18 Agustus, 2025

Burhan Zahim, General Manajer ASDP Cab. Sape

Sape – Dalam rangka memeriahkan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia ke-80, PT. ASDP Sape menyelenggarakan kegiatan lomba azan dan hafalan Juz 30 yang diikuti oleh anak-anak dari berbagai kalangan. Kegiatan ini berlangsung meriah dan penuh semangat keislaman serta kebangsaan.

Tujuan utama dari kegiatan ini adalah menanamkan rasa syukur atas nikmat kemerdekaan yang telah dianugerahkan Allah SWT kepada bangsa Indonesia. Anak-anak diajak untuk mensyukuri kemerdekaan dengan cara mendekatkan diri kepada Allah melalui syiar Islam.

Selain itu, kegiatan lomba ini juga bertujuan untuk memadukan nilai agama dan nasionalisme, dengan menegaskan bahwa kemerdekaan Indonesia harus diisi dengan kegiatan positif yang menumbuhkan iman, takwa, dan cinta tanah air.

Melalui lomba azan dan hafalan Juz 30, ASDP Sape berkomitmen untuk membina generasi Qur’ani yang cinta tanah air, agar anak-anak sejak dini tumbuh menjadi pribadi yang berpegang teguh pada Al-Qur’an sekaligus memiliki jiwa nasionalis.

Kegiatan ini juga dimaksudkan untuk menghidupkan semangat perjuangan melalui syiar Islam, mengingat para pejuang kemerdekaan dahulu tidak hanya berjuang dengan fisik, tetapi juga dengan doa dan semangat keagamaan. Dengan demikian, anak-anak diarahkan untuk berjuang di era sekarang dengan ilmu, akhlak, dan amal saleh.

Tak hanya bernuansa religius, lomba ini juga memberikan alternatif hiburan yang mendidik bagi masyarakat, sehingga suasana HUT RI semakin meriah namun tetap bermanfaat untuk pembentukan karakter Islami pada anak-anak.

Lebih dari itu, kegiatan ini menjadi ajang untuk menumbuhkan semangat kebersamaan dan silaturahmi. Anak-anak, orang tua, guru, dan masyarakat dapat berinteraksi dalam suasana penuh ukhuwah sekaligus memperkuat rasa nasionalisme.

Dengan terselenggaranya lomba azan dan hafalan Juz 30 ini, ASDP Sape berharap dapat memberikan kontribusi nyata dalam mengisi kemerdekaan dengan kegiatan positif, religius, dan sarat makna bagi generasi penerus bangsa.


17 Agustus, 2025

 

Iman kepada Malaikat dan Dampaknya bagi Akhlak

Pengertian Iman kepada Malaikat

Iman kepada malaikat adalah salah satu rukun iman dalam Islam yang wajib diyakini setiap Muslim. Malaikat adalah makhluk Allah yang diciptakan dari cahaya, memiliki tugas khusus yang ditetapkan oleh Allah SWT, dan tidak memiliki hawa nafsu seperti manusia.

Allah berfirman:

الَّذِينَ لَا يَعْصُونَ اللَّهَ فِي مَا أَمَرَهُ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ

"Yang tidak mendurhakai Allah dalam apa yang diperintahkan-Nya dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan."
(QS. At-Tahrim: 6)

Peran Malaikat dalam Islam

Malaikat menjalankan tugas yang beragam, seperti mencatat amal manusia, menyampaikan wahyu, menjaga manusia, hingga mencabut nyawa. Contoh malaikat yang terkenal adalah Jibril, Mikail, Israfil, dan Malik.

Dampak Iman kepada Malaikat bagi Akhlak

1.      Meningkatkan Kesadaran Akan Pengawasan Allah
Karena malaikat mencatat setiap perbuatan baik dan buruk, seorang mukmin akan merasa diawasi dan termotivasi untuk berperilaku baik serta menjauhi dosa.

2.      Menumbuhkan Rasa Tanggung Jawab
Iman kepada malaikat mengajarkan bahwa segala amal akan dicatat dan dipertanggungjawabkan di akhirat. Ini mendorong seseorang bertanggung jawab atas perbuatan sehari-hari.

3.      Menjaga Kesucian Hati dan Perbuatan
Malaikat yang selalu mengawasi membuat seorang mukmin berhati-hati dalam berkata dan bertindak, sehingga tercipta akhlak mulia.

4.      Mendorong Ketaatan dan Ibadah
Yakin bahwa malaikat mencatat amal baik membuat kita lebih rajin beribadah dan meningkatkan ketaatan kepada Allah SWT.

5.      Memupuk Rasa Takut dan Harap Kepada Allah
Iman kepada malaikat menyeimbangkan rasa takut akan siksa dan harapan akan pahala, yang berperan dalam membentuk karakter yang seimbang.

 

Iman kepada malaikat bukan hanya soal percaya ada makhluk yang diciptakan Allah, tapi juga membawa dampak positif yang besar terhadap akhlak seorang Muslim. Dengan kesadaran selalu diawasi dan dicatat amalnya, seseorang akan berusaha menjadi pribadi yang lebih baik, menjaga lisan, perilaku, dan meningkatkan kualitas ibadah.

 

 


15 Agustus, 2025

Amalan yang Menyelamatkan di Akhirat

Akhirat adalah kehidupan yang kekal, tempat setiap manusia akan menuai hasil dari apa yang telah ditanam selama hidup di dunia. Allah berfirman:

فَمَن يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُۥ ۝ وَمَن يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَرَهُۥ

"Barang siapa yang mengerjakan kebaikan seberat zarrah pun, niscaya dia akan melihat (balasannya), dan barang siapa yang mengerjakan kejahatan seberat zarrah pun, niscaya dia akan melihat (balasannya)."
(QS. Az-Zalzalah: 7–8)

Dalam Islam, ada sejumlah amalan utama yang disebutkan dalam Al-Qur'an dan hadis sebagai penyelamat di akhirat. Artikel ini mengulas beberapa di antaranya.

1.     Tauhid dan Keikhlasan

Tauhid (mengesakan Allah) adalah fondasi utama keselamatan di akhirat. Orang yang mati dengan membawa tauhid yang murni akan berpeluang besar mendapat syafaat dan masuk surga, meskipun memiliki dosa besar.

Rasulullah bersabda:
مَنْ قَالَ: لَا إِلَٰهَ إِلَّا اللَّهُ، مُخْلِصًا مِنْ قَلْبِهِ، دَخَلَ الْجَنَّةَ

“Barang siapa yang mengucapkan ‘Lā ilāha illallāh’ dengan ikhlas dari hatinya, maka ia akan masuk surga.”
(HR. Bukhari, no. 128)

2.     Salat Lima Waktu

Salat adalah tiang agama dan amalan yang pertama kali akan dihisab. Jika salatnya baik, maka amalan lainnya akan mengikuti.

إِنَّ أَوَّلَ مَا يُحَاسَبُ بِهِ العَبْدُ يَوْمَ القِيَامَةِ مِنْ عَمَلِهِ صَلَاتُهُ، فَإِنْ صَلُحَتْ فَقَدْ أَفْلَحَ وَأَنْجَحَ، وَإِنْ فَسَدَتْ فَقَدْ خَابَ وَخَسِرَ

“Sesungguhnya amal yang pertama kali dihisab dari seorang hamba pada hari kiamat adalah salatnya...”
(HR. Tirmidzi, no. 413; hasan shahih)

Salat juga menjadi cahaya, bukti, dan penyelamat di akhirat, sebagaimana dijelaskan dalam hadis-hadis shahih.

 

3.     Membaca dan Mengamalkan Al-Qur'an

Al-Qur'an adalah penolong (syafaat) bagi pembacanya di hari kiamat.

Rasulullah bersabda:

اقْرَؤُوا الْقُرْآنَ، فَإِنَّهُ يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ شَفِيعًا لِأَصْحَابِهِ
"Bacalah Al-Qur'an, karena sesungguhnya ia akan datang pada hari kiamat sebagai pemberi syafaat bagi orang yang membacanya."
(HR. Muslim, no. 804)

Surat seperti Al-Baqarah dan Ali ‘Imran juga disebutkan secara khusus sebagai pemberi syafaat.

 

4.     Sedekah dan Amal Jariyah

Sedekah adalah amalan yang dapat memadamkan murka Allah dan menyelamatkan dari api neraka.

وَالصَّدَقَةُ تُطْفِئُ الْخَطِيئَةَ كَمَا يُطْفِئُ الْمَاءُ النَّارَ

"Sedekah itu memadamkan dosa sebagaimana air memadamkan api."
(HR. Tirmidzi, no. 614)

Amal jariyah seperti wakaf, membangun masjid, dan ilmu yang bermanfaat, akan terus mengalir pahalanya hingga akhirat.

إِذَا مَاتَ الإِنسَانُ انْقَطَعَ عَنْهُ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثٍ: صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ، أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ، أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ

"Jika anak Adam mati, maka terputus amalnya kecuali tiga: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak saleh yang mendoakannya."
(HR. Muslim, no. 1631)

 

5.     Tawakal, Sabar, dan Ikhlas

Amalan hati seperti sabar, ikhlas, dan tawakal adalah pondasi amal yang kuat.

إِنَّمَا يُوَفَّى ٱلصَّـٰبِرُونَ أَجْرَهُم بِغَيْرِ حِسَابٍ

“Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.”
(QS. Az-Zumar: 10)

Orang yang sabar dalam menjalani musibah dan tetap istiqamah dalam kebaikan akan mendapatkan ganjaran yang besar dan keselamatan di akhirat.

6.     Berbakti kepada Orang Tua

رِضَى اللَّهِ فِي رِضَى الْوَالِدِ، وَسَخَطُ اللَّهِ فِي سَخَطِ الْوَالِدِ

"Keridhaan Allah tergantung pada keridhaan orang tua, dan kemurkaan Allah tergantung pada kemurkaan orang tua."
(HR. Tirmidzi, no. 1899)

Berbakti kepada orang tua adalah amalan agung yang akan mengangkat derajat dan menyelamatkan di akhirat, bahkan bisa menjadi penghapus dosa besar.

7.     Meninggal dalam Keadaan Husnul Khatimah

Tak ada amalan yang lebih menyelamatkan dari meninggal dalam keadaan baik (husnul khatimah): dalam keadaan salat, puasa, haji, atau amal kebaikan lainnya.

مَنْ كَانَ آخِرُ كَلَامِهِ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ دَخَلَ الْجَنَّةَ

“Barang siapa yang akhir perkataannya adalah ‘Lā ilāha illallāh’, maka dia masuk surga.”
(HR. Abu Dawud, no. 3116)

 

Amalan-amalan ini adalah bekal sejati menuju kehidupan akhirat. Dunia hanyalah ladang, sementara akhirat adalah tempat panen. Maka, bersegeralah dalam beramal, jangan tunggu tua, sakit, atau ajal mendekat.

بَادِرُوا بِالْأَعْمَالِ سَبْعًا: هَلْ تَنْتَظِرُونَ إِلَّا فَقْرًا مُنْسِيًا، أَوْ غِنًى مُطْغِيًا، أَوْ مَرَضًا مُفْسِدًا، أَوْ هَرَمًا مُفَنِّدًا، أَوْ مَوْتًا مُجْهِزًا، أَوِ الدَّجَّالَ فَشَرُّ غَائِبٍ يُنْتَظَرُ، أَوِ السَّاعَةَ فَالسَّاعَةُ أَدْهَى وَأَمَرُّ؟

 "Bersegeralah kalian dalam beramal sebelum datang tujuh hal:
(1) Kemiskinan yang membuat lupa,
(2) Kekayaan yang menjadikan durhaka,
(3) Penyakit yang merusak,
(4) Usia tua yang melemahkan,
(5) Kematian yang tiba-tiba,
(6) Dajjal, seburuk-buruk makhluk yang dinanti,
(7) atau hari kiamat, dan kiamat itu lebih dahsyat dan lebih pahit."

(HR. Tirmidzi, no. 2306)

Semoga kita termasuk orang-orang yang diselamatkan di akhirat dengan amal yang ikhlas, istiqamah, dan berpijak pada sunnah.

 

Referensi:

  1. Al-Qur'anul Karim
  2. Shahih Bukhari & Muslim
  3. Riyadhus Shalihin – Imam Nawawi
  4. Shahih Tirmidzi – Syaikh Al-Albani
  5. Kitab “Min Ma’rifatillah Ilal Jannah” – Dr. Umar al-Asyqar

 


14 Agustus, 2025

Muslim Pengusaha yang amanah

Dalam Islam, bisnis bukan sekadar aktivitas ekonomi, tetapi juga merupakan bentuk ibadah yang sangat dianjurkan jika dilakukan dengan cara yang halal dan amanah. Seorang pengusaha muslim tidak hanya dituntut untuk meraih keuntungan duniawi, tetapi juga bertanggung jawab secara moral dan spiritual kepada Allah SWT dan masyarakat. Artikel ini membahas nilai amanah dalam dunia usaha menurut Islam, dengan mengacu pada sumber-sumber utama seperti Al-Qur’an, Hadis, serta pendapat para ulama dan pemikir kontemporer. Diharapkan artikel ini dapat memberikan panduan etis dan praktis bagi para pengusaha muslim agar dapat menjalankan usaha secara profesional dan bertanggung jawab.

Pendahuluan

Ekonomi Islam memiliki landasan nilai yang kuat dalam membangun tatanan bisnis yang sehat, adil, dan berkelanjutan. Salah satu nilai utama dalam praktik ekonomi Islam adalah amanah, yakni tanggung jawab dan kejujuran dalam menjalankan bisnis. Seorang muslim yang menjadi pengusaha sejatinya tidak hanya mengejar profit, tetapi juga mengedepankan moralitas dan akhlak Islam dalam setiap transaksi.

Pengertian Amanah dalam Islam

Kata amanah berasal dari bahasa Arab "أمانة" yang berarti kepercayaan, tanggung jawab, dan integritas. Dalam Al-Qur’an, Allah SWT berfirman:

إِنَّ ٱللَّهَ يَأْمُرُكُمْ أَن تُؤَدُّوا ٱلْأَمَٰنَٰتِ إِلَىٰٓ أَهْلِهَا ۖ

"Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya..."
(QS. An-Nisa: 58)

Amanah dalam konteks bisnis berarti:

ـ           Menjaga kepercayaan konsumen dan mitra bisnis

ـ           Tidak menipu dalam produk atau jasa

ـ           Menghindari riba, gharar (ketidakjelasan), dan penipuan

ـ           Menunaikan hak-hak karyawan dan mitra sesuai perjanjian

Amanah dalam Praktik Bisnis Rasulullah SAW

Nabi Muhammad SAW adalah teladan utama dalam dunia perdagangan. Sebelum diangkat menjadi Rasul, beliau sudah dikenal oleh masyarakat Mekkah dengan gelar Al-Amin (yang terpercaya).

عَنْ عَبْدِ اللّٰهِ بْنِ أَبِي الْحَمْدِ، قَالَ: سَأَلْتُ رَسُولَ اللّٰهِ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: كَيْفَ كُنْتَ تَكْسِبُ؟ فَقَالَ: كُنْتُ أَتَّجِرُ وَمَا كَذَبْتُ قَطُّ وَلَا خُنْتُ وَلَا غَدَرْتُ

"Aku pernah bertanya kepada Rasulullah SAW: Bagaimana engkau mencari nafkah? Beliau menjawab: Aku berdagang, dan aku tidak pernah berdusta, tidak pernah berkhianat, dan tidak pernah menipu dalam perdagangan."
— (Diriwayatkan oleh Abu Nu‘aim dalam Hilyatul Auliya’, no. 2681)

Kejujuran dan amanah inilah yang menjadikan Rasulullah SAW berhasil dalam bisnis, dan mendapat kepercayaan dari para mitra, termasuk Khadijah binti Khuwailid yang kemudian menjadi istrinya.

Nilai Amanah sebagai Etika Bisnis Islam

Berikut beberapa prinsip amanah dalam praktik bisnis menurut Islam:

  1. Jujur dalam penawaran dan timbangan

"Celakalah bagi orang-orang yang curang, yaitu orang-orang yang apabila menerima takaran dari orang lain mereka minta dipenuhi, dan apabila mereka menakar atau menimbang untuk orang lain, mereka mengurangi."
(QS. Al-Muthaffifin: 1–3)

  1. Tidak menyembunyikan cacat produk
    Rasulullah SAW bersabda:

“Barang siapa menipu kami, maka ia bukan dari golongan kami.”
(HR. Muslim no. 101)

  1. Tepat waktu dalam pembayaran dan pengiriman
    Amanah berarti menunaikan janji dan perjanjian.

“Orang mukmin itu jika berjanji tidak mengingkari.”
(HR. Bukhari dan Muslim)

  1. Transparan dan bertanggung jawab
    Pengusaha muslim wajib menyampaikan informasi yang jelas, termasuk harga, kualitas, dan kebijakan retur jika ada kerusakan.

Dampak Positif Menjadi Pengusaha yang Amanah

  1. Kepercayaan masyarakat meningkat
    Kejujuran menciptakan loyalitas pelanggan dan reputasi yang baik.
  2. Keberkahan dalam rezeki
    Rasulullah SAW bersabda:

“Penjual dan pembeli memiliki pilihan (untuk meneruskan atau membatalkan), selama mereka belum berpisah. Jika mereka jujur dan menjelaskan kondisi barang, maka akan diberkahi dalam jual beli mereka.”
(HR. Bukhari dan Muslim)

  1. Mendapat tempat istimewa di akhirat

“Pedagang yang jujur dan amanah akan bersama para nabi, orang-orang shiddiq, dan para syuhada.”
(HR. At-Tirmidzi no. 1209)

Tantangan dan Solusi dalam Menjaga Amanah Bisnis

 

Tantangan

Solusi Islami

Godaan keuntungan cepat dari penipuan

Menanamkan nilai takwa dan hisab akhirat

Kompetisi tidak sehat di pasar bebas

Mengedepankan etika persaingan dan keadilan

Konsumen tidak memahami nilai Islami

Edukasi dan transparansi dalam pemasaran

Sistem ekonomi konvensional yang tidak syar’i

Membangun sistem bisnis syariah berbasis koperasi, wakaf produktif, dan akad muamalah

Kesimpulan

Menjadi pengusaha muslim yang amanah bukan hanya sebuah pilihan moral, tetapi juga kewajiban agama yang dijanjikan keberkahan dunia dan akhirat. Dengan menjadikan Rasulullah SAW sebagai teladan, setiap muslim dapat membangun usaha yang tidak hanya menguntungkan secara materi, tetapi juga memberi dampak sosial dan spiritual yang luas.

Daftar Pustaka

  1. Al-Qur’an al-Karim
  2. Muslim bin Hajjaj, Sahih Muslim
  3. Imam Bukhari, Sahih Bukhari
  4. At-Tirmidzi, Sunan at-Tirmidzi
  5. Al-Ghazali. (2002). Ihya Ulumuddin. Beirut: Dar al-Fikr.
  6. Yusuf al-Qaradawi. (1995). Etika Bisnis dalam Islam. Jakarta: Gema Insani
  7. M. Umer Chapra. (2000). The Future of Economics: An Islamic Perspective. Leicester: The Islamic Foundation.
  8. Majid Khadduri. (1984). The Islamic Conception of Justice. Baltimore: Johns Hopkins University Press.
  9. Kementerian Agama RI. (2020). Al-Qur'an dan Terjemahannya Edisi Kemenag.

 


13 Agustus, 2025

 

DAKWAH DIGITAL: Peluang dan Tantangan di Era Modern

Dr. Abdul Munir, M.Pd.I

(Penyuluh Agama Islam / KUA Sape)

 

Dakwah adalah kewajiban setiap Muslim dalam menyampaikan ajaran Islam kepada sesama. Dalam sejarah Islam, dakwah telah berkembang seiring perkembangan zaman—dari lisan ke tulisan, dari mimbar ke media cetak, hingga kini memasuki era digital. Dakwah digital adalah bentuk dakwah yang memanfaatkan teknologi informasi, seperti media sosial, website, podcast, dan video online.

 

Fenomena ini menghadirkan peluang besar untuk menjangkau audiens yang lebih luas dengan cara yang lebih cepat dan kreatif. Namun di sisi lain, dakwah digital juga menghadirkan tantangan serius, seperti informasi yang tidak terverifikasi, munculnya pendakwah instan, dan konten yang viral namun dangkal. Maka, diperlukan pemahaman dan kesiapan dari para da'i dan umat Islam dalam mengelola dakwah digital dengan bijak.

 

1. Landasan Dakwah dalam Islam

Allah berfirman:

ادْعُ إِلِىٰ سَبِيلِ رَبِّكَ بِٱلْحِكْمَةِ وَٱلْمَوْعِظَةِ ٱلْحَسَنَةِ ۖ وَجَـٰدِلْهُم بِٱلَّتِى هِىَ أَحْسَنُ
"Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik, dan bantahlah mereka dengan cara yang paling baik."
(QS. An-Nahl: 125)

Rasulullah bersabda:

بَلِّغُوا عَنِّي وَلَوْ آيَةً
"Sampaikanlah dariku walaupun hanya satu ayat."
(HR. Bukhari, no. 3461)


Ayat dan hadis ini menjadi dasar bahwa dakwah adalah tanggung jawab bersama, dan dapat dilakukan dengan berbagai sarana yang sesuai dengan zaman, termasuk sarana digital.

 

2. Peluang Dakwah Digital


a. Jangkauan Global
Media digital memungkinkan dakwah menjangkau jutaan orang di berbagai penjuru dunia secara instan, bahkan lintas bahasa dan budaya.


b. Kecepatan dan Efisiensi
Konten dakwah bisa disebarkan dalam hitungan detik melalui media sosial, website, YouTube, dan aplikasi dakwah.


c. Kreativitas Dakwah
Dakwah digital dapat dikemas dalam bentuk video, animasi, infografis, podcast, meme Islami, dan lainnya, sehingga lebih mudah diterima oleh generasi muda.


d. Aksesibilitas Ilmu Agama
Dengan teknologi digital, siapa pun bisa mengakses kajian, tafsir, dan fatwa dari ulama terpercaya kapan saja dan di mana saja.


e. Peran Da’i Milenial dan Influencer Muslim
Munculnya da’i muda dan konten kreator Muslim memberikan semangat baru dalam menyampaikan Islam yang rahmatan lil ‘alamin.

 

3. Tantangan Dakwah Digital


a. Penyebaran Konten Sesat dan Hoaks Agama
Kemudahan akses juga membuka ruang bagi informasi yang tidak sahih, seperti hadis palsu, tafsir menyimpang, dan pemahaman ekstrem.


b. Fenomena "Ustadz Instan"
Banyak pendakwah tidak memiliki latar belakang ilmu syar’i yang cukup, namun tampil seolah-olah ahli agama karena popularitas semata.


c. Dakwah yang Dangkal dan Viral Semata
Konten dakwah lebih mengejar likes, share, dan viral daripada kedalaman ilmu, menyebabkan pemahaman agama menjadi superfisial.


d. Kurangnya Etika Digital
Cacian, debat kusir, hingga cyber bullying dalam ruang dakwah digital justru mencoreng citra Islam yang damai dan beradab.


e. Ketergantungan dan Distraksi
Alih-alih menjadi alat dakwah, media digital juga bisa menjadi tempat maksiat dan hiburan yang melalaikan, termasuk bagi para da’i.

 

4. Strategi Mengoptimalkan Dakwah Digital

ـ           Memastikan kredibilitas konten: Mengutip dari sumber terpercaya (ulama, kitab, fatwa resmi).

ـ           Mengedepankan akhlak dan adab: Tidak memprovokasi, menghina, atau menyesatkan.

ـ           Berjejaring dalam komunitas dakwah digital: Agar lebih terarah dan saling menguatkan.

ـ           Pelatihan media digital untuk para da’i: Membekali mereka dengan kemampuan teknis dan komunikasi.

ـ           Menanamkan niat dan tujuan yang benar: Dakwah digital bukan untuk ketenaran, tapi untuk menyampaikan kebenaran dengan hikmah.

 

Dakwah digital adalah keniscayaan dalam era teknologi informasi. Ia merupakan sarana besar dan berpotensi luas untuk menyampaikan Islam kepada masyarakat global. Namun, sebagaimana besarnya peluang, tantangan yang dihadapi juga tak kalah berat. Oleh karena itu, dakwah digital harus dikelola dengan ilmu, adab, dan strategi yang tepat agar dapat menjadi jalan menyebarkan rahmat Islam, bukan justru menjadi sebab fitnah.

 

Daftar Pustaka

1.      Al-Qur’an al-Karim

2.      Shahih al-Bukhari

3.      Shahih Muslim

4.      Yusuf al-Qaradawi, Fiqh al-Dakwah

5.      Wahbah Az-Zuhaili, Ushul al-Dakwah

6.      Abu Amr Ahmad, Strategi Dakwah Era Digital

7.      Bakr Abu Zaid, Hilyah Thalib al-‘Ilm

8.      Shalih al-Munajjid, Dakwah dan Media Sosial – IslamQA

9.      Komisi Fatwa MUI, Panduan Dakwah di Media Sosial

 


Popular

Popular Posts

Blog Archive