23 Agustus, 2025

 

Menjaga Niat dalam Berdakwah: Kunci Keikhlasan Menuju Ridha Allah

Dr. Abdul Munir, M.Pd.I

(Penyuluh Agama Islam /KUA Sape)

 

Dakwah adalah kewajiban mulia dalam Islam, yakni menyeru kepada kebaikan, amar ma’ruf nahi munkar, serta mengajak manusia kepada jalan Allah. Namun semulia-mulianya aktivitas, ia bisa kehilangan nilainya jika tidak dilandasi niat yang benar dan ikhlas karena Allah . Oleh karena itu, menjaga niat adalah aspek paling fundamental dalam berdakwah, agar amal tidak menjadi sia-sia di hadapan Allah.

 

Dalam dunia modern saat ini, berbagai sarana dakwah terbuka luas, termasuk media sosial dan platform digital. Namun, di balik kemudahan tersebut, muncul tantangan besar bagi para dai dan pendakwah: apakah dakwah itu dilakukan untuk mengharap ridha Allah, atau sekadar popularitas, pengikut, atau materi duniawi?

 

1. Makna dan Pentingnya Niat dalam Islam

 

Niat (niyyah) adalah landasan utama dari setiap amal. Rasulullah bersabda:

إِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ، وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى
"Sesungguhnya segala amal tergantung pada niatnya, dan setiap orang hanya mendapatkan sesuai dengan apa yang ia niatkan."
(HR. Bukhari dan Muslim)

Ayat Al-Qur’an juga menegaskan pentingnya keikhlasan:

وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ
"Padahal mereka tidak diperintahkan kecuali agar menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya."
(QS. Al-Bayyinah: 5)

 

Dari sini, kita memahami bahwa dakwah pun harus dilakukan semata-mata karena Allah, bukan untuk sanjungan, pengikut, atau tujuan duniawi lainnya.

 

2. Bahaya Tidak Menjaga Niat dalam Berdakwah

 

Dalam sebuah hadis yang sangat menggugah, Rasulullah bersabda:

إِنَّ أَوَّلَ النَّاسِ يُقْضَى يَوْمَ الْقِيَامَةِ عَلَيْهِ... رَجُلٌ تَعَلَّمَ الْعِلْمَ وَعَلَّمَهُ وَقَرَأَ الْقُرْآنَ، فَأُتِيَ بِهِ فَعَرَّفَهُ نِعَمَهُ فَعَرَفَهَا، قَالَ: فَمَا عَمِلْتَ فِيهَا؟ قَالَ: تَعَلَّمْتُ الْعِلْمَ وَعَلَّمْتُهُ، وَقَرَأْتُ فِيكَ الْقُرْآنَ، قَالَ: كَذَبْتَ، وَلَكِنَّكَ تَعَلَّمْتَ الْعِلْمَ لِيُقَالَ عَالِمٌ، وَقَرَأْتَ الْقُرْآنَ لِيُقَالَ: هُوَ قَارِئٌ، فَقَدْ قِيلَ، ثُمَّ أُمِرَ بِهِ فَسُحِبَ عَلَى وَجْهِهِ، حَتَّى أُلْقِيَ فِي النَّارِ
“Orang pertama yang akan diadili di Hari Kiamat adalah seseorang yang menuntut ilmu dan mengajarkannya serta membaca Al-Qur’an. Ia akan didatangkan dan dikenalkan nikmat Allah, lalu ditanya: ‘Apa yang kau lakukan?’ Ia menjawab: ‘Aku menuntut ilmu, mengajarkannya dan membaca Al-Qur’an karena-Mu.’ Allah berfirman: ‘Kau dusta. Tapi kau menuntut ilmu agar dikatakan: dia alim, dan kau membaca Al-Qur’an agar dikatakan: dia qari’. Dan itu telah dikatakan.’ Lalu diperintahkan agar ia diseret ke neraka.”
(HR. Muslim, no. 1905)

 

Hadis ini sangat jelas menunjukkan betapa berbahayanya berdakwah tanpa keikhlasan. Amal bisa terlihat besar di mata manusia, namun tidak bernilai di sisi Allah jika niatnya menyimpang.

 

3. Tanda dan Ciri Niat yang Lurus dalam Dakwah

ـ           Tidak berharap pujian atau pengikut

ـ           Tidak merasa tinggi atau lebih baik dari orang lain

ـ           Fokus pada hasil akhir (keridhaan Allah), bukan popularitas

ـ           Tidak berubah semangat berdakwah meski tidak disukai atau tidak viral

ـ           Berani menyampaikan kebenaran meskipun pahit

 

4. Cara Menjaga Niat Tetap Ikhlas

 

a. Muhasabah Diri
Senantiasa mengevaluasi niat di awal, tengah, dan akhir amal.

 

b. Menyembunyikan amal jika memungkinkan
Seperti tidak memamerkan jumlah jamaah, likes, atau view.

 

c. Memperbanyak doa memohon keikhlasan
Rasulullah
mengajarkan:

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَنَا أَعْلَمُ، وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لَا أَعْلَمُ
"Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari mempersekutukan-Mu sementara aku mengetahuinya, dan aku memohon ampunan atas apa yang tidak aku ketahui."
(HR. Ahmad dan Al-Bukhari dalam al-Adab al-Mufrad)

 

d. Menyadari bahwa hanya Allah yang menilai amal
Jangan mudah puas dengan penilaian manusia, karena nilai hakiki hanyalah dari Allah.

 

Menjaga niat adalah inti dari keberhasilan dakwah di sisi Allah. Seorang dai sejati tidak hanya menguasai ilmu dan menyampaikannya, tetapi juga menjaga hati agar tetap lurus dan tulus. Sebab, amal dakwah yang besar bisa menjadi kosong jika tidak disertai niat ikhlas. Oleh karena itu, setiap Muslim, terutama yang berada di jalan dakwah, harus senantiasa memurnikan niatnya agar seluruh amal mendapat ridha Allah .

 

Daftar Pustaka

1.      Al-Qur’an al-Karim

2.      Shahih Bukhari

3.      Shahih Muslim

4.      Al-Ghazali, Ihya’ Ulumuddin

5.      Ibnul Qayyim, Madarijus Salikin

6.      Imam Nawawi, Riyadhus Shalihin

7.      Abu Hamid Al-Ghazali, Bidayatul Hidayah

8.      Yusuf al-Qaradawi, Fiqh al-Dakwah

 


0 komentar:

Posting Komentar

Silakan titip komentar anda..

Popular

Popular Posts

Blog Archive