Tampilkan postingan dengan label Remaja dan Generasi Muda. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Remaja dan Generasi Muda. Tampilkan semua postingan

31 Agustus, 2025

 

Dakwah di Kalangan Generasi Z

Dr. Abdul Munir, M.Pd.I

(Penyuluh Agama Islam Kementerian Agama Kabupaten Bima / KUA Sape)

 

Dakwah merupakan kewajiban umat Islam yang bersifat menyeluruh dan terus-menerus. Dalam konteks kekinian, dakwah menghadapi tantangan baru seiring dengan perubahan sosial dan teknologi, khususnya dalam menjangkau Generasi Z—yaitu mereka yang lahir antara tahun 1997 hingga 2012. Generasi ini tumbuh dalam lingkungan digital, sangat adaptif terhadap teknologi, kritis terhadap informasi, dan cenderung bebas dalam berekspresi.

 

Di sinilah peran penting dakwah yang kontekstual dan relevan harus dilakukan agar pesan Islam tetap hidup dan menyentuh hati mereka. Dakwah kepada Generasi Z bukan hanya mengandalkan ceramah konvensional, melainkan harus menyentuh platform dan cara berpikir mereka yang unik.

 

1. Perintah Dakwah dalam Islam

Allah memerintahkan umat Islam untuk menyampaikan kebenaran dan menyeru kepada kebaikan dengan cara yang bijak:

ٱدْعُ إِلِىٰ سَبِيلِ رَبِّكَ بِٱلْحِكْمَةِ وَٱلْمَوْعِظَةِ ٱلْحَسَنَةِ ۖ وَجَـٰدِلْهُم بِٱلَّتِى هِىَ أَحْسَنُ
"Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik, dan bantahlah mereka dengan cara yang paling baik."
(QS. An-Nahl: 125)

 

Rasulullah bersabda:

بَلِّغُوا عَنِّي وَلَوْ آيَةً
"Sampaikan dariku walau hanya satu ayat."
(HR. Bukhari, no. 3461)

Dua dalil ini menjadi fondasi bahwa setiap Muslim punya tanggung jawab untuk berdakwah, termasuk kepada generasi muda.

 

2. Karakteristik Generasi Z

Memahami objek dakwah adalah langkah awal dalam menyusun strategi. Beberapa ciri khas Generasi Z:

ـ           Digital native: Terbiasa dengan internet, media sosial, dan informasi cepat.

ـ           Visual dan cepat bosan: Lebih menyukai konten singkat, interaktif, dan visual (video pendek, meme, reels).

ـ           Kritis dan mandiri: Tidak mudah percaya, suka membandingkan sumber, dan lebih rasional.

ـ           Berjiwa bebas namun peduli isu sosial: Cenderung suka berekspresi dan aktif dalam isu lingkungan, kemanusiaan, dan keadilan.

 

3. Tantangan Dakwah kepada Generasi Z

ـ           Distraksi digital: Banyaknya konten hiburan membuat konten dakwah tersisih.

ـ           Minimnya literasi agama: Banyak yang Muslim secara identitas tapi kurang paham ajaran Islam.

ـ           Pengaruh liberalisme dan relativisme moral: Merusak pemahaman agama yang lurus.

ـ           Fenomena "islamophobia digital": Narasi negatif tentang Islam tersebar di media sosial.


4. Strategi Dakwah Efektif untuk Generasi Z

a. Gunakan Media Sosial Sebagai Wadah Dakwah
Platform seperti TikTok, Instagram, YouTube, dan podcast sangat potensial untuk menyampaikan nilai-nilai Islam dengan cara kreatif.

"Sesungguhnya setiap generasi ada zamannya, dan setiap zaman ada cara dakwahnya." – Prinsip dakwah kontemporer.

b. Konten Ringan, Tapi Bernas
Gunakan bahasa yang sederhana, ringan, namun tetap mengandung nilai syar’i dan logis.

c. Visualisasi yang Menarik
Dakwah lewat desain, infografis, animasi, video pendek, dan ilustrasi memiliki daya tarik kuat bagi Gen Z.

d. Libatkan Mereka Secara Aktif
Berdayakan generasi Z dalam kegiatan dakwah, ajak mereka berdiskusi, membuat konten, dan jadi bagian dari komunitas dakwah.

e. Jadilah Teladan dan Sahabat
Pendakwah tidak hanya menyuruh, tetapi juga mendengarkan dan membimbing. Nabi
adalah uswatun hasanah karena akhlaknya, bukan hanya ucapannya.

لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ ٱللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ
"Sungguh telah ada pada (diri) Rasulullah itu teladan yang baik bagi kalian."
(QS. Al-Ahzab: 21)

 

Dakwah kepada Generasi Z adalah tantangan sekaligus peluang besar bagi umat Islam. Generasi ini memiliki potensi luar biasa jika diarahkan dengan pendekatan yang tepat. Islam sebagai agama yang shalih likulli zaman wa makan (relevan sepanjang masa) dapat disampaikan dengan cara-cara baru, namun tetap berpegang teguh pada nilai-nilai wahyu. Melalui pemahaman karakter mereka, pemanfaatan teknologi, dan pendekatan yang bijak, dakwah kepada Generasi Z bisa menjadi gerakan kebangkitan Islam yang kuat dan berkelanjutan.

 

Daftar Pustaka

1.      Al-Qur’an al-Karim

2.      Shahih al-Bukhari

3.      Ibnu Katsir, Tafsir al-Qur’an al-Azhim

4.      Al-Ghazali, Ihya’ Ulum al-Din

5.      Azzam, Muhammad. Psikologi Dakwah Kontemporer, Jakarta: Kencana, 2018.

6.      Pew Research Center. Generational Cohort Analysis (2022).

7.      Al-Munajjid, Muhammad Shalih. Dakwah di Era Digital – IslamQA.info

8.      UIN Jakarta. Dakwah Milenial: Strategi Menyapa Gen Z, 2021

 


22 Agustus, 2025

 

Menjaga Identitas Muslim dalam Kehidupan Modern

Menjaga Identitas Muslim dalam Kehidupan Modern

Dr. Abdul Munir, M.Pd.I

(Penyuluh Agama Islam Kementerian Agama Kabupaten Bima / KUA Sape)

 

Di tengah arus globalisasi dan modernisasi, umat Islam dihadapkan pada tantangan besar dalam mempertahankan jati diri keislaman. Identitas sebagai seorang Muslim bukan hanya ditunjukkan melalui nama atau tempat tinggal, tetapi lebih dalam melalui keimanan, akhlak, gaya hidup, hingga pilihan dalam bertindak dan berinteraksi.

Menjaga identitas Muslim berarti tetap teguh dalam menjalankan ajaran Islam di segala kondisi. Hal ini sangat penting, sebab identitas tersebut adalah bentuk ketaatan kepada Allah dan menjadi benteng pertahanan diri dari pengaruh negatif budaya yang bertentangan dengan nilai-nilai Islam. Islam telah memberikan pedoman agar umatnya tidak larut dalam gaya hidup yang menyimpang dan tetap bangga menjadi Muslim.

 

1. Pengertian Identitas Muslim

Identitas Muslim mencakup seluruh aspek kehidupan yang mencerminkan keislaman seseorang. Termasuk dalam identitas ini adalah:

ـ           Akidah yang lurus : keyakinan yang benar dan murni terhadap Allah sesuai dengan ajaran Islam yang bersumber dari Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah serta pemahaman para sahabat. Akidah ini menjadi dasar utama dalam kehidupan seorang Muslim, karena ia menyangkut iman, tauhid, dan hubungan antara hamba dan Tuhannya.

ـ           Ibadah yang benar : ibadah yang dilakukan ikhlas karena Allah dan sesuai dengan tuntunan Rasulullah .

ـ           Akhlak yang mulia : perilaku, sikap, dan kebiasaan baik yang bersumber dari ajaran Islam dan mencerminkan keimanan serta ketakwaan seseorang kepada Allah . Akhlak mulia menjadi bagian tak terpisahkan dari identitas seorang Muslim yang sejati. Bahkan, Nabi Muhammad diutus salah satunya untuk menyempurnakan akhlak.

ـ           Penampilan dan pakaian yang sesuai syariat : cara berpakaian dan berpenampilan yang mengikuti ketentuan dan nilai-nilai Islam sebagaimana diajarkan dalam Al-Qur’an dan Sunnah. Tujuannya adalah untuk menjaga kehormatan, kesucian, dan membedakan identitas Muslim dari cara hidup yang bertentangan dengan ajaran Islam.

ـ           Sikap sosial yang mencerminkan nilai Islam : perilaku seorang Muslim dalam kehidupan bermasyarakat yang mencerminkan akhlak mulia, keadilan, kasih sayang, dan kepedulian sebagaimana diajarkan oleh Al-Qur’an dan Sunnah. Islam bukan hanya agama ibadah ritual, tapi juga agama yang mengatur bagaimana seorang Muslim bersikap terhadap sesama manusia.


Seorang Muslim memiliki identitas yang khas, yang membedakannya dari umat lainnya, baik dalam keyakinan, perilaku, maupun simbol-simbol lahiriah.

 

2. Perintah Menjaga Identitas dalam Al-Qur’an

Allah memerintahkan agar kaum Muslimin berpegang teguh kepada Islam secara kaffah (totalitas), termasuk dalam mempertahankan identitasnya:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا ادْخُلُوا فِي السِّلْمِ كَافَّةً وَلَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ ۚ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ
"Wahai orang-orang yang beriman! Masuklah ke dalam Islam secara keseluruhan, dan janganlah kamu ikuti langkah-langkah setan. Sungguh, ia musuh yang nyata bagimu."
(QS. Al-Baqarah: 208)

Ayat ini menunjukkan bahwa seorang Muslim harus menjalankan Islam secara menyeluruh, termasuk dalam menjaga identitasnya agar tidak tercampur dengan budaya yang menyesatkan.

 

3. Hadis Tentang Larangan Meniru Kaum Lain

Rasulullah sangat menekankan agar umat Islam tidak menyerupai orang-orang kafir dalam aspek ibadah, budaya, atau simbol-simbol khusus mereka.

مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ
"Barang siapa menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk bagian dari mereka."
(HR. Abu Dawud, no. 4031)

Hadis ini adalah peringatan keras agar umat Islam tidak kehilangan jati dirinya dengan mengikuti cara hidup yang bertentangan dengan ajaran Islam.

 

4. Bentuk-Bentuk Menjaga Identitas Muslim

Beberapa bentuk nyata dalam menjaga identitas Muslim antara lain:

ـ           Menjaga akidah: Tidak mengikuti paham-paham sesat atau pluralisme agama yang merusak keimanan.

ـ           Menjaga ibadah: Konsisten dalam menjalankan ibadah seperti shalat lima waktu, puasa, dan menutup aurat.

ـ           Menjaga akhlak dan tutur kata: Tidak ikut dalam budaya hedonisme, berkata kasar, atau kebiasaan yang tidak Islami.

ـ           Berpakaian sesuai syariat: Muslim laki-laki dan perempuan diwajibkan berpakaian menutup aurat, sopan, dan tidak menyerupai non-Muslim.

ـ           Menghindari budaya liberal yang merusak nilai Islam: Misalnya pacaran bebas, alkohol, pornografi, atau ikut perayaan agama lain.

 

5. Tantangan Menjaga Identitas Muslim di Era Modern

Beberapa tantangan yang dihadapi remaja dan umat Islam saat ini antara lain:

ـ           Tekanan sosial untuk "ikut tren"

ـ           Normalisasi budaya barat di media sosial

ـ           Minimnya pemahaman agama

ـ           Kurangnya peran orang tua dan sekolah dalam membentuk karakter Islam


Namun, tantangan ini bisa diatasi dengan penguatan iman, lingkungan yang baik, serta keteladanan dari orang-orang saleh.

 

Menjaga identitas sebagai Muslim adalah bagian dari ketaatan kepada Allah dan upaya menjaga kemurnian ajaran Islam. Identitas tersebut tidak hanya tampak dalam penampilan, tetapi juga dalam keyakinan, perilaku, dan gaya hidup. Islam sangat menekankan agar umatnya tidak menyerupai kaum lain yang menyimpang, dan terus memelihara prinsip-prinsip hidup Islami. Di era globalisasi ini, semangat menjaga jati diri sebagai Muslim adalah sebuah keharusan agar umat Islam tidak tergerus oleh budaya yang bertentangan dengan nilai-nilai syariat.

 

Daftar Pustaka

1.      Al-Qur’an al-Karim

2.      Shahih Muslim

3.      Sunan Abu Dawud

4.      Al-Ghazali, Ihya Ulumuddin

5.      Ibnu Taimiyyah, Iqtidha’ al-Shirat al-Mustaqim

6.      Shalih al-Munajjid. Fatawa tentang Tasyabbuh dan Gaya Hidup Muslim – IslamQA

7.      Yusuf al-Qaradawi, Nilai dan Etika Islam dalam Kehidupan

 


12 Agustus, 2025

 

Semangat Belajar dalam Islam

Dr. Abdul Munir, M.Pd.I

(Penyuluh Agama Islam Kementerian Agama Kabupaten Bima / KUA SAPE)

 

Ilmu merupakan cahaya yang menerangi kehidupan manusia. Islam memandang ilmu sebagai sesuatu yang sangat mulia, bahkan wahyu pertama yang diturunkan kepada Nabi Muhammad adalah perintah untuk membaca dan belajar. Semangat belajar dalam Islam tidak hanya bertujuan untuk memenuhi kebutuhan duniawi, tetapi juga sebagai sarana mendekatkan diri kepada Allah . Oleh karena itu, belajar adalah ibadah yang memiliki nilai besar di sisi-Nya.

 

Di tengah kemajuan zaman dan tantangan kehidupan modern, semangat belajar harus terus ditanamkan, terutama kepada generasi muda. Islam telah memberi teladan dan dorongan kuat agar umatnya tidak lalai dalam menuntut ilmu dan mengamalkannya.

 

1. Perintah Menuntut Ilmu dalam Al-Qur’an


Islam meletakkan fondasi ilmu pada tempat yang tinggi. Wahyu pertama adalah:

اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ ۝ خَلَقَ الْإِنسَانَ مِنْ عَلَقٍ ۝ اقْرَأْ وَرَبُّكَ الْأَكْرَمُ ۝ الَّذِي عَلَّمَ بِالْقَلَمِ ۝ عَلَّمَ الْإِنسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Mahamulia. Yang mengajar (manusia) dengan pena. Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya.”
(QS. Al-‘Alaq: 1–5)

Ayat ini menunjukkan bahwa membaca dan menuntut ilmu adalah ibadah yang pertama kali diperintahkan dalam Islam. Ini menandakan urgensi dan kemuliaan ilmu dalam kehidupan Muslim.

 

2. Hadis-Hadis Tentang Keutamaan Belajar


Nabi Muhammad bersabda:

طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ
“Menuntut ilmu adalah kewajiban atas setiap Muslim.”
(HR. Ibnu Majah, no. 224)

Dalam hadis lain, Rasulullah juga bersabda:

مَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ بِهِ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ
“Barang siapa menempuh jalan untuk menuntut ilmu, maka Allah akan mudahkan baginya jalan menuju surga.”
(HR. Muslim, no. 2699)

Hadis ini menegaskan bahwa belajar bukan hanya sekadar aktivitas duniawi, tetapi jalan menuju keselamatan akhirat.

 

3. Sikap Seorang Muslim Terhadap Ilmu


Islam mengajarkan bahwa ilmu harus disertai dengan semangat, adab, dan amal. Adapun beberapa sikap yang perlu ditanamkan:

ـ           Ikhlas karena Allah, bukan karena dunia

ـ           Sabar dalam proses belajar, karena ilmu tidak datang seketika

ـ           Tawadhu’ (rendah hati) kepada guru dan sesama penuntut ilmu

ـ           Mengamalkan ilmu, karena ilmu yang tidak diamalkan ibarat pohon tak berbuah

Ibnu Qayyim berkata, “Ilmu tanpa amal adalah seperti pohon tanpa buah.”

 

4. Menumbuhkan Semangat Belajar

Agar semangat belajar terus terjaga, beberapa hal yang bisa dilakukan:

ـ           Menyadari bahwa belajar adalah ibadah

ـ           Memiliki niat yang benar dan tujuan yang jelas

ـ           Mencontoh para ulama yang tekun dan istiqamah

ـ           Mengelilingi diri dengan lingkungan yang cinta ilmu

ـ           Mengatur waktu belajar dan tidak menunda-nunda

Allah juga berfirman:

يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ
“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.”
(QS. Al-Mujadilah: 11)

Ayat ini menunjukkan bahwa orang berilmu memiliki kedudukan mulia di sisi Allah.

 

Semangat belajar dalam Islam merupakan bagian dari ajaran pokok yang sangat ditekankan. Menuntut ilmu adalah jalan yang Allah bukakan menuju kemuliaan, baik di dunia maupun di akhirat. Al-Qur’an dan hadis menunjukkan dengan jelas bahwa menuntut ilmu adalah kewajiban, dan setiap Muslim hendaknya memelihara semangat itu sepanjang hayat. Dengan ilmu yang benar dan amal yang tulus, umat Islam dapat membangun peradaban yang kuat, beradab, dan diridhai Allah .

 

Daftar Pustaka

1.      Al-Qur’an al-Karim

2.      Shahih Muslim

3.      Sunan Ibnu Majah

4.      Ibnu Qayyim al-Jauziyyah. Miftah Dar al-Sa’adah.

5.      Al-Ghazali. Ihya Ulumuddin, Beirut: Darul Fikr.

6.      Al-Munajjid, Muhammad Shalih. Keutamaan Ilmu – IslamQA.info

7.      Al-Nawawi. Riyadhus Shalihin

 


Popular

Popular Posts

Blog Archive