19 Juni, 2025

Peran Ulama dalam Masyarakat

Dr. Abdul Munir, M.Pd.I

(Penyuluh Agama Islam Kementerian Agama Kabupaten Bima, KUA Sape)

 

Ulama memiliki kedudukan yang sangat mulia dalam Islam. Mereka adalah ahli ilmu yang menjadi penerus para nabi dalam menyampaikan risalah Allah kepada umat manusia. Dalam sebuah masyarakat, ulama bukan hanya sekadar pengajar agama, tetapi juga berperan sebagai pemimpin moral, penyeimbang sosial, dan penjaga akidah umat. Ketika umat jauh dari ulama, maka akan mudah terjerumus dalam kesesatan dan kerusakan.

 

Islam telah memberikan penghormatan yang tinggi terhadap para ulama karena peran vital mereka dalam menjaga keberlangsungan ajaran Islam serta membimbing masyarakat menuju jalan kebenaran. Oleh karena itu, memahami peran ulama adalah bagian penting dalam membangun masyarakat yang berakhlak, adil, dan sejahtera.

 

1. Ulama dalam Perspektif Al-Qur’an

Allah mengangkat derajat orang-orang yang berilmu, khususnya mereka yang takut kepada-Nya karena ilmunya:

إِنَّمَا يَخْشَى اللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاءُ
“Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya hanyalah ulama.” (QS. Fathir: 28)

 

Ayat ini menegaskan bahwa ulama sejati adalah mereka yang memahami ilmu syar’i dan mengantarkannya kepada ketakwaan. Ilmu yang dimiliki bukan hanya pengetahuan, tetapi juga melahirkan rasa takut dan tunduk kepada Allah .

 

Allah juga berfirman:

يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ
“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat.”
(QS. Al-Mujadilah: 11)

 

2. Hadis-Hadis Tentang Kemuliaan Ulama

Rasulullah bersabda:

إِنَّ الْعُلَمَاءَ وَرَثَةُ الْأَنْبِيَاءِ، إِنَّ الْأَنْبِيَاءَ لَمْ يُوَرِّثُوا دِينَارًا وَلَا دِرْهَمًا، إِنَّمَا وَرَّثُوا الْعِلْمَ، فَمَنْ أَخَذَهُ أَخَذَ بِحَظٍّ وَافِرٍ
“Sesungguhnya para ulama adalah pewaris para nabi. Para nabi tidak mewariskan dinar dan dirham, tetapi mereka mewariskan ilmu. Barang siapa yang mengambil ilmu itu, maka ia telah mengambil bagian yang banyak.”
(HR. Abu Dawud, no. 3641)

Hadis ini menunjukkan bahwa peran ulama adalah lanjutan dari tugas kenabian, yaitu menyampaikan risalah, membimbing umat, dan menegakkan kebenaran.

 

3. Peran Ulama dalam Masyarakat

a. Penjaga Akidah Umat
Ulama berperan dalam membentengi umat dari ajaran-ajaran sesat, pemikiran menyimpang, dan faham-faham yang menodai kemurnian Islam.

b. Pembimbing Spiritual dan Moral
Ulama menjadi teladan dalam akhlak, ibadah, dan sikap. Mereka adalah sumber inspirasi moral yang hidup di tengah masyarakat.

c. Pengajar dan Penyebar Ilmu
Melalui pengajian, khutbah, dan tulisan, ulama menyampaikan ilmu yang benar kepada umat agar mereka tidak jahil terhadap agama.

d. Penengah Konflik dan Pembina Sosial
Ulama seringkali menjadi penengah dalam konflik sosial, baik dalam keluarga, masyarakat, hingga negara, karena mereka dihormati dan dipercaya netral.

e. Pengawal Amar Ma’ruf Nahi Munkar
Mereka menegakkan kebenaran, mencegah kemungkaran, dan memperjuangkan keadilan sesuai syariat.

 

4. Tantangan dan Harapan terhadap Ulama Masa Kini

Di era globalisasi dan digital, ulama menghadapi tantangan seperti:

ـ           Menyikapi fenomena Islam liberal dan sekularisme

ـ           Menjawab isu-isu kontemporer: LGBTQ+, riba modern, demokrasi vs syura, dll

ـ           Mengimbangi pengaruh tokoh publik non-ulama yang lebih populer di media sosial

ـ           Menyampaikan dakwah melalui teknologi digital dengan tetap menjaga otoritas keilmuan

Harapannya, ulama masa kini mampu beradaptasi tanpa kehilangan prinsip, menjadi pemimpin pemikiran dan panutan moral yang tidak hanya dihormati, tetapi juga relevan di hati umat.

 

Ulama adalah tiang penopang umat dan cahaya penuntun masyarakat. Mereka adalah waratsatul anbiya (pewaris para nabi) yang menjaga kemurnian ajaran Islam serta membimbing umat di tengah gelombang zaman. Oleh karena itu, kedudukan ulama harus dihormati, ilmu mereka didengar, dan peran mereka didukung. Masyarakat yang jauh dari ulama akan kehilangan arah, sedangkan masyarakat yang dekat dengan ulama akan meraih berkah.

 

Daftar Pustaka

1.      Al-Qur’an al-Karim

2.      Shahih al-Bukhari

3.      Shahih Muslim

4.      Sunan Abu Dawud

5.      Ibnu Katsir, Tafsir al-Qur’an al-Azhim

6.      Imam Al-Ghazali, Ihya’ Ulumuddin

7.      Yusuf al-Qaradawi, Peranan Ulama dalam Kehidupan Masyarakat Islam

8.      Al-Munajjid, Muhammad Shalih. Fatawa dan Artikel Tentang Ulama – IslamQA.info

 


18 Juni, 2025

Pemuda dan Tantangan Akhlak Modern

Pemuda merupakan tonggak utama kebangkitan umat dan masa depan bangsa. Dalam Islam, pemuda memiliki posisi istimewa karena masa muda adalah waktu terbaik untuk menanam nilai-nilai iman, ilmu, dan amal. Namun, era modern menghadirkan berbagai tantangan terhadap akhlak dan moralitas generasi muda. Pengaruh globalisasi, media sosial, gaya hidup hedonistik, dan pergeseran nilai seringkali membuat pemuda berada dalam dilema antara identitas keislaman dan arus zaman.

Pemuda dalam Pandangan Islam

Islam menaruh perhatian besar terhadap masa muda. Nabi Muhammad bersabda:

سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمُ اللَّهُ فِي ظِلِّهِ... وَشَابٌّ نَشَأَ فِي عِبَادَةِ اللَّهِ
"Tujuh golongan yang akan mendapatkan naungan Allah pada hari kiamat... salah satunya adalah pemuda yang tumbuh dalam ibadah kepada Allah."
(HR. Bukhari dan Muslim)

Pemuda yang menjaga agama dan akhlaknya di tengah fitnah dunia ibarat cahaya di tengah kegelapan. Mereka menjadi pembela kebenaran, bukan hanya pengikut tren yang menyesatkan.

Tantangan Akhlak Pemuda di Era Modern

1.      Normalisasi Pergaulan Bebas
Gaya hidup bebas dan permisif yang banyak ditampilkan dalam media sering dianggap sebagai “modernitas”. Padahal, Islam menekankan menjaga pandangan dan batas pergaulan.

قُلْ لِلْمُؤْمِنِينَ يَغُضُّوا مِنْ أَبْصَارِهِمْ
"Katakanlah kepada laki-laki yang beriman agar mereka menahan pandangannya..."
(QS. An-Nur: 30)

2.      Penyimpangan Moral dan Seksual
Fenomena LGBT, pornografi, dan seks bebas makin terbuka. Pemuda Muslim harus memiliki filter akidah dan akhlak agar tidak larut dalam kerusakan moral ini.

3.      Kecanduan Gawai dan Dunia Maya
Media sosial membawa manfaat, tetapi juga menyita waktu dan sering menjadi sumber konten negatif. Pemuda hendaknya bijak bermedia dan tidak menjadi budak algoritma.

4.      Krisis Keteladanan dan Hilangnya Malu
Banyak pemuda lebih mengidolakan selebritas atau influencer daripada para ulama dan tokoh peradaban Islam. Hilangnya rasa malu adalah tanda kemunduran akhlak.

إِذَا لَمْ تَسْتَحِ فَاصْنَعْ مَا شِئْتَ
"Jika engkau tidak malu, maka lakukanlah sesukamu."
(HR. Bukhari)

5.      Minimnya Spirit Dakwah dan Kepedulian Sosial
Sebagian pemuda sibuk dengan urusan pribadi tanpa memikirkan nasib umat. Padahal, pemuda harus menjadi agen perubahan sosial dan penyeru kebaikan.

Solusi Islami untuk Pemuda

ـ           Menuntut Ilmu dan Memperkuat Akidah
Pemuda harus membentengi diri dengan ilmu agama dan nilai tauhid yang kuat.

ـ           Bergabung dengan Komunitas Shalih
Lingkungan pergaulan sangat berpengaruh terhadap akhlak. Pilih sahabat yang mendekatkan kepada Allah.

ـ           Aktif Berdakwah di Media Sosial
Gunakan media digital untuk menyebarkan pesan-pesan Islam, bukan mengikuti hal-hal yang sia-sia.

ـ           Menjadikan Rasulullah dan Sahabat sebagai Teladan
Belajar dari keteguhan pemuda seperti Ali bin Abi Thalib, Mush'ab bin Umair, dan Usamah bin Zaid yang memimpin pasukan di usia muda.

Pemuda adalah harapan umat, tetapi juga kelompok yang paling rentan terhadap tantangan akhlak di era modern. Maka dari itu, perlu penguatan iman, pendidikan karakter, dan bimbingan lingkungan yang sehat. Pemuda Islam harus tampil menjadi agen kebaikan, bukan korban zaman. Mari kita bangun generasi muda yang kuat akidahnya, mulia akhlaknya, dan bermanfaat bagi masyarakat dan umat.

 


Remaja dan Generasi Muda : Menghindari Pergaulan Bebas

Pergaulan bebas menjadi salah satu tantangan terbesar yang dihadapi generasi muda saat ini. Banyak godaan dan pengaruh negatif yang dapat mengarahkan seseorang pada perilaku yang bertentangan dengan ajaran Islam. Oleh karena itu, penting bagi setiap Muslim, khususnya generasi muda, untuk mengetahui cara menghindari pergaulan bebas demi menjaga kehormatan dan keimanan.

 

Pergaulan Bebas dan Dampaknya

Pergaulan bebas dapat diartikan sebagai interaksi sosial yang tidak terkontrol dan seringkali melanggar batas-batas syariat Islam, seperti hubungan yang tidak halal antara laki-laki dan perempuan, kebiasaan mengonsumsi hal-hal yang dilarang, serta perilaku yang menyimpang dari norma agama dan moral. Dampak dari pergaulan bebas sangat besar, mulai dari hilangnya rasa malu, rusaknya akhlak, bahkan menimbulkan kerusakan sosial dan spiritual.

 

Landasan Islam tentang Menjaga Pergaulan

Islam sangat menekankan pentingnya menjaga kehormatan diri dan menutup aurat. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an:

قُل لِّلْمُؤْمِنِينَ يَغْضُضُوا مِنْ أَبْصَارِهِمْ وَيَحْفَظُوا فُرُوجَهُمْ ۚ ذَٰلِكَ أَزْكَىٰ لَهُمْ ۗ إِنَّ اللَّـهَ خَبِيرٌ بِمَا يَصْنَعُونَ

"Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka."
(QS. An-Nur: 30)

 

Begitu pula kepada perempuan, Allah memerintahkan agar menjaga pandangan dan auratnya. Hal ini bertujuan agar terhindar dari fitnah dan menjaga kehormatan masing-masing individu.

 

Cara Islami Menghindari Pergaulan Bebas

1.        Menjaga Pandangan
Rasulullah SAW bersabda:
"Pandangan adalah panah beracun dari setan, maka tahanlah pandanganmu."
Dengan menjaga pandangan, kita menghindari timbulnya nafsu yang bisa membawa kepada perbuatan dosa.

2.        Memilih Lingkungan yang Positif
Pergaulan sangat memengaruhi perilaku seseorang. Oleh karena itu, pilihlah teman dan lingkungan yang mendukung nilai-nilai Islam dan menuntun pada kebaikan.

3.        Memperbanyak Ibadah dan Dzikir
Ibadah seperti shalat, puasa, dan dzikir membantu hati menjadi tenang dan menjaga jiwa dari perbuatan maksiat.

4.        Menjaga Aurat dan Adab
Menutup aurat sesuai syariat dan berperilaku sopan akan mencegah munculnya godaan dari luar dan juga menjaga kehormatan diri sendiri.

5.        Berkomitmen pada Nilai Islam
Memiliki tekad kuat untuk menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya merupakan benteng utama dalam menghindari pergaulan bebas.

 

Menghindari pergaulan bebas bukan hanya soal menjauhi hubungan yang tidak halal, tetapi juga tentang menjaga hati, pikiran, dan akhlak agar tetap bersih dan suci di hadapan Allah SWT. Dengan berpegang teguh pada ajaran Islam, menjaga pandangan, memilih lingkungan yang baik, serta memperbanyak ibadah, insyaAllah generasi muda akan mampu menjadi pribadi yang kuat, bermartabat, dan diridhai oleh Allah SWT.

 

Semoga kita semua senantiasa diberikan kekuatan dan hidayah untuk menjauhi pergaulan yang merusak dan selalu berada di jalan-Nya yang lurus.

 


17 Juni, 2025

Islam dan Keadilan Sosial

Keadilan sosial merupakan prinsip utama dalam ajaran Islam yang mencerminkan kesetaraan, hak asasi, dan tanggung jawab antar sesama manusia. Dalam Islam, keadilan (al-‘adl) bukan hanya konsep teoritis, tetapi menjadi fondasi dalam hubungan sosial, ekonomi, dan politik. Nilai ini ditegaskan dalam Al-Qur’an dan diamalkan langsung oleh Nabi Muhammad dalam kehidupannya.

1. Definisi Keadilan Sosial dalam Islam

Secara etimologis, al-‘adl berarti meletakkan sesuatu pada tempatnya secara proporsional dan adil. Dalam konteks sosial, keadilan Islam berarti memperlakukan manusia secara seimbang tanpa diskriminasi, baik dalam aspek hukum, ekonomi, maupun hak sosial.

Allah berfirman:

إِنَّ ٱللَّهَ يَأْمُرُ بِٱلْعَدْلِ وَٱلْإِحْسَـٰنِ

"Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan..."
(QS. An-Nahl: 90)

Ayat ini sering disebut sebagai fondasi Islam dalam menegakkan keadilan universal, termasuk keadilan sosial bagi semua golongan.

 

2. Prinsip-Prinsip Keadilan Sosial dalam Islam

a. Kesetaraan di Hadapan Hukum

Semua manusia memiliki kedudukan yang sama di hadapan hukum Allah. Rasulullah bersabda:

إِنَّ قَبْلَكُمْ لَقَوْمًا كَانُوا إِذَا سَرَقَ الْعَظِيمُ مِنْهُمْ تَرَكُوهُ، وَإِذَا سَرَقَ الصَّغِيرُ فَأَقَامُوا عَلَيْهِ الْحُدُودَ

"Sesungguhnya orang-orang sebelum kalian binasa karena mereka jika orang mulia mencuri, dibiarkan. Tetapi jika orang lemah mencuri, ditegakkan hukum atasnya..."
(HR. Bukhari dan Muslim)

b. Pemenuhan Hak Sosial Ekonomi

Islam memerintahkan agar hak-hak dasar manusia seperti makanan, pakaian, tempat tinggal, dan pekerjaan dipenuhi. Oleh karena itu, zakat, infak, dan sedekah menjadi mekanisme distribusi kekayaan yang adil dalam masyarakat.

خُذْ مِنْ أَمْوَالِهِمْ صَدَقَةً تُطَهِّرُهُمْ وَتُزَكِّيهِم بِهَا ۖ وَصَلِّ عَلَيْهِمْ ۖ إِنَّ صَلَاتَكَ سَكَنٌ لَّهُمْ ۗ وَاللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ

“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka, dan berdoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu menjadi ketenangan bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”
(QS. At-Taubah: 103)

c. Larangan Eksploitasi dan Penindasan

Islam sangat menentang praktik eksploitasi. Riba, penipuan, monopoli, dan penindasan dilarang keras. Allah mengutuk ketidakadilan yang dilakukan oleh penguasa maupun individu terhadap sesama.

وَلَا تَأْكُلُوا۟ أَمْوَٰلَكُم بَيْنَكُم بِٱلْبَٰطِلِ وَتُدْلُوا۟ بِهَآ إِلَى ٱلْحُكَّامِ لِتَأْكُلُوا۟ فَرِيقًۭا مِّنْ أَمْوَٰلِ ٱلنَّاسِ بِٱلْإِثْمِ وَأَنتُمْ تَعْلَمُونَ

“Dan janganlah sebagian kamu memakan harta sebagian yang lain di antara kamu dengan jalan yang batil, dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu kepada para hakim supaya kamu dapat memakan sebagian daripada harta benda orang lain itu dengan cara berbuat dosa, padahal kamu mengetahui.”

 (QS. Al-Baqarah: 188)

 

3. Implementasi Keadilan Sosial dalam Sejarah Islam

Dalam sejarahnya, Nabi Muhammad dan Khulafaur Rasyidin telah memberikan contoh keadilan sosial yang nyata. Umar bin Khattab RA terkenal sangat tegas dalam menegakkan keadilan, bahkan terhadap pejabat dan keluarganya sendiri.

Kebijakan Khalifah Umar seperti Baitul Mal (pusat distribusi keuangan negara), jaminan sosial bagi anak yatim dan lansia, hingga pengawasan harga pasar adalah contoh konkret dari sistem Islam yang memperjuangkan kesejahteraan seluruh rakyat.

 

4. Relevansi Keadilan Sosial Islam di Era Modern

Di tengah ketimpangan ekonomi, diskriminasi sosial, dan krisis kemanusiaan, nilai-nilai keadilan sosial dalam Islam menjadi solusi relevan dan universal. Islam mengajarkan bahwa tidak ada keunggulan seseorang atas yang lain kecuali dengan takwa, sebagaimana ditegaskan dalam QS. Al-Hujurat: 13.

 

Islam bukan sekadar agama ritual, tetapi sistem hidup yang menyeluruh dan adil. Keadilan sosial adalah bagian tak terpisahkan dari syariat Islam yang bertujuan menciptakan masyarakat sejahtera, harmonis, dan beradab. Oleh karena itu, sebagai umat Islam, kita dituntut untuk memperjuangkan keadilan dalam setiap aspek kehidupan—baik sebagai individu, masyarakat, maupun negara.

 

📖 Referensi:

  1. Al-Qur’anul Karim
  2. Shahih Bukhari dan Muslim
  3. Sayyid Qutb, Fi Zhilal al-Qur’an
  4. Yusuf al-Qaradawi, Fiqh al-Zakah
  5. Abu al-A’la al-Maududi, The Islamic Way of Life

 


Islam dan Keadilan Sosial

Islam dan Keadilan Sosial
(Dr. Abdul Munir, M.Pd.I/Penyuluh Agama Islam Kab. Bima)

Islam adalah agama yang tidak hanya mengatur hubungan manusia dengan Allah (hablun minallah), tetapi juga mengatur hubungan antar manusia (hablun minannas). Salah satu nilai utama yang ditekankan dalam ajaran Islam adalah keadilan sosial. Dalam Al-Qur’an dan hadits Nabi Muhammad , kita menemukan banyak perintah untuk menegakkan keadilan dalam berbagai aspek kehidupan — ekonomi, hukum, sosial, dan politik.

Islam Mewajibkan Keadilan

Allah berfirman:

إِنَّ ٱللَّهَ يَأْمُرُ بِٱلْعَدْلِ وَٱلْإِحْسَـٰنِ...
"Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan..."
(QS. An-Nahl: 90)

Ayat ini menjadi dasar bahwa keadilan adalah perintah ilahi, bukan sekadar pilihan moral. Islam memandang keadilan sebagai salah satu pilar utama berdirinya masyarakat yang sehat.

Prinsip-Prinsip Keadilan dalam Islam

1.      Keadilan Tanpa Diskriminasi
Rasulullah bersabda:

إِنَّمَا أَهْلَكَ الَّذِينَ قَبْلَكُمْ أَنَّهُمْ كَانُوا إِذَا سَرَقَ فِيهِمُ الشَّرِيفُ تَرَكُوهُ، وَإِذَا سَرَقَ فِيهِمُ الضَّعِيفُ أَقَامُوا عَلَيْهِ الْحَدَّ

"Sesungguhnya orang-orang sebelum kalian binasa karena apabila orang mulia mencuri, mereka membiarkannya. Tetapi jika orang lemah mencuri, mereka menegakkan hukum padanya." (HR. Bukhari dan Muslim)

Hadis ini menegaskan bahwa hukum dan keadilan tidak boleh berpihak kepada golongan tertentu. Siapa pun yang berbuat salah harus diberlakukan dengan adil.

2.      Menjaga Hak Kaum Lemah dan Fakir Miskin
Islam menempatkan perhatian besar kepada kaum dhuafa. Dalam Al-Qur’an, zakat dan sedekah bukan hanya anjuran spiritual, tapi juga instrumen distribusi kekayaan untuk menyeimbangkan ketimpangan ekonomi.

خُذْ مِنْ أَمْوَٰلِهِمْ صَدَقَةً تُطَهِّرُهُمْ وَتُزَكِّيهِم بِهَا وَصَلِّ عَلَيْهِمْ ۖ إِنَّ صَلَاتَكَ سَكَنٌ لَّهُمْ ۗ وَٱللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ

"Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan menyucikan mereka dan berdoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui." (QS. At-Taubah: 103)

3.     Menolak Perampasan Hak dan Korupsi

وَلَا تَأْكُلُوٓا۟ أَمْوَٰلَكُم بَيْنَكُم بِٱلْبَٰطِلِ وَتُدْلُوا۟ بِهَآ إِلَى ٱلْحُكَّامِ لِتَأْكُلُوا۟ فَرِيقًۭا مِّنْ أَمْوَٰلِ ٱلنَّاسِ بِٱلْإِثْمِ وَأَنتُمْ تَعْلَمُونَ

"Dan janganlah sebagian kamu memakan harta sebagian yang lain di antara kamu dengan jalan yang batil dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebagian daripada harta benda orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, padahal kamu mengetahui." (QS. Al-Baqarah: 188)

Ayat ini mengutuk keras praktik ketidakadilan ekonomi seperti korupsi, manipulasi hukum, dan penindasan terhadap rakyat kecil.

Keadilan Sosial dalam Kehidupan Nyata

Islam mendorong umatnya untuk aktif dalam membela keadilan: membela hak orang tertindas, menegakkan hukum dengan jujur, memberikan bantuan kepada fakir miskin, dan menolak sistem yang menyengsarakan rakyat.

Seorang Muslim sejati adalah mereka yang merasa tenang ketika orang lain juga hidup dalam ketenangan dan kesejahteraan.

Keadilan sosial adalah salah satu manifestasi nyata dari keimanan kepada Allah . Seorang hamba tidak sempurna imannya jika ia membiarkan ketidakadilan terjadi di sekitarnya. Menegakkan keadilan adalah ibadah sosial yang besar pahalanya, dan Islam telah memberikan petunjuk yang sempurna untuk mewujudkannya.

إِنَّ ٱللَّهَ يَأْمُرُ بِٱلْعَدْلِ وَٱلْإِحْسَـٰنِ وَإِيتَآىِٔ ذِى ٱلْقُرْبَىٰ وَيَنْهَىٰ عَنِ ٱلْفَحْشَآءِ وَٱلْمُنكَرِ وَٱلْبَغْىِ ۚ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ

"Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil, berbuat kebajikan, dan memberi kepada kerabat, serta melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran." (QS. An-Nahl: 90)

 


Popular

Popular Posts

Blog Archive