Tampilkan postingan dengan label Proposal Disertasi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Proposal Disertasi. Tampilkan semua postingan

28 Mei, 2025

 

Dialog Kerukunan Intern Umat Beragama

Tema: “Penguatan Moderasi Merawat Kerukunan dan Keutuhan Bangsa”

Sape, 28 Mei 2025 — Dalam semangat memperkuat nilai-nilai toleransi dan persatuan, Kantor Kementerian Agama Kabupaten Bima menyelenggarakan kegiatan Dialog Kerukunan Intern Umat Beragama Tingkat Kabupaten Bima Tahun 2025 dengan tema “Penguatan Moderasi Merawat Kerukunan dan Keutuhan Bangsa”. Kegiatan ini berlangsung di Aula Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Sape.

Acara yang berlangsung dengan khidmat dan penuh semangat kebersamaan ini dihadiri oleh sejumlah tokoh penting, antara lain Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Bima, (PLH) H. Muhammad Safii, S.Pd., Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kabupaten Bima, H. Suaidin, S.Pd., Camat Sape, H. Anwar H. Ishaka, S.Sos., Kasi Madrasah H. Fahrin, S.Ag., Kasi Bimas Islam H. Sudirman, S.Pd.I, M.Si., dan sejumlah tokoh masyarakat lainnya.

Dalam sambutannya, H. Muhammad Safii menekankan pentingnya moderasi beragama sebagai pilar utama dalam menjaga keharmonisan sosial. “Moderasi beragama bukan sekadar konsep, tetapi menjadi komitmen bersama untuk senantiasa berada di jalan tengah, tidak ekstrem, serta menghargai perbedaan sebagai anugerah,” tegasnya.

Sementara itu, Ketua FKUB Kabupaten Bima, H. Suaidin, S.Pd., mengajak seluruh elemen masyarakat untuk menjadikan dialog seperti ini sebagai wadah konsolidasi nilai-nilai toleransi lintas iman dan budaya. “Kegiatan seperti ini sangat strategis dalam memperkuat jalinan komunikasi antarumat beragama, sehingga potensi konflik dapat dicegah sejak dini,” ujarnya.

Kegiatan ini diikuti oleh para tokoh agama lintas denominasi, tokoh pemuda, dan perwakilan ormas keagamaan dari berbagai kecamatan di Kabupaten Bima. Para peserta aktif berdiskusi dan berbagi pandangan terkait pentingnya menjaga keutuhan bangsa melalui jalan moderasi, toleransi, dan gotong royong.

Camat Sape, H. Anwar H. Ishaka, S.Sos., dalam sambutannya menyatakan bahwa wilayah Sape merupakan contoh masyarakat yang hidup dalam keberagaman dengan damai. Ia berharap dialog ini menjadi inspirasi bagi generasi muda untuk terus menjaga harmoni sosial.

Kegiatan ditutup dengan pernyataan bersama yang menegaskan komitmen untuk terus memperkuat nilai-nilai kebersamaan dan menolak segala bentuk ujaran kebencian, radikalisme, serta intoleransi di tengah masyarakat.

Dengan terlaksananya dialog ini, diharapkan spirit moderasi dan kerukunan semakin mengakar kuat di tengah kehidupan umat beragama di Kabupaten Bima, demi terciptanya bangsa yang damai, utuh, dan beradab.


16 Juni, 2016

Sejak awal tahun 2010, tepatnya pada tanggal 14 Januari 2010, pemerintah mencanangkan program “Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa” sebagai gerakan nasional. Pembangunan karakter yang merupakan upaya perwujudan amanat Pancasila dan Pembukaan UUD 1945 dilatarbelakangi oleh beragamnya permasalahan kebangsaan yang berkembang saat ini, seperti: disorientasi dan belum dihayatinya nilai-nilai Pancasila; keterbatasan perangkat kebijakan terpadu dalam mewujudkan nilai-nilai Pancasila; bergesernya nilai etika dalam kehidupan berbangsa dan bernegara; memudarnya kesadaran terhadap nilai- nilai budaya bangsa; ancaman disintegrasi bangsa; dan melemahnya kemandirian bangsa.

Permasalahan dekadensi moral di atas terjadi juga pada kalangan remaja khususnya pelajar di Kabupaten Bima sebagai bagian generasi muda Indonesia. Perilaku menabrak etika, moral dan hukum dari yang ringan sampai yang berat masih kerap diperlihatkan oleh pelajar. Kebiasaan ‘menyontek‘ pada saat ulangan atau ujian masih dilakukan. Hal lain yang menggejala adalah berbentuk kenakalan remaja berupa tawuran antarpelajar, pergaulan bebas, penyalahgunaan narkoba, pemalakan, bahkan penganiayaan. Semua perilaku negatif di kalangan pelajar tersebut di atas, jelas menunjukkan kerapuhan karakter yang cukup parah yang salah satunya disebabkan oleh tidak optimalnya pengembangan karakter di lembaga pendidikan di samping karena kondisi lingkungan yang tidak mendukung.

Uraian di atas menunjukkan bahwa terdapat dua hal yang menjadi penentu dalam proses pembentukan karakter bagi remaja, yaitu terfokus pada lembaga pendidikan dan lingkungan di luar lembaga pendidikan. Pembentukan karakter masyarakat Bima perlu digiatkan melalui pendidikan Islam dalam masyarakat mengingat bahwa masyarakat Bima sebagian besar adalah pemeluk Agama Islam. Selain itu saat ini kegiatan keagamaan dalam masyarakat Bima hanya sebatas pada kegiatan bacaan al-Qur’an melalui Taman Bacaan al-Qur’an (TBQ) tanpa melalui pendidikan agama dalam masyarakat secara sistematis.

Optimalisasi pendidikan Islam di masyarakat perlu dilakukan melalui pengintegrasian nilai-nilai luhur dalam masyarakat yang merupakan karakteristik khas dari masyarakat tersebut. Dalam konteks pendidikan di Daerah Bima, maka perlu diupayakan bentuk pendidikan Islam berbasis budaya Bima, dalam hal ini nilai-nilai luhur Daerah Bima. Pengintegrasian pola pelaksanaan pendidikan Islam secara nonformal di masyarakat dengan muatan nilai-nilai luhur daerah dipandang sebagai jembatan penghubung pendidikan sekolah dan pendidikan kemasyarakatan, di samping dalam rangka pelestarian budaya luhur daerah sebagai bagian budaya nusantara.
Selengkapnya...
Slide Power point... Slide Power Point

Popular

Popular Posts

Blog Archive