Tampilkan postingan dengan label Ekonomi Islam. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Ekonomi Islam. Tampilkan semua postingan

08 Juni, 2025

Bahaya Riba dalam Kehidupan

Riba adalah salah satu dosa besar dalam Islam yang secara tegas dilarang dalam Al-Qur'an dan Sunnah. Dalam kehidupan modern, praktik riba sering kali menyusup dalam sistem keuangan dan transaksi sehari-hari, baik secara individu maupun institusi. Penting bagi setiap Muslim untuk memahami hakikat dan bahaya riba agar dapat menjaga diri dari jeratan yang merusak ini.

Pengertian Riba

Secara bahasa, riba berarti tambahan atau kelebihan. Dalam istilah syariat, riba adalah tambahan yang diambil dalam transaksi pinjam-meminjam atau jual beli yang tidak sesuai dengan ketentuan Islam, baik berupa kelebihan pada pokok utang ataupun tambahan syarat yang merugikan salah satu pihak.

Larangan Riba dalam Al-Qur’an

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

ٱلَّذِينَ يَأۡكُلُونَ ٱلرِّبَوٰاْ لَا يَقُومُونَ إِلَّا كَمَا يَقُومُ ٱلَّذِي يَتَخَبَّطُهُ ٱلشَّيۡطَٰنُ مِنَ ٱلۡمَسِّۚ ذَٰلِكَ بِأَنَّهُمۡ قَالُوٓاْ إِنَّمَا ٱلۡبَيۡعُ مِثۡلُ ٱلرِّبَوٰاْۗ وَأَحَلَّ ٱللَّهُ ٱلۡبَيۡعَ وَحَرَّمَ ٱلرِّبَاۚ فَمَن جَآءَهُۥ مَوۡعِظَةٞ مِّن رَّبِّهِۦ فَٱنتَهَىٰ فَلَهُۥ مَا سَلَفَ وَأَمۡرُهُۥٓ إِلَى ٱللَّهِۖ وَمَنۡ عَادَ فَأُوْلَٰٓئِكَ أَصۡحَٰبُ ٱلنَّارِۖ هُمۡ فِيهَا خَٰلِدُونَ

"Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan setan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu disebabkan mereka berkata, 'Sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba,' padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu ia berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang kembali (mengambil riba), maka mereka itu penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya."
(QS. Al-Baqarah: 275)

Dalam ayat lain, Allah menyatakan:

يَـٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱتَّقُواْ ٱللَّهَ وَذَرُواْ مَا بَقِيَ مِنَ ٱلرِّبَوٰٓاْ إِن كُنتُم مُّؤۡمِنِينَ

"Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan tinggalkanlah sisa riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman."
(QS. Al-Baqarah: 278)

Bahaya Riba

1.        Mengundang Laknat dan Perang dari Allah dan Rasul-Nya

فَإِن لَّمۡ تَفۡعَلُواْ فَأۡذَنُواْ بِحَرۡبٖ مِّنَ ٱللَّهِ وَرَسُولِهِۦۖ

"...Jika kamu tidak melakukannya, maka ketahuilah bahwa Allah dan Rasul-Nya akan memerangimu..."
(QS. Al-Baqarah: 279)
Ini menunjukkan betapa besar ancaman terhadap pelaku riba.

2.        Menghapus Keberkahan Harta
Dalam hadits disebutkan bahwa harta dari riba tidak diberkahi dan akan menyebabkan kebangkrutan spiritual dan moral.

3.        Menyebabkan Ketimpangan Sosial
Riba menyebabkan yang kaya semakin kaya dan yang miskin semakin terjerat utang.

4.        Menghancurkan Akhlak dan Ketenangan Jiwa
Pelaku riba sering kali diliputi kegelisahan dan jauh dari keberkahan hidup.

Hadis Nabi tentang Riba

Rasulullah bersabda:

الرِّبَا سَبْعُونَ حُوبًا، أَيْسَرُهَا أَنْ يَنْكِحَ الرَّجُلُ أُمَّهُ

"Riba itu memiliki 73 pintu, yang paling ringan (dosanya) seperti seseorang yang menzinai ibunya sendiri."
(HR. Al-Hakim dan Al-Baihaqi, hasan)

لَعَنَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ آكِلَ الرِّبَا وَمُوكِلَهُ وَكَاتِبَهُ وَشَاهِدَيْهِ، وَقَالَ: هُمْ سَوَاءٌ

"Allah melaknat pemakan riba, yang memberi riba, pencatatnya dan dua saksinya."
(HR. Muslim)

 

Solusi Menghindari Riba

  • ـ           Memperkuat pemahaman fiqih muamalah agar tidak terjerumus ke dalam praktik riba yang samar.
  • ـ           Bertransaksi secara syariah, seperti melalui koperasi syariah, bank syariah, dan akad-akad muamalah yang sesuai sunnah.
  • ـ           Menumbuhkan kesadaran akan pentingnya kejujuran dan keadilan dalam transaksi.
  • ـ           Mendukung sistem ekonomi Islam sebagai alternatif dari sistem kapitalisme berbasis riba.

 

Riba bukan hanya dosa besar, tetapi juga penyakit sosial yang menghancurkan keadilan ekonomi dan mengikis keberkahan hidup. Islam datang membawa sistem ekonomi yang adil dan penuh keberkahan. Maka, hendaknya setiap Muslim berusaha meninggalkan riba dan memilih jalan yang diridhai Allah, agar hidupnya selamat dunia dan akhirat.

 


28 Mei, 2025


Dalam kehidupan seorang muslim, mencari rezeki bukan hanya soal memenuhi kebutuhan duniawi. Lebih dari itu, rezeki adalah sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah dan meraih keberkahan hidup. Islam mengajarkan bahwa mencari rezeki harus dengan cara yang halal dan disertai niat yang baik, agar rezeki tersebut tidak hanya mencukupi secara materi, tetapi juga berkah—yakni membawa kebaikan dan ketenangan hati.

 Makna Rezeki Halal dan Berkah

  1. Rezeki yang halal adalah rezeki yang diperoleh melalui cara-cara yang diizinkan oleh syariat Islam, tanpa unsur penipuan, riba, kecurangan, suap, atau praktik yang merugikan orang lain.
  2. Rezeki yang berkah adalah rezeki yang meskipun sedikit, tetapi membawa kebaikan, mencukupi kebutuhan, serta menumbuhkan ketenangan, syukur, dan ketaatan kepada Allah.

Rasulullah bersabda:

إِنَّ اللَّهَ طَيِّبٌ لَا يَقْبَلُ إِلَّا طَيِّبًا

"Sesungguhnya Allah itu baik dan tidak menerima kecuali yang baik (halal)."
(HR. Muslim)

 Al-Qur'an dan Hadis tentang Rezeki Halal

Allah berfirman:

يَـٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ كُلُوا۟ مِن طَيِّبَـٰتِ مَا رَزَقْنَـٰكُمْ وَٱشْكُرُوا۟ لِلَّهِ إِن كُنتُمْ إِيَّاهُ تَعْبُدُونَ

"Wahai orang-orang yang beriman, makanlah dari rezeki yang baik (halal) yang Kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah."
(QS. Al-Baqarah: 172)

Rasulullah juga bersabda:

إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْعَبْدَ الْمُحْتَرِفَ

"Sesungguhnya Allah mencintai hamba yang bekerja dan mencari rezeki dari hasil tangannya sendiri."
(HR. Ahmad)

Dan dalam hadis lain:

كُلُّ لَحْمٍ نَبَتَ مِنْ سُحْتٍ فَالنَّارُ أَوْلَى بِهِ

"Tidak akan masuk surga daging yang tumbuh dari hasil yang haram, neraka lebih layak baginya."
(HR. Ahmad dan Darimi)

 Ciri-Ciri Rezeki yang Berkah

  1. Didapat dengan cara yang jujur dan halal.
    Tidak ada unsur haram dalam usaha yang dilakukan.
  2. Membawa ketenangan dan rasa syukur.
    Rezeki yang berkah menumbuhkan sikap qana'ah (merasa cukup) dan menjauhkan dari tamak.
  3. Digunakan untuk hal-hal yang baik.
    Seperti menafkahi keluarga, membantu sesama, dan berinfak di jalan Allah.
  4. Mendorong ketaatan dan mendekatkan diri kepada Allah.
    Rezeki yang halal dan berkah menjadikan seseorang lebih rajin ibadah, bukan lalai dari Allah.

 Dampak Mencari Rezeki dengan Cara yang Haram

Meskipun rezeki haram tampak banyak dan cepat didapat, ia tidak membawa ketenangan. Sebaliknya, rezeki haram menjadi penyebab hati keras, doa tidak dikabulkan, dan keberkahan hidup hilang.

Rasulullah bersabda:


"ذَكَرَ الرَّجُلَ يُطِيلُ السَّفَرَ، أَشْعَثَ أَغْبَرَ، يَمُدُّ يَدَيْهِ إِلَى السَّمَاءِ، يَا رَبِّ، يَا رَبِّ، وَمَطْعَمُهُ حَرَامٌ، وَمَشْرَبُهُ حَرَامٌ، وَمَلْبَسُهُ حَرَامٌ، وَغُذِيَ بِالْحَرَامِ، فَأَنَّى يُسْتَجَابُ لَهُ؟"

"Seorang lelaki yang menempuh perjalanan jauh... kemudian mengangkat tangannya ke langit dan berdoa: ‘Ya Rabb, ya Rabb’, padahal makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya haram, dan diberi makan dari yang haram, maka bagaimana mungkin doanya dikabulkan?"
(HR. Muslim)

 Cara Mendapatkan Rezeki yang Halal dan Berkah

  1. Niat yang lurus dalam bekerja
    Niatkan mencari nafkah untuk menjalankan kewajiban, bukan sekadar ambisi duniawi.
  2. Pilih pekerjaan yang halal
    Hindari pekerjaan atau bisnis yang mengandung unsur riba, penipuan, atau syubhat (meragukan).
  3. Bekerja dengan jujur dan amanah
    Rasulullah dikenal sebagai “al-Amīn” (yang terpercaya), teladan utama dalam etika kerja.
  4. Perbanyak sedekah dan infak
    Sedekah tidak mengurangi rezeki, malah justru menambah keberkahan.
  5. Berdoa dan bertawakal kepada Allah
    Yakin bahwa Allah-lah pemberi rezeki, bukan hanya usaha semata.

Rezeki yang halal dan berkah adalah dambaan setiap muslim. Ia tidak selalu melimpah dalam angka, tetapi cukup untuk hidup tenang, diberkahi keluarga, dan menjadi wasilah menuju surga. Dalam Islam, keberhasilan bukan hanya diukur dari banyaknya harta, tapi dari bagaimana harta itu diperoleh dan digunakan.

Mari kita jadikan prinsip halalan ṭayyiban sebagai pedoman dalam mencari rezeki, agar kehidupan dunia menjadi ladang pahala dan akhirat menjadi tempat kembali yang mulia.

وَٱبْتَغِ فِيمَآ ءَاتَىٰكَ ٱللَّهُ ٱلدَّارَ ٱلْءَاخِرَةَ وَلَا تَنسَ نَصِيبَكَ مِنَ ٱلدُّنْيَا

"Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bagianmu di dunia."
(QS. Al-Qashash: 77)

 


Popular

Popular Posts

Blog Archive