10 Mei, 2025


Dalam perjalanan hidup ini, tidak semua hal berjalan sesuai harapan. Ada masa sulit, kegagalan, cobaan, dan penantian panjang. Dalam menghadapi semua itu, Islam memberikan satu kunci utama: sabar. 

Sabar bukan berarti pasrah tanpa usaha, melainkan kekuatan untuk tetap teguh, tabah, dan terus bergerak di jalan yang benar, meskipun dalam keadaan sulit. 

Sabar dalam Pandangan Islam 
Allah ﷻ menyebut sabar dalam banyak ayat Al-Qur'an, bahkan mengaitkannya dengan keberuntungan dan keberhasilan. Firman Allah: 
 
إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُمْ بِغَيْرِ حِسَابٍ 
"Sesungguhnya orang-orang yang sabar itu akan diberi pahala mereka tanpa batas."
 (QS. Az-Zumar: 10) 

Pahala tanpa batas — ini adalah keutamaan luar biasa yang tidak disebutkan untuk amal lain, kecuali sabar.

Sabar Adalah Jalan Menuju Keberhasilan 
Kesuksesan bukan milik orang yang cepat menyerah, tetapi bagi mereka yang tetap teguh saat gagal, bangkit saat terjatuh, dan tetap percaya pada pertolongan Allah. 

Rasulullah ﷺ bersabda: 
 عَجَبًا لِأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ لَهُ خَيْرٌ وَلَا يَكُونُ ذَٰلِكَ إِلَّا لِمُؤْمِنٍ، إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ 
 "Sungguh mengagumkan urusan orang yang beriman, karena seluruh urusannya adalah baik bagi dirinya, dan itu tidak akan terjadi kecuali pada orang yang beriman. Jika ia mendapat nikmat, ia bersyukur, dan itu baik baginya. Jika ia tertimpa musibah, ia sabar, dan itu juga baik baginya." 
(HR. Muslim) 
 Ini artinya, kesabaran adalah kunci untuk membuka pintu keberhasilan. 

Jenis-Jenis Sabar dalam Hidup 
Sabar dalam ketaatan – terus beribadah dan menjaga diri dari kemalasan. 
 Sabar dalam menjauhi maksiat – kuat menahan diri dari godaan dunia. 
 Sabar menghadapi takdir dan ujian – tetap ridha dan ikhtiar meski diuji. 
 Semua jenis sabar ini membawa seseorang pada kemuliaan dunia dan keselamatan akhirat. 
 
Orang yang Sabar Itu Dicintai Allah 
 
وَاللَّهُ يُحِبُّ الصَّابِرِينَ 
"Dan Allah mencintai orang-orang yang sabar." 
(QS. Ali ‘Imran: 146)

Bayangkan, Allah sendiri menyatakan cinta-Nya kepada orang-orang yang bersabar. Apakah ada balasan yang lebih indah daripada dicintai oleh Rabb semesta alam? 
 
Kesabaran bukan kelemahan, tapi kekuatan sejati. Orang yang bersabar akan naik derajatnya di sisi Allah, disayangi manusia, dan akhirnya akan mencapai keberhasilan yang hakiki. Ingatlah selalu: 


“Orang yang bersabar, dialah yang akan berhasil dan beruntung.” 

Mari kita latih diri untuk sabar — dalam bekerja, belajar, berdakwah, membina keluarga, dan menjalani setiap takdir kehidupan. Karena bersama sabar, akan datang pertolongan dan kemenangan.

05 Mei, 2025


Dalam hidup ini, kesuksesan dan keberhasilan tidak diberikan secara cuma-cuma. Ia adalah hasil dari kerja keras, ketekunan, dan kesungguhan. Dalam pepatah Arab dikatakan: 
 
مَنْ جَدَّ وَجَدَ 
“Barang siapa yang bersungguh-sungguh, maka ia akan mendapatkan.” 

Prinsip ini sejalan dengan ajaran Islam yang mengajarkan bahwa Allah akan memberikan hasil sesuai dengan usaha hamba-Nya. 

Islam Mengajarkan Kesungguhan 
Allah ﷻ berfirman: 
وَأَنْ لَيْسَ لِلْإِنسَانِ إِلَّا مَا سَعَىٰ ﴿٣٩﴾ وَأَنَّ سَعْيَهُ سَوْفَ يُرَىٰ 
"Dan bahwa manusia hanya memperoleh apa yang telah diusahakannya, dan sesungguhnya usahanya itu kelak akan diperlihatkan (kepadanya)." 
(QS. An-Najm: 39–40) 

Ayat ini menegaskan bahwa Allah menilai setiap usaha. Tidak ada usaha yang sia-sia selama dilakukan dengan niat yang benar dan cara yang halal. 

Rasulullah ﷺ: Teladan dalam Kesungguhan 
Rasulullah ﷺ adalah contoh nyata kesungguhan. Dalam dakwah, beliau menghadapi penolakan, siksaan, dan ancaman. Namun dengan keteguhan dan kesungguhan, Islam menyebar ke seluruh penjuru dunia. 

Beliau juga bersabda: 
إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ إِذَا عَمِلَ أَحَدُكُمْ عَمَلًا أَنْ يُتْقِنَهُ 
 "Sesungguhnya Allah mencintai apabila seseorang dari kalian melakukan suatu pekerjaan, maka ia melakukannya dengan itqan (sungguh-sungguh dan profesional)." (HR. Al-Baihaqi) 

Kesungguhan: Kunci Dunia dan Akhirat 
Kesungguhan tidak hanya mendatangkan keberhasilan di dunia, tetapi juga pahala di akhirat. Dalam menuntut ilmu, bekerja, berdakwah, hingga beribadah, kita dituntut untuk bersungguh-sungguh. 

فَاسْتَبِقُوا الْخَيْرَاتِ 
"Berlomba-lombalah kalian dalam kebaikan."
(QS. Al-Baqarah: 148) 
 Ini menunjukkan bahwa semangat juang adalah bagian dari iman.
 
Buah dari Kesungguhan 
Dimudahkan jalan oleh Allah 
Rasulullah ﷺ bersabda: 
مَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا، سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ بِهِ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ
“Barang siapa menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan mudahkan baginya jalan menuju surga.” 
(HR. Muslim) 
 
Dihargai manusia dan dimuliakan Allah 
Orang yang gigih dalam perjuangan hidup akan dihormati, karena ia tidak mengandalkan nasib semata, tapi berjuang dengan kerja nyata. 
 
Menginspirasi orang lain 
Kesungguhan seseorang sering kali menjadi motivasi bagi orang lain untuk ikut bangkit dan semangat. 

Kesungguhan adalah bukti nyata dari niat yang tulus dan tekad yang kuat. Dalam Islam, setiap usaha dihargai dan diberi balasan, bahkan jika hasilnya belum tampak di dunia. Maka, jangan pernah lelah untuk terus berusaha, karena: 

مَنْ جَدَّ وَجَدَ 
 “Barang siapa bersungguh-sungguh, maka ia akan mendapatkan.” 

Teruslah berjalan, meski perlahan. Karena dengan kesungguhan, langkahmu akan sampai pada tujuan yang diridhai Allah.

02 Mei, 2025


Dalam kehidupan seorang Muslim, istiqomah (konsistensi) dalam kebaikan adalah kunci utama menuju keselamatan dunia dan akhirat. Banyak orang yang semangat dalam kebaikan hanya di awal, namun tidak mampu mempertahankannya. Padahal, Allah ﷻ dan Rasul-Nya sangat memuliakan orang-orang yang istiqomah dalam menjalankan kebenaran. 

Makna Istiqomah 
Secara bahasa, istiqomah berarti teguh, lurus, dan konsisten. Dalam Islam, istiqomah adalah sikap teguh di atas jalan yang benar — jalan Islam — tanpa menyimpang ke kanan atau kiri, meski ada rintangan, godaan, dan tekanan.

Allah ﷻ berfirman:
إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلَائِكَةُ أَلَّا تَخَافُوا وَلَا تَحْزَنُوا ۖ وَأَبْشِرُوا بِالْجَنَّةِ الَّتِي كُنتُمْ تُوعَدُونَ 
"Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: ‘Tuhan kami adalah Allah,’ kemudian mereka istiqomah, maka malaikat-malaikat akan turun kepada mereka (seraya berkata): Janganlah kamu takut dan janganlah kamu bersedih hati..." 
(QS. Fussilat: 30)

Ayat ini menjadi bukti bahwa istiqomah adalah sifat mulia yang mendapatkan penjagaan langsung dari malaikat Allah.

Istiqomah Adalah Perintah Rasulullah ﷺ 
 عَنْ أَبِي عَمْرٍو - وَقِيلَ: أَبِي عَمْرَةَ - سُفْيَانَ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ الثَّقَفِيِّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ: قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، قُلْ لِي فِي الْإِسْلَامِ قَوْلًا لَا أَسْأَلُ عَنْهُ أَحَدًا غَيْرَكَ. قَالَ: "قُلْ آمَنْتُ بِاللَّهِ، ثُمَّ اسْتَقِمْ". 
 Ketika seorang sahabat bertanya kepada Rasulullah ﷺ, "Wahai Rasulullah, katakanlah kepadaku satu kata dalam Islam, yang aku tidak akan bertanya lagi kepada siapa pun selain engkau," maka Rasulullah menjawab: 
 "Katakanlah: Aku beriman kepada Allah, kemudian istiqomahlah." 
 (HR. Muslim)
 Hadis ini menekankan bahwa iman yang benar harus dibuktikan dengan keteguhan dalam amal.

Tantangan dalam Menjaga Istiqomah 
Istiqomah bukanlah sesuatu yang mudah. Godaan dunia, hawa nafsu, pergaulan, dan ujian hidup bisa melemahkan semangat seseorang. Maka diperlukan:
  •  Niat yang lurus karena Allah.
  •  Lingkungan yang mendukung kebaikan.
  •  Ilmu dan pemahaman agama yang kuat.
  •  Doa yang terus-menerus agar diberi keteguhan hati.
 Nabi ﷺ sendiri sering berdoa:
 يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوبِ، ثَبِّتْ قَلْبِي عَلَى دِينِكَ."
“Wahai Dzat yang membolak-balikkan hati, tetapkanlah hatiku di atas agama-Mu.”
(HR. Tirmidzi)
 
Buah dari Istiqomah 
Orang yang istiqomah akan mendapatkan:
  •  Ketenangan hati dan perlindungan dari Allah.
  •  Pahala besar atas konsistensi amalnya.
  •  Kesudahan yang baik (husnul khatimah).
  •  Kekuatan dalam menghadapi cobaan hidup.


Istiqomah adalah bukti keimanan sejati. Ia adalah perjuangan seumur hidup yang membutuhkan keikhlasan, kesabaran, dan pertolongan Allah. Meski jalannya tidak selalu mudah, namun hasilnya adalah surga yang dijanjikan. 

 “Berjalanlah perlahan, asalkan tetap di jalan yang benar. Karena Allah tidak melihat seberapa cepat langkahmu, tetapi seberapa istiqomah hatimu.”


30 April, 2025



Dalam kehidupan, teman memiliki peran besar dalam membentuk kepribadian, akhlak, bahkan nasib seseorang. Islam sebagai agama yang sempurna memberikan panduan dalam memilih teman yang baik. Teman yang baik bukan hanya yang menyenangkan dalam pergaulan, tetapi juga yang menuntun kepada kebaikan dunia dan akhirat. 

1. Teman yang Baik adalah Cermin Diri 
Rasulullah ﷺ bersabda: 

"Seseorang itu tergantung agama temannya. Maka hendaklah salah seorang dari kalian melihat siapa yang ia jadikan teman dekat." 
(HR. Abu Dawud dan Tirmidzi) 

Hadis ini mengingatkan bahwa teman bisa memengaruhi keimanan dan cara hidup seseorang. Maka penting bagi seorang Muslim untuk memilih teman yang shalih, jujur, dan berakhlak mulia.

 2. Teman yang Mengingatkan kepada Allah 
Sebaik-baik teman adalah yang selalu mengingatkan kita untuk taat kepada Allah ﷻ. Bukan yang membiarkan kita dalam maksiat, apalagi mendorong kepada dosa. Allah berfirman: 

"Teman-teman akrab pada hari itu (kiamat) saling bermusuhan, kecuali orang-orang yang bertakwa." 
(QS. Az-Zukhruf: 67) 

Teman yang bertakwa akan menjadi sahabat sejati, tidak hanya di dunia, tetapi juga di akhirat. 

3. Perumpamaan Teman yang Baik 
Nabi Muhammad ﷺ memberikan gambaran yang sangat indah tentang teman yang baik:

 "Perumpamaan teman yang baik dan teman yang buruk ibarat pembawa minyak wangi dan pandai besi. Pembawa minyak wangi bisa memberimu atau kamu membeli darinya, atau kamu mencium aroma harum darinya. Sedangkan pandai besi bisa membakar pakaianmu atau kamu mencium bau tidak sedap darinya." (HR. Bukhari dan Muslim) 

Hadis ini menunjukkan bahwa kehadiran teman yang baik akan selalu membawa manfaat, walaupun hanya dengan teladan sikap dan tutur katanya. 

4. Teman dalam Kebaikan, Bukan dalam Keburukan 
Islam mengajarkan agar kita saling menasihati dalam kebenaran. Teman yang baik adalah yang tidak segan menegur saat kita salah dan mengajak dalam kebaikan. 

"Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan..." 
(QS. Al-Ma'idah: 2) 

5. Doa untuk Sahabat 
Islam juga mengajarkan agar kita mendoakan teman kita. Salah satu bentuk kasih sayang yang indah adalah mendoakan kebaikan untuk sahabat secara sembunyi-sembunyi. Rasulullah ﷺ bersabda: 

"Doa seorang Muslim untuk saudaranya tanpa sepengetahuannya adalah mustajab..." 
(HR. Muslim) 

Teman sejati bukan hanya ada saat senang, tetapi juga menjadi penopang di saat sulit, dan pendoa dalam diam. 

Sebaik-baik teman dalam Islam adalah yang mendekatkan kita kepada Allah, yang jujur, amanah, dan selalu menyemangati dalam kebaikan. Jika kita memiliki teman seperti itu, jagalah dia. Dan jika belum, maka berusahalah menjadi pribadi yang layak untuk menjadi sahabat bagi orang-orang baik. 

"Teman sejati adalah cermin akhlak kita, penolong dalam iman, dan sahabat menuju surga."

25 April, 2025



Islam adalah agama yang menyeluruh, yang memperhatikan kesehatan jiwa sekaligus raga. Salah satu pepatah yang dikenal luas, “Akal yang sehat terdapat pada jasad yang sehat,” sangat selaras dengan nilai-nilai Islam. Kesehatan tubuh bukan hanya untuk kenyamanan hidup, tapi juga sebagai penunjang bagi seseorang dalam menjalankan ibadah dan mengelola akalnya dengan baik.

1. Islam Mendorong Hidup Sehat 
Rasulullah ﷺ bersabda:
إِنَّ لِبَدَنِكَ عَلَيْكَ حَقًّا
"Sesungguhnya tubuhmu memiliki hak atasmu." 
 (HR. Bukhari) 

Hadis ini menjadi dasar bahwa menjaga kesehatan bukanlah pilihan, melainkan kewajiban. Tubuh yang sehat memudahkan kita dalam melaksanakan ibadah, berpikir jernih, dan bekerja secara produktif.

 2. Akal sebagai Amanah Allah 
Akal adalah salah satu nikmat terbesar dari Allah ﷻ. Dengan akal, manusia bisa membedakan antara yang benar dan salah, yang halal dan haram, yang baik dan buruk. Namun akal yang baik tidak akan optimal jika tubuh lemah atau sakit karena kelalaian menjaga diri. 


وَيَجْعَلُ لَكُمْ أَفْئِدَةً لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ 
“…dan Dia menjadikan bagi kalian hati (akal) agar kalian bersyukur.” 
(QS. An-Nahl: 78)

Menjaga jasad berarti menjaga kemampuan akal agar bisa digunakan untuk hal-hal yang bermanfaat dan bersyukur atas nikmat Allah.

3. Makan Halal dan Bergizi 
Islam menekankan pentingnya makan dari yang halal dan thayyib (baik dan bergizi). Makanan yang tidak sehat atau berlebihan dapat melemahkan tubuh, bahkan memengaruhi kejernihan berpikir. Allah berfirman: 

"Makanlah dari rezeki yang baik yang telah Kami berikan kepada kalian…" 

(QS. Al-Baqarah: 172) 

Kesehatan akal juga berkaitan dengan pola makan yang seimbang, tidak berlebihan, serta menjauhkan diri dari zat-zat yang merusak tubuh dan pikiran. 

4. Aktif Bergerak dan Menjauhi Kemalasan 
Rasulullah ﷺ adalah sosok yang sangat aktif dan tidak menyukai kemalasan. Dalam doanya, beliau sering memohon perlindungan dari “al-‘ajzi wal-kasali” (kelemahan dan malas). 


اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنَ الْعَجْزِ وَالْكَسَلِ 
"Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kelemahan dan kemalasan."
(HR. Abu Dawud) 

Olahraga dan aktivitas fisik tidak hanya menyehatkan tubuh, tapi juga menguatkan mental dan fokus. 

5. Seimbang antara Ibadah, Ilmu, dan Kesehatan 
Seorang Muslim yang ideal adalah yang seimbang dalam urusan ibadah, menuntut ilmu, dan menjaga kesehatannya. Islam tidak menyukai sikap ekstrem dalam satu aspek dan melalaikan yang lain. Kesehatan jasmani dan rohani berjalan seiring sebagai bekal dalam menunaikan tugas hidup di dunia. 

Pepatah “Akal yang sehat terdapat pada jasad yang sehat” mengajarkan kita bahwa menjaga tubuh bukanlah hal duniawi semata, tapi juga bagian dari ibadah. Dengan jasad yang kuat, kita bisa berpikir jernih, beribadah dengan khusyuk, dan berkarya dengan maksimal. Mari kita jaga kesehatan sebagai bentuk syukur dan tanggung jawab atas amanah tubuh yang diberikan Allah. 

Tubuh yang sehat, hati yang bersih, dan akal yang jernih — itulah ciri mukmin sejati.


15 April, 2025


Masa remaja adalah masa emas, masa penuh semangat dan potensi. Inilah waktu yang tepat untuk memperkaya diri dengan ilmu. Dalam Islam, menuntut ilmu bukan sekadar kewajiban, tetapi juga jalan menuju kemuliaan dan kedekatan kepada Allah ﷻ. 

1. Menuntut Ilmu adalah Perintah Agama 
Rasulullah ﷺ bersabda:

"Menuntut ilmu itu wajib atas setiap Muslim." 
(HR. Ibnu Majah)

Hadis ini menunjukkan bahwa kewajiban menuntut ilmu tidak terbatas pada usia atau gender. Remaja, sebagai generasi penerus, justru berada dalam masa terbaik untuk menanamkan ilmu sebagai bekal hidup dunia dan akhirat. 

2. Ilmu Membuka Jalan Menuju Surga 
Nabi Muhammad ﷺ bersabda:

"Barang siapa menempuh jalan untuk mencari ilmu, Allah akan mudahkan baginya jalan menuju surga." 
(HR. Muslim) 

Belajar bukan hanya demi nilai atau gelar, tapi juga sebagai ibadah dan investasi akhirat. Ilmu yang bermanfaat akan terus mengalirkan pahala bahkan setelah seseorang wafat. 

3. Remaja: Waktu Emas yang Tak Terulang 
Waktu muda sering dianggap sepele, padahal ia adalah amanah besar. Rasulullah ﷺ bersabda: 
 "Tidak akan bergeser kedua kaki seorang hamba pada hari kiamat sampai ditanya tentang... masa mudanya, untuk apa ia habiskan."
(HR. Tirmidzi)
 Ini menjadi pengingat penting bagi remaja untuk tidak menyia-nyiakan masa mudanya dengan hal yang sia-sia. Gunakan energi dan waktu yang ada untuk mencari ilmu yang bermanfaat.

4. Ilmu sebagai Penjaga Akhlak dan Masa Depan 
Ilmu, khususnya ilmu agama, adalah cahaya yang membimbing remaja untuk menjaga akhlaknya di tengah gempuran zaman. Ilmu membuat seseorang tahu mana yang halal dan haram, mana yang baik dan buruk. Dengan ilmu, remaja akan lebih bijak dalam mengambil keputusan dan menjauhi pergaulan yang merusak.

5. Doa dan Etika dalam Menuntut Ilmu 
Selain belajar, remaja perlu membiasakan diri dengan adab dan doa. Ilmu tanpa adab akan kering, dan ilmu tanpa keberkahan akan hilang manfaatnya. Selalu minta kepada Allah:

اللَّهُمَّ انْفَعْنِي بِمَا عَلَّمْتَنِي وَعَلِّمْنِي مَا يَنْفَعُنِي وَزِدْنِي عِلْمًا 

"Ya Allah, berilah aku manfaat dari apa yang Engkau ajarkan, ajarkanlah aku apa yang bermanfaat, dan tambahkanlah ilmu kepadaku."

Penutup 
Menuntut ilmu di usia muda adalah bentuk syukur atas nikmat akal dan waktu. Wahai remaja, jangan biarkan masa emasmu berlalu tanpa ilmu. Genggam ilmu dengan semangat dan adab, niscaya engkau akan ditinggikan derajatnya oleh Allah di dunia dan akhirat.

Ilmu adalah cahaya, dan cahaya Allah tidak diberikan kepada hati yang lalai.


10 April, 2025


Dalam Islam, bekerja bukan hanya aktivitas duniawi, tetapi juga merupakan bagian dari ibadah yang memiliki nilai di sisi Allah ﷻ. Banyak orang memandang pekerjaan semata-mata sebagai sarana mencari nafkah. Namun jika niatnya benar dan dilakukan dengan cara yang halal, maka bekerja bisa menjadi ladang pahala yang besar. 

1. Niat yang Lurus 
Rasulullah ﷺ bersabda:
 إِنَّمَا الأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ
 "Sesungguhnya setiap amal tergantung pada niatnya..."
(HR. Bukhari dan Muslim)

Ketika seseorang bekerja dengan niat untuk menafkahi keluarga, menjaga kehormatan diri, dan tidak bergantung kepada orang lain, maka seluruh lelah dan peluhnya akan bernilai ibadah.

2. Tangan di Atas Lebih Baik 
Dalam sebuah hadits, Rasulullah ﷺ bersabda:
 اَلْيَدُ الْعُلْيَا خَيْرٌ مِنَ الْيَدِ السُّفْلَى
 "Tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah."
(HR. Bukhari)

 Artinya, orang yang memberi (bekerja dan berbagi) lebih baik daripada orang yang meminta. Islam mengajarkan umatnya untuk menjadi pribadi yang produktif dan mandiri.

 3. Bekerja dengan Cara yang Halal 
Islam sangat menekankan kehalalan dalam mencari rezeki. Allah tidak akan menerima harta haram meskipun digunakan untuk sedekah atau ibadah lainnya. Oleh karena itu, bekerja secara jujur, adil, dan amanah adalah bagian dari akhlak Islam.

 4. Contoh dari Nabi dan Para Sahabat 
Rasulullah ﷺ sendiri adalah seorang pedagang sebelum diangkat menjadi Nabi. Begitu pula para sahabat, banyak dari mereka yang bekerja sebagai petani, pedagang, penggembala, dan pengrajin. Mereka tidak menggantungkan hidup pada orang lain, tetapi tetap mengutamakan nilai-nilai ibadah dalam pekerjaannya.

 5. Rezeki yang Diberkahi 
Allah berjanji akan memberkahi rezeki yang dicari dengan cara yang baik. Bahkan dalam Al-Qur’an disebutkan:
  وَقُلِ اعْمَلُوْا فَسَيَرَى اللّٰهُ عَمَلَكُمْ وَرَسُوْلُهٗ وَالْمُؤْمِنُوْنَۗ
"Dan Katakanlah: Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu..."
(QS. At-Taubah: 105) 
 Ayat ini menunjukkan bahwa bekerja adalah bagian dari pengabdian seorang hamba kepada Tuhannya.

Bekerja bukan hanya soal penghasilan, tetapi juga soal keberkahan dan pengabdian. Ketika seorang Muslim bekerja dengan niat yang benar, cara yang halal, dan tujuan yang mulia, maka setiap langkahnya dicatat sebagai ibadah.
Jadikan setiap detik kerja kita sebagai amal yang mendekatkan diri kepada Allah.
Semoga kita semua termasuk orang-orang yang bekerja dengan ikhlas dan mendapat ridha-Nya. Aamiin.


About

BTemplates.com

Cari Blog Ini

Diberdayakan oleh Blogger.

Clustrmaps

Popular

Popular Posts

Blog Archive