
Menjaga Niat dalam Berdakwah: Kunci Keikhlasan Menuju Ridha Allah
Dr. Abdul Munir, M.Pd.I
(Penyuluh Agama Islam /KUA Sape)
Dakwah adalah kewajiban mulia dalam
Islam, yakni menyeru kepada kebaikan, amar ma’ruf nahi munkar, serta mengajak
manusia kepada jalan Allah. Namun semulia-mulianya aktivitas, ia bisa
kehilangan nilainya jika tidak dilandasi niat yang benar dan ikhlas karena
Allah ﷻ. Oleh karena
itu, menjaga niat adalah aspek paling fundamental dalam berdakwah, agar amal
tidak menjadi sia-sia di hadapan Allah.
Dalam
dunia modern saat ini, berbagai sarana dakwah terbuka luas, termasuk media
sosial dan platform digital. Namun, di balik kemudahan tersebut, muncul
tantangan besar bagi para dai dan pendakwah: apakah dakwah itu dilakukan untuk
mengharap ridha Allah, atau sekadar popularitas, pengikut, atau materi duniawi?
1. Makna dan Pentingnya Niat dalam Islam
Niat
(niyyah)
adalah landasan utama dari setiap amal. Rasulullah ﷺ
bersabda:
إِنَّمَا
الْأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ، وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى
"Sesungguhnya
segala amal tergantung pada niatnya, dan setiap orang hanya mendapatkan sesuai
dengan apa yang ia niatkan."
(HR. Bukhari dan Muslim)
Ayat Al-Qur’an juga menegaskan
pentingnya keikhlasan:
وَمَا أُمِرُوا
إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ
"Padahal
mereka tidak diperintahkan kecuali agar menyembah Allah dengan memurnikan
ketaatan kepada-Nya."
(QS. Al-Bayyinah: 5)
Dari sini, kita memahami bahwa
dakwah pun harus dilakukan semata-mata karena Allah, bukan untuk sanjungan,
pengikut, atau tujuan duniawi lainnya.
2. Bahaya Tidak Menjaga Niat dalam Berdakwah
Dalam
sebuah hadis yang sangat menggugah, Rasulullah ﷺ
bersabda:
إِنَّ أَوَّلَ
النَّاسِ يُقْضَى يَوْمَ الْقِيَامَةِ عَلَيْهِ... رَجُلٌ تَعَلَّمَ الْعِلْمَ
وَعَلَّمَهُ وَقَرَأَ الْقُرْآنَ، فَأُتِيَ بِهِ فَعَرَّفَهُ نِعَمَهُ
فَعَرَفَهَا، قَالَ: فَمَا عَمِلْتَ فِيهَا؟ قَالَ: تَعَلَّمْتُ الْعِلْمَ
وَعَلَّمْتُهُ، وَقَرَأْتُ فِيكَ الْقُرْآنَ، قَالَ: كَذَبْتَ، وَلَكِنَّكَ
تَعَلَّمْتَ الْعِلْمَ لِيُقَالَ عَالِمٌ، وَقَرَأْتَ الْقُرْآنَ لِيُقَالَ: هُوَ
قَارِئٌ، فَقَدْ قِيلَ، ثُمَّ أُمِرَ بِهِ فَسُحِبَ عَلَى وَجْهِهِ، حَتَّى
أُلْقِيَ فِي النَّارِ
“Orang
pertama yang akan diadili di Hari Kiamat adalah seseorang yang menuntut ilmu
dan mengajarkannya serta membaca Al-Qur’an. Ia akan didatangkan dan dikenalkan
nikmat Allah, lalu ditanya: ‘Apa yang kau lakukan?’ Ia menjawab: ‘Aku menuntut
ilmu, mengajarkannya dan membaca Al-Qur’an karena-Mu.’ Allah berfirman: ‘Kau
dusta. Tapi kau menuntut ilmu agar dikatakan: dia alim, dan kau membaca
Al-Qur’an agar dikatakan: dia qari’. Dan itu telah dikatakan.’ Lalu
diperintahkan agar ia diseret ke neraka.”
(HR. Muslim, no. 1905)
Hadis
ini sangat jelas menunjukkan betapa berbahayanya berdakwah tanpa keikhlasan.
Amal bisa terlihat besar di mata manusia, namun tidak bernilai di sisi Allah
jika niatnya menyimpang.
3. Tanda dan Ciri Niat yang Lurus dalam Dakwah
ـ
Tidak berharap pujian atau pengikut
ـ
Tidak merasa tinggi atau lebih baik dari orang lain
ـ
Fokus pada hasil akhir (keridhaan Allah), bukan
popularitas
ـ
Tidak berubah semangat berdakwah meski tidak disukai
atau tidak viral
ـ
Berani menyampaikan kebenaran meskipun pahit
4. Cara Menjaga Niat Tetap Ikhlas
a. Muhasabah Diri
Senantiasa mengevaluasi niat di awal, tengah, dan akhir amal.
b. Menyembunyikan amal jika
memungkinkan
Seperti tidak memamerkan jumlah jamaah, likes, atau view.
c. Memperbanyak doa memohon
keikhlasan
Rasulullah ﷺ mengajarkan:
اللَّهُمَّ إِنِّي
أَعُوذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَنَا أَعْلَمُ، وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لَا
أَعْلَمُ
"Ya
Allah, aku berlindung kepada-Mu dari mempersekutukan-Mu sementara aku
mengetahuinya, dan aku memohon ampunan atas apa yang tidak aku ketahui."
(HR. Ahmad dan Al-Bukhari dalam al-Adab al-Mufrad)
d. Menyadari bahwa hanya Allah yang
menilai amal
Jangan mudah puas dengan penilaian manusia, karena nilai hakiki hanyalah dari
Allah.
Menjaga
niat adalah inti dari keberhasilan dakwah di sisi Allah. Seorang dai sejati
tidak hanya menguasai ilmu dan menyampaikannya, tetapi juga menjaga hati agar
tetap lurus dan tulus. Sebab, amal dakwah yang besar bisa menjadi kosong jika
tidak disertai niat ikhlas. Oleh karena itu, setiap Muslim, terutama yang
berada di jalan dakwah, harus senantiasa memurnikan niatnya agar seluruh amal
mendapat ridha Allah ﷻ.
Daftar
Pustaka
1. Al-Qur’an
al-Karim
2. Shahih Bukhari
3. Shahih Muslim
4. Al-Ghazali, Ihya’
Ulumuddin
5. Ibnul Qayyim, Madarijus
Salikin
6. Imam Nawawi, Riyadhus
Shalihin
7. Abu Hamid
Al-Ghazali, Bidayatul
Hidayah
8. Yusuf
al-Qaradawi, Fiqh
al-Dakwah
0 komentar:
Posting Komentar
Silakan titip komentar anda..