar tidak menyakiti hati orang lain.

وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَا يَغْتَب بَّعْضُكُم بَعْضًا
"Dan janganlah kamu memata-matai dan janganlah menggunjing sebagian kamu terhadap sebagian yang lain."
(QS. Al-Ḥujurāt [49]: 12)

  1. Tolong-Menolong dalam Kebaikan
    Islam mendorong interaksi sosial yang positif melalui kerja sama dalam kebaikan.

وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَىٰ
“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa.”
(QS. Al-Mā’idah [5]: 2)

  1. Tidak Menyakiti Orang Lain
    Nabi bersabda:

الْمُسْلِمُ مَنْ سَلِمَ الْمُسْلِمُونَ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ
"Seorang Muslim adalah orang yang kaum Muslimin selamat dari lisan dan tangannya."
(HR. Bukhari dan Muslim)

 

Manfaat Adab dalam Bergaul

ـ           Membangun hubungan sosial yang kuat dan harmonis.

ـ           Menumbuhkan rasa saling percaya di tengah masyarakat.

ـ           Mencegah konflik dan kesalahpahaman.

ـ           Menjadi cermin dakwah akhlak Islam kepada non-Muslim.

 

Adab bergaul di masyarakat adalah bagian dari ajaran Islam yang mendasar dan tidak bisa dipisahkan dari kehidupan seorang Muslim. Islam menanamkan nilai-nilai etika dalam interaksi sosial sebagai bentuk implementasi dari akhlak mulia. Dengan menjaga tutur kata, bersikap ramah, saling menghargai, serta tolong-menolong dalam kebaikan, umat Islam akan mampu membangun masyarakat yang damai, adil, dan sejahtera.

 


02 Agustus, 2025


Bima, 2 Agustus 2025
— Kementerian Agama Kabupaten Bima menggelar kegiatan Serap Aspirasi Mitra Kementerian Agama Tahun 2025 bersama Anggota Komisi VIII DPR RI, Hj. Mahdalena, SS., MM., dan Kepala Kantor Kemenag Kabupaten Bima. Kegiatan ini berlangsung di Aula Kantor Kemenag Kabupaten Bima pada Sabtu, 2 Agustus 2025, dan dihadiri oleh lebih dari 200 peserta dari berbagai unsur tokoh agama, pengurus dan pembina pondok pesantren, kepala madrasah, penyuluh agama, serta perwakilan Kantor Urusan Agama (KUA) se-Kabupaten Bima.

Acara dibuka dengan pembacaan Kalam Ilahi oleh Ust. Sudirman, S.Pd.I, dilanjutkan menyanyikan lagu Indonesia Raya, dan doa yang dipimpin oleh H. Sudirman H. Hasan, S.Pd.I., M.Si..

Kepala Kantor Wilayah Kemenag Provinsi NTB yang diwakili oleh Hj. Nurlaila Ismi, M.Pd., dalam sambutannya menyampaikan apresiasi atas sinergi antara Kementerian Agama dan para tokoh agama serta lembaga sosial keagamaan. Ia menekankan pentingnya kolaborasi dan komunikasi dalam mengembangkan moderasi beragama dan penguatan pendidikan keagamaan.

Selanjutnya, Kepala Kantor Kemenag Kabupaten Bima membuka secara resmi kegiatan ini. Dalam sambutannya, ia menegaskan bahwa forum ini merupakan sarana penting untuk menghimpun masukan, kritik konstruktif, dan harapan dari para mitra strategis Kemenag di daerah.

Kegiatan inti berupa sesi serap aspirasi dipandu oleh moderator, Imran, S.Pd.I, SH. Dua narasumber utama yang hadir, yakni H. Mujiburrahman, S.Ag., dan Hj. Mahdalena, SS., MM., memaparkan berbagai program dan kebijakan pemerintah pusat, serta menyerap secara langsung masukan dari peserta seputar kebutuhan dan tantangan yang dihadapi lembaga-lembaga keagamaan di daerah, termasuk isu pembinaan pesantren, KUA, hingga penguatan peran penyuluh agama.

Dalam tanggapannya, Hj. Mahdalena menegaskan komitmennya untuk terus memperjuangkan aspirasi umat, terutama dalam bidang keagamaan dan sosial kemasyarakatan, di tingkat nasional melalui Komisi VIII DPR RI.

Kegiatan serap aspirasi ini diakhiri dengan diskusi terbuka yang berlangsung hangat dan konstruktif, mencerminkan semangat sinergi antara Kementerian Agama dan para pemangku kepentingan keagamaan di Bima.

Galery:












01 Agustus, 2025

Menjaga Amanah dan Tanggung Jawab

Amanah dan tanggung jawab merupakan dua konsep penting dalam ajaran Islam yang menjadi dasar dalam membangun kepribadian Muslim yang berintegritas. Keduanya tidak hanya menyangkut hubungan antara manusia dengan sesama, tetapi juga mencerminkan hubungan antara manusia dengan Allah . Islam meletakkan nilai-nilai amanah dan tanggung jawab sebagai fondasi moral yang kuat untuk menciptakan kehidupan individu dan sosial yang adil, jujur, dan teratur.

1. Pengertian Amanah dan Tanggung Jawab dalam Islam

Amanah (الأمانة) secara bahasa berarti kepercayaan atau sesuatu yang dititipkan kepada seseorang untuk dijaga. Secara istilah, amanah mencakup segala bentuk tanggung jawab yang harus ditunaikan dengan penuh kejujuran dan keadilan, baik dalam bentuk materi, jabatan, maupun tugas moral dan spiritual.

Tanggung jawab adalah kewajiban untuk memikul dan menunaikan sesuatu dengan penuh kesadaran, kesungguhan, dan konsekuensi atas hasilnya.

Allah berfirman:

إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُكُمْ أَنْ تُؤَدُّوا الْأَمَانَاتِ إِلَىٰ أَهْلِهَا

“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya...”
(QS. An-Nisā’ [4]: 58)

Ayat ini menegaskan bahwa amanah adalah perintah Allah dan wajib ditunaikan.

2. Amanah sebagai Ukuran Keimanan

Rasulullah menjadikan amanah sebagai salah satu ciri keimanan dan tolok ukur kejujuran seorang Muslim. Dalam hadis disebutkan:

لَا إِيمَانَ لِمَنْ لَا أَمَانَةَ لَهُ، وَلَا دِينَ لِمَنْ لَا عَهْدَ لَهُ

“Tidak ada iman bagi orang yang tidak memiliki amanah, dan tidak ada agama bagi orang yang tidak bisa memegang janji.”
(HR. Ahmad, no. 12575; Hasan)

Ini menunjukkan bahwa amanah tidak bisa dipisahkan dari identitas keislaman seseorang. Seorang Muslim yang sejati tidak akan mengkhianati amanah dalam bentuk apapun.

3. Ragam Amanah dan Tanggung Jawab

Amanah dalam Islam tidak terbatas pada harta benda, tetapi mencakup:

·         Amanah pribadi: Menjaga tubuh, waktu, dan potensi sebagai anugerah Allah.

·         Amanah sosial: Menjalankan tugas di masyarakat, jabatan publik, dan tanggung jawab pekerjaan.

·         Amanah spiritual: Menjaga salat, puasa, zakat, dan hubungan dengan Allah.

·         Amanah keluarga: Mendidik anak, memimpin rumah tangga dengan baik.

·         Amanah ilmu dan informasi: Tidak menyebarkan hoaks atau menyalahgunakan pengetahuan.

4. Konsekuensi Mengabaikan Amanah

Mengabaikan amanah termasuk ciri orang munafik, sebagaimana sabda Nabi :

آيَةُ الْمُنَافِقِ ثَلَاثٌ: ... وَإِذَا اؤْتُمِنَ خَانَ

“Tanda orang munafik ada tiga: ... dan jika diberi amanah, dia berkhianat.”
(HR. Bukhari dan Muslim)

Ketidakjujuran dan pengkhianatan terhadap amanah berdampak buruk pada diri sendiri dan masyarakat, seperti runtuhnya kepercayaan, rusaknya institusi, dan terciptanya ketidakadilan.

 

Menjaga amanah dan tanggung jawab merupakan prinsip utama dalam Islam yang mencerminkan integritas, kejujuran, dan kedewasaan iman seseorang. Dalam konteks sosial dan profesional, nilai ini menjadi fondasi dalam membangun masyarakat yang adil, damai, dan saling percaya. Setiap Muslim wajib menyadari bahwa amanah bukan hanya beban duniawi, melainkan amanah ilahi yang akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah pada hari kiamat.

Daftar Pustaka

1.      Al-Qur'an al-Karim

2.      Muslim, Imam. Sahih Muslim.

3.      Ahmad bin Hanbal. Musnad Ahmad, No. 12575.

4.      Al-Ghazālī, Abū Ḥāmid. Iḥyā’ ‘Ulūm al-Dīn, Beirut: Dar al-Fikr.

5.      Qaradhawi, Yusuf. Akhlak Muslim, Maktabah Wahbah, 2001.

6.      Syekh Abdurrahman As-Sa'di. Tafsir As-Sa'di.

 


Popular

Popular Posts

Blog Archive