(Penyuluh Agama Islam Kementerian Agama Kabupaten Bima /
KUA Sape)
Dalam Islam, menyampaikan kebenaran
adalah amanah yang harus ditunaikan oleh setiap Muslim, terlebih oleh para
da’i, guru, orang tua, dan siapa pun yang memiliki ilmu. Namun, menyampaikan
kebenaran tidak cukup hanya dengan niat yang baik dan isi yang benar, melainkan
juga harus disampaikan dengan cara yang bijak, lembut, dan tepat sasaran.
Inilah yang disebut dalam Islam sebagai “bil hikmah”—dengan
hikmah.
Tanpa hikmah, kebenaran bisa
ditolak. Tanpa kelembutan, kebenaran bisa melukai. Oleh sebab itu, Islam
mengajarkan agar kebenaran tidak hanya dikemas dengan keilmuan, tetapi juga
dengan kebijaksanaan, kesabaran, dan kasih sayang.
1.
Perintah Menyampaikan Kebenaran
Allah ﷻ
memerintahkan umat Islam untuk berdakwah dan menyampaikan kebenaran:
وَلْتَكُن مِّنكُمْ
أُمَّةٌۭ يَدْعُونَ إِلَى ٱلْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِٱلْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ
عَنِ ٱلْمُنكَرِ ۚ وَأُو۟لَـٰٓئِكَ هُمُ ٱلْمُفْلِحُونَ
"Dan
hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebaikan,
menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah
orang-orang yang beruntung."
(QS. Ali Imran: 104)
Namun, perintah ini dilanjutkan
dengan tuntunan cara yang bijak:
ٱدْعُ إِلِىٰ
سَبِيلِ رَبِّكَ بِٱلْحِكْمَةِ وَٱلْمَوْعِظَةِ ٱلْحَسَنَةِ ۖ وَجَـٰدِلْهُم
بِٱلَّتِى هِىَ أَحْسَنُ
"Serulah
(manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik, dan
bantahlah mereka dengan cara yang paling baik."
(QS. An-Nahl: 125)
Ayat ini menjadi prinsip utama dalam
menyampaikan kebenaran: harus dengan hikmah,
nasihat yang baik, dan berdiskusi dengan cara yang terbaik.
2. Makna dan Contoh Hikmah
Hikmah
(الْحِكْمَةُ) berarti
menempatkan sesuatu pada tempatnya. Dalam konteks dakwah dan menyampaikan
kebenaran, hikmah mencakup:
ـ
Memilih waktu yang tepat
ـ
Memahami kondisi dan latar belakang lawan bicara
ـ
Menggunakan bahasa yang halus, tidak kasar
ـ
Menghindari sikap merendahkan
ـ
Bersabar dan tidak tergesa-gesa dalam mengharapkan
perubahan
Contoh nyata
hikmah dapat dilihat dalam kisah Nabi Musa dan Harun yang diperintahkan Allah
untuk berdakwah kepada Fir’aun:
فَقُولَا لَهُۥ
قَوْلًۭا لَّيِّنًۭا لَّعَلَّهُۥ يَتَذَكَّرُ أَوْ يَخْشَىٰ
"Maka
berbicaralah kamu berdua kepadanya (Fir’aun) dengan kata-kata yang lemah
lembut, mudah-mudahan ia ingat atau takut."
(QS. Thaha: 44)
Padahal Fir’aun adalah orang paling
zalim saat itu, namun Allah tetap memerintahkan Nabi-Nya untuk bersikap lembut.
Inilah esensi dakwah yang penuh hikmah.
3. Hadis-Hadis tentang Menyampaikan Kebenaran dengan Lembut
Rasulullah ﷺ
adalah teladan utama dalam berdakwah penuh hikmah:
إِنَّ الرِّفْقَ
لَا يَكُونُ فِي شَيْءٍ إِلَّا زَانَهُ، وَلَا يُنْزَعُ مِنْ شَيْءٍ إِلَّا شَانَهُ
"Sesungguhnya
kelembutan tidaklah ada pada sesuatu melainkan ia menghiasinya, dan tidaklah
dicabut dari sesuatu melainkan akan memperburuknya."
(HR. Muslim, no. 2594)
مَنْ يُرِدِ
اللَّهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِي الدِّينِ
"Barang
siapa yang Allah kehendaki kebaikan padanya, maka Allah akan memahamkan dia
dalam urusan agama."
(HR. Bukhari dan Muslim)
Hadis ini menekankan bahwa pemahaman
agama—yang mencakup hikmah dalam menyampaikannya—adalah tanda kebaikan dari
Allah.
4. Bahaya Menyampaikan Kebenaran Tanpa Hikmah
Kebenaran yang disampaikan dengan
cara yang salah dapat:
ـ
Menyebabkan penolakan atau kebencian terhadap dakwah
ـ
Melukai hati dan menimbulkan dendam
ـ
Membuat orang menjauh dari Islam
ـ
Menjadi fitnah bagi dakwah itu sendiri
Rasulullah ﷺ
pernah menegur para sahabat yang terlalu keras dalam menyampaikan kebenaran.
Dalam salah satu hadis, beliau bersabda:
إِنَّ مِنكُمْ
مُنَفِّرِينَ
"Sesungguhnya
di antara kalian ada yang membuat orang lari (dari agama)."
(HR. Bukhari)
Menyampaikan
kebenaran adalah kewajiban, tetapi harus disertai dengan hikmah. Kebenaran yang
disampaikan dengan cara yang bijaksana akan lebih mudah diterima dan membekas
di hati. Islam mengajarkan bahwa kelembutan, kesabaran, dan empati dalam
berdakwah adalah kunci keberhasilan dakwah. Menjadi juru dakwah bukan hanya
soal keberanian, tetapi juga kecerdasan emosional dan kasih sayang.
Daftar Pustaka
1. Al-Qur’an
al-Karim
2. Shahih Bukhari
3. Shahih Muslim
4. Ibnu Katsir, Tafsir
al-Qur’an al-‘Azhim
5. Al-Ghazali, Ihya’
Ulumuddin
6. Shalih
Al-Munajjid, Etika
Dakwah dalam Islam
7. Yusuf
al-Qaradawi, Fiqh
al-Da’wah
8. Abdul Karim
Zaidan, Ushul
al-Dakwah
0 komentar:
Posting Komentar
Silakan titip komentar anda..