27 Juli, 2025

Perbedaan Iman dan Nifaq dalam Pandangan Islam

Dalam ajaran Islam, dua hal yang sangat kontras dan saling bertolak belakang adalah iman dan nifaq (kemunafikan). Keduanya bukan hanya berbeda secara definisi, tetapi juga sangat berbeda dalam konsekuensi di dunia dan akhirat. Memahami perbedaan antara iman dan nifaq sangat penting agar seorang Muslim dapat menjaga hati dan amalnya agar tetap dalam cahaya keimanan dan terhindar dari sifat-sifat kemunafikan.

Pengertian Iman

Iman secara bahasa berarti “percaya” atau “membenarkan”. Dalam istilah syar’i, iman adalah keyakinan yang kuat dalam hati, pengakuan dengan lisan, dan amal dengan anggota tubuh. Rasulullah bersabda:

الإِيمَانُ بِضْعٌ وَسِتُّونَ شُعْبَةً، أَعْلَاهَا قَوْلُ لاَ إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ، وَأَدْنَاهَا إِمَاطَةُ الأَذَى عَنِ الطَّرِيقِ، وَالْحَيَاءُ شُعْبَةٌ مِنَ الإِيمَانِ

"Iman itu lebih dari enam puluh cabang. Yang paling tinggi adalah ucapan 'Laa ilaaha illallah', dan yang paling rendah adalah menyingkirkan gangguan dari jalan."
(HR. Muslim)

Iman mencakup aspek batin (keyakinan hati) dan aspek lahir (amal perbuatan). Iman juga bertambah dengan ketaatan dan berkurang karena kemaksiatan.

 

Pengertian Nifaq

Nifaq adalah sifat kemunafikan, yaitu menampakkan keislaman tetapi menyembunyikan kekufuran. Orang munafik secara lahir tampak sebagai Muslim, namun hatinya membenci Islam. Allah SWT berfirman:

وَمِنَ النَّاسِ مَن يَقُولُ آمَنَّا بِاللَّهِ وَبِالْيَوْمِ الْآخِرِ وَمَا هُم بِمُؤْمِنِينَ

"Di antara manusia ada yang mengatakan: 'Kami beriman kepada Allah dan Hari Kemudian', padahal mereka itu sebenarnya bukan orang-orang yang beriman."
(QS. Al-Baqarah: 8)

Nifaq terbagi menjadi dua:

1. Nifaq I’tiqadi (Kemunafikan dalam akidah): Ini adalah nifaq besar yang menyebabkan pelakunya kekal di neraka. Mereka berpura-pura Islam padahal dalam hati kafir.
2. Nifaq ‘Amali (Kemunafikan dalam amal): Seperti suka berdusta, ingkar janji, dan berkhianat. Meskipun pelakunya masih Muslim, namun ia memiliki sifat-sifat munafik.

Rasulullah bersabda:

آيَةُ الْمُنَافِقِ ثَلَاثٌ: إِذَا حَدَّثَ كَذَبَ، وَإِذَا وَعَدَ أَخْلَفَ، وَإِذَا اؤْتُمِنَ خَانَ

"Tanda orang munafik ada tiga: jika berbicara dia berdusta, jika berjanji dia mengingkari, dan jika dipercaya dia berkhianat."
(HR. Bukhari dan Muslim)

 

Perbedaan Mendasar antara Iman dan Nifaq

 

Aspek

Iman

Nifaq

Keyakinan

Membenarkan Islam secara utuh

Menolak Islam dalam hati

Perilaku Lahir

Sejalan dengan keyakinan

Bertentangan dengan isi hati

Konsekuensi

Mendapat rahmat dan surga

Mendapat murka Allah dan neraka

Sifat Hati

Ikhlas, jujur, dan taat kepada Allah

Munafik, dusta, ingkar, berkhianat

 

 

 

 

 Bahaya Nifaq

Allah sangat mencela kemunafikan. Dalam Al-Qur’an, Allah menyebut bahwa orang munafik akan berada di dasar neraka yang paling bawah:

إِنَّ الْمُنَافِقِينَ فِي الدَّرْكِ الْأَسْفَلِ مِنَ النَّارِ وَلَنْ تَجِدَ لَهُمْ نَصِيرًا

"Sesungguhnya orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah dari neraka."
(QS. An-Nisa: 145)

 

Kemunafikan merusak amal, menyebarkan fitnah, dan melemahkan umat dari dalam.

 

Menjadi seorang mukmin sejati bukan hanya soal identitas lahiriah, tetapi harus diwujudkan dalam kejujuran, keikhlasan, dan kesetiaan kepada Allah SWT. Sementara itu, nifaq adalah penyakit hati yang sangat berbahaya. Oleh karena itu, seorang Muslim hendaknya terus melakukan muhasabah dan memperbaiki diri agar dijauhkan dari sifat-sifat kemunafikan dan dikokohkan dalam keimanan.

اللَّهُمَّ ثَبِّتْنَا عَلَى الْإِيمَانِ وَاجْنُبْنَا النِّفَاقَ

“Ya Allah, tetapkanlah kami dalam keimanan, dan jauhkanlah kami dari sifat nifaq.”

 


26 Juli, 2025

Peserta Tari Kreasi : SDN Inpres. Simpasai

Sabtu, 26 Juli 2025 | Sape, Bima
— Gelaran Festival Seni dan Budaya yang diselenggarakan oleh Sanggar La Nggoli bekerja sama dengan Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Daerah Kabupaten Bima kembali memikat perhatian masyarakat di hari kedua pelaksanaannya, Sabtu (26/7), bertempat di Lapangan Putih Sangia, Sape.

Dengan mengusung tema besar "Literasi, Seni, dan Budaya yang Cerdas, Kreatif, dan Inovatif", festival hari kedua menampilkan dua cabang lomba utama: Tari Kreasi Daerah dan Bercerita Legenda. Semangat dan antusiasme peserta maupun penonton tampak menggelora sejak siang hingga sore hari dan akan dilanjutkan malam harinya.

Tari Kreasi: Warna-warni Budaya Anak Negeri

Sebanyak 14 sekolah tingkat dasar dan madrasah ibtidaiyah menampilkan tarian kreasi khas daerah yang menggugah semangat cinta budaya sejak dini. Berikut peserta yang memeriahkan panggung:

  1. SDN Inpres Simpasai

  2. SDN 1 Simpasai

  3. SDN Inpres Sari

  4. MI Ulil Albab Sangga

  5. SDN Kaleo

  6. SDN 1 Sari

  7. SDN Nanga Pambu

  8. SDN Inpres Sari

  9. SDN Kowo

  10. SDN Inpres Kowo

  11. MI Nurul Amin

  12. MIS Yasim Sari

  13. SDN Nanga Nuri

  14. SDN Bugis

Setiap penampilan mencerminkan kekayaan ragam budaya Bima, dikemas dengan kostum warna-warni, gerak dinamis, dan narasi tari yang mendalam. Penonton tampak terpukau, tak henti memberi tepuk tangan.

Bercerita Legenda: Warisan Lisan yang Dihidupkan Kembali

Peserta Cerita Legenda: utusan SMPN 1 Sape

Sementara itu, pada sesi Lomba Bercerita Legenda, 7 sekolah tingkat menengah tampil membawakan kisah-kisah legenda Nusantara dan lokal Bima yang penuh pesan moral. Para peserta menunjukkan kemampuan retorika, ekspresi, dan kedalaman cerita yang mengesankan.

Berikut daftar peserta:

  1. SMPN 2 Lambu

  2. SMPN 1 Sape

  3. SMPN 2 Lambu (grup 2)

  4. SMAN 2 Sape

  5. SMP IT Nurul Amin

  6. MTs Darussakinah

  7. MTsN 2 Bima

Dengan gaya tutur yang memikat, beberapa peserta berhasil memancing emosi audiens — mulai dari haru, kagum, hingga gelak tawa — menjadikan siang itu begitu hidup dan bermakna.

Apresiasi dan Harapan

Perwakilan dari Dinas Perpustakaan dan Kearsipan menyampaikan apresiasi mendalam kepada seluruh peserta dan pihak yang terlibat. “Festival ini bukan hanya ajang lomba, tapi ruang edukasi budaya untuk anak-anak dan remaja kita agar bangga menjadi bagian dari Bima yang kaya akan warisan seni dan tradisi,” ujar salah satu panitia.

#FestivalBudayaBima #SanggarLaNggoli #SeniDanLiterasi #BanggaBudayaBima #LapanganPutihSape #HariKeduaFestival


Bahaya Gadget dan Solusinya

Perkembangan teknologi digital telah melahirkan berbagai perangkat canggih, termasuk gadget seperti smartphone, tablet, dan laptop. Di satu sisi, gadget membawa banyak manfaat seperti kemudahan komunikasi, akses informasi, dan hiburan. Namun di sisi lain, jika tidak digunakan dengan bijak, gadget bisa menimbulkan dampak negatif yang serius terhadap kehidupan, khususnya bagi umat Islam.

Bahaya Gadget dalam Kehidupan Muslim

1.    Melalaikan dari Ibadah
Terlalu asyik dengan gadget dapat melalaikan seseorang dari kewajiban ibadah seperti salat, zikir, dan membaca Al-Qur’an. Allah SWT berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تُلْهِكُمْ أَمْوَالُكُمْ وَلَا أَوْلَادُكُمْ عَنْ ذِكْرِ اللَّهِ ۚ وَمَنْ يَفْعَلْ ذَٰلِكَ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ

 

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah harta-hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barang siapa yang berbuat demikian, maka mereka itulah orang-orang yang merugi.”
(QS. Al-Munāfiqūn: 9)

 

2.    Mengikis Ukhuwah dan Adab Sosial
Interaksi digital yang berlebihan seringkali mengurangi kedekatan antaranggota keluarga dan masyarakat. Rasulullah SAW bersabda:

لَيْسَ مِنَّا مَنْ لَمْ يَرْحَمْ صَغِيرَنَا، وَيُوَقِّرْ كَبِيرَنَا

"Tidak termasuk golongan kami orang yang tidak menyayangi yang muda dan tidak menghormati yang tua."
(HR. Tirmidzi)

3.    Terpapar Konten Negatif
Gadget memungkinkan akses terbuka terhadap konten yang tidak sesuai syariat seperti pornografi, kekerasan, dan berita hoaks. Ini dapat merusak akhlak dan keimanan. Nabi SAW bersabda:

تُعْرَضُ الْفِتَنُ عَلَى الْقُلُوبِ كَالْحَصِيرِ عُوْدًا عُوْدًا،

"Fitnah itu akan mengenai hati satu per satu, seperti tikar yang disusun sehelai demi sehelai."
(HR. Muslim)

4.    Kecanduan dan Gangguan Kesehatan
Penggunaan berlebihan dapat menyebabkan gangguan fisik seperti mata lelah, kurang tidur, bahkan stres dan kecanduan digital.

 

Solusi Islami dalam Menghadapi Bahaya Gadget

1.    Niat dan Tujuan yang Benar
Gunakan gadget sebagai sarana untuk kebaikan: mencari ilmu, berdakwah, silaturahmi, atau memperkuat keimanan. Nabi SAW bersabda:

إِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ، وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى

"Sesungguhnya amal itu tergantung pada niatnya."
(HR. Bukhari dan Muslim)

2.    Batasi Waktu Penggunaan
Buat jadwal dan disiplin dalam menggunakan gadget, terutama di waktu salat, makan bersama keluarga, dan sebelum tidur.

3.    Isi dengan Konten Positif
Unduh aplikasi Islami, tonton ceramah, dan ikuti kajian online. Gunakan media sosial untuk menyebarkan dakwah, bukan fitnah.

4.    Menjadi Teladan bagi Anak-anak
Orang tua harus memberi contoh penggunaan gadget yang sehat dan mendidik anak-anak untuk cerdas digital secara islami.

5.    Perkuat Ibadah dan Aktivitas Nyata
Seimbangkan waktu antara dunia digital dan dunia nyata. Hadiri majelis ilmu, aktif di masjid, dan jalin ukhuwah secara langsung.

 Gadget adalah alat. Ia bisa menjadi wasilah (sarana) untuk kebaikan, tetapi juga fitnah (ujian) jika disalahgunakan. Islam mengajarkan kita untuk mengatur, bukan diatur oleh teknologi. Dengan niat yang ikhlas, penggunaan yang bijak, dan pengawasan diri yang kuat, gadget bisa menjadi media menuju ridha Allah, bukan penyebab kehancuran moral.

 


25 Juli, 2025


Sape, 25 Juli 2025
— Festival Pentas Seni dan Budaya dalam rangka Hari Jadi Bima ke-385 yang digelar oleh Sanggar La Nggoli bekerja sama dengan Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Daerah Kabupaten Bima resmi dimulai malam ini dengan penuh semarak. Bertempat di Lapangan Putih Sangia, malam pertama festival menghadirkan berbagai mata lomba yang memukau dan menghibur ribuan penonton dari berbagai kalangan.

Dengan mengusung tema “Literasi, Seni, dan Budaya yang Cerdas, Kreatif, dan Penuh Inovasi”, festival ini menghadirkan tiga mata lomba utama, yakni Tari Kreasi Bima, Bercerita Legenda, dan Fashion Show. Sebanyak 20 peserta dari berbagai sekolah dan instansi tampil menunjukkan bakat dan kreativitas terbaik mereka.


Rincian Peserta Malam Pertama:

1. Lomba Tari Kreasi Bima
Diikuti oleh 8 Sekolah Dasar:

  • SDN 3 Sape

  • SDN Inpres Nari 1

  • SDN 6 Sape

  • SDN 1 Sape

  • SDN 5 Sape

  • SDN 2 Sape

  • SDN 4 Sape

  • SDN Stampa Lawa

2. Lomba Bercerita Legenda
Diikuti oleh 7 sekolah tingkat SMP dan SMA:

  • SMP 5 Sape

  • SMA 3 Sape

  • SMP 4 Sape

  • SMA Muhammadiyah Sape

  • MAN 2 Bima

  • SMA PGRI Lambu

  • SMA 1 Lambu

3. Lomba Fashion Show
Menampilkan 5 peserta dari institusi dan komunitas:

  • Polsek Sape

  • MTs Darussakinah Sape

  • SMP 2 Lambu

  • Khanza Studio

Antusiasme para peserta dan dukungan masyarakat yang memadati lokasi acara menjadi bukti nyata bahwa festival ini tidak hanya menjadi ajang unjuk kreativitas, tetapi juga sebagai momentum pelestarian budaya daerah.

Festival ini akan berlanjut hingga hari ke 2 besok dengan penampilan seni lainnya yang tak kalah menarik.


Syafaat Rasulullah ﷺ di Hari Kiamat

Hari Kiamat merupakan peristiwa besar yang pasti terjadi, di mana setiap manusia akan dimintai pertanggungjawaban atas amal perbuatannya. Pada hari itu, manusia dalam keadaan ketakutan dan penyesalan yang mendalam. Dalam kondisi tersebut, syafaat Nabi Muhammad menjadi harapan besar bagi umatnya. Syafaat adalah pertolongan khusus dari Nabi kepada umatnya, agar diringankan hisabnya atau diselamatkan dari azab.

Apa Itu Syafaat?

Secara bahasa, syafaat (الشفاعة) berarti perantaraan atau permohonan. Dalam istilah syar’i, syafaat adalah permohonan yang diajukan oleh seseorang kepada Allah untuk kebaikan orang lain, seperti pengampunan dosa, keringanan azab, atau kenaikan derajat di surga.

Jenis-Jenis Syafaat Nabi Muhammad

Syafaat Rasulullah di hari kiamat sangat banyak. Para ulama membaginya ke dalam beberapa jenis, antara lain:

1. Syafaat Al-‘Uzhma (Agung)

Syafaat terbesar dan paling istimewa yang hanya diberikan kepada Nabi Muhammad . Terjadi saat seluruh umat manusia dikumpulkan di padang mahsyar dan mereka meminta pertolongan para nabi. Semua nabi menolak, hingga akhirnya mereka datang kepada Rasulullah .

Nabi bersabda:

أَنَا سَيِّدُ وَلَدِ آدَمَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ، وَأَوَّلُ مَنْ يَنْشَقُّ عَنْهُ الْقَبْرُ، وَأَوَّلُ شَافِعٍ، وَأَوَّلُ مُشَفَّعٍ
"Akulah pemimpin anak Adam pada hari kiamat... dan akulah yang pertama memberi syafaat dan yang pertama dikabulkan syafaatnya."
(HR. Muslim no. 2278)

2. Syafaat untuk Ahli Surga

Yaitu syafaat agar pintu surga dibuka dan umat beliau dapat segera masuk.

3. Syafaat bagi yang Terjerumus dalam Dosa Besar

Syafaat ini ditujukan untuk umat Islam yang berdosa, agar dikeluarkan dari neraka setelah mendapatkan balasan atau agar diampuni sebelum masuk ke dalamnya.

Rasulullah bersabda:

شَفَاعَتِي لِأَهْلِ الْكَبَائِرِ مِنْ أُمَّتِي
"Syafaatku diperuntukkan bagi umatku yang melakukan dosa-dosa besar."
(HR. Tirmidzi, no. 2435; dinilai hasan)

4. Syafaat bagi Orang yang Masuk Surga Tanpa Hisab

Orang-orang pilihan yang ikhlas, bertauhid murni, dan sabar akan mendapatkan syafaat agar langsung masuk surga tanpa hisab.

Syarat Mendapatkan Syafaat Nabi

Tidak semua orang akan mendapat syafaat. Al-Qur’an dan hadis menyebutkan beberapa syarat utama, yaitu:

  1. Bertauhid murni (tidak menyekutukan Allah):

أَسْعَدُ النَّاسِ بِشَفَاعَتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ، مَنْ قَالَ: لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ، خَالِصًا مِنْ قَلْبِهِ أَوْ نَفْسِهِ

"Barang siapa yang mengucapkan: Laa ilaha illallah dengan ikhlas, maka ia berhak mendapatkan syafaatku."
(HR. Bukhari no. 99)

  1. Mengikuti sunnah Rasulullah
  2. Memperbanyak salawat kepada Nabi
  3. Memohon syafaat dengan ikhlas dan doa

Doa Memohon Syafaat

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، وَابْعَثْهُ مَقَامًا مَحْمُودًا الَّذِي وَعَدْتَهُ

"Ya Allah, limpahkanlah salawat kepada Muhammad dan keluarganya, dan bangkitkanlah dia pada maqam mahmud (kedudukan terpuji) yang telah Engkau janjikan."

Doa ini dibaca setelah adzan sebagai bentuk permohonan kepada Allah agar Rasulullah mendapat kedudukan mulia, dan kita termasuk penerima syafaatnya.

Syafaat Rasulullah adalah karunia besar bagi umat Islam, tetapi tidak boleh dijadikan alasan untuk bermaksiat atau meremehkan dosa. Syafaat hanya diberikan kepada mereka yang beriman, bertauhid, mencintai Nabi, dan beramal saleh.

يَوْمَئِذٍۢ لَّا تَنفَعُ ٱلشَّفَـٰعَةُ إِلَّا مَنْ أَذِنَ لَهُ ٱلرَّحْمَـٰنُ وَرَضِىَ لَهُ قَوْلًا

“Pada hari itu tidak berguna syafaat, kecuali bagi orang yang diizinkan oleh Allah Yang Maha Pengasih dan diridhai-Nya perkataannya.”
(QS. Thaha: 109)

 

Referensi:

  1. Al-Qur'an al-Karim (QS. Al-Baqarah: 255, Thaha: 109)
  2. Shahih Bukhari & Muslim
  3. Sunan Tirmidzi
  4. Kitab Syarh Aqidah Thahawiyah
  5. Ibnul Qayyim – Hadil Arwah ila Biladil Afrah

 



Sape, 25 Juli 2025
— Dalam rangka memperingati Hari Jadi Bima yang ke-385, Sanggar La Nggoli bekerja sama dengan Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Daerah Kabupaten Bima menggelar Festival Pentas Seni dan Budaya yang berlangsung selama dua hari, mulai Jumat hingga Sabtu, 25–26 Juli 2025, di Lapangan Putih Sangia, Kecamatan Sape.

Dengan mengusung tema "Literasi, Seni, dan Budaya yang Cerdas, Kreatif, dan Penuh Inovatif", acara ini diawali dengan pawai budaya yang spektakuler. Ribuan peserta dari berbagai instansi pemerintahan, lembaga pendidikan, sanggar seni, komunitas pemuda, serta masyarakat umum turut ambil bagian dalam pawai yang dimulai dari Masjid Besar Al-Munawwarah Sape hingga Lapangan Putih Sangia.


Pawai budaya menampilkan kekayaan busana adat, pertunjukan musik tradisional, atraksi budaya lokal, serta poster literasi yang menggambarkan semangat kolaboratif antara dunia seni dan dunia literasi. Festival ini menjadi wadah aktualisasi kreativitas generasi muda dan pelestarian budaya lokal yang penuh warna.

Di lokasi utama acara, pengunjung disuguhi beragam pertunjukan seni dari sanggar-sanggar lokal, lomba baca puisi, pertunjukan tari tradisional, hingga pameran buku dan dokumentasi sejarah Bima yang diselenggarakan oleh Sanggar La Nggoli bersama Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Daerah.


Kegiatan ini diharapkan menjadi momentum strategis untuk menumbuhkan kecintaan terhadap seni, budaya, dan literasi di kalangan masyarakat, sekaligus memperkuat identitas dan karakter daerah Bima di tengah arus modernisasi.


24 Juli, 2025

 

Konsep Kecukupan dalam Islam


Dr. Abdul Munir, M.Pd.I
(Penyuluh Agama Islam Kementerian Agama Kabupaten Bima)

Dalam dunia modern yang sarat dengan gaya hidup konsumtif, banyak orang terjebak dalam perlombaan tanpa henti untuk meraih kekayaan dan kenikmatan duniawi. Akibatnya, muncul kecemasan, ketamakan, dan bahkan keputusasaan karena merasa "tidak pernah cukup". Padahal Islam telah menawarkan konsep kecukupan (القَنَاعَة) yang menentramkan hati dan membawa keberkahan dalam hidup.

Kecukupan dalam Islam bukan berarti pasrah pada keadaan tanpa usaha, tapi merupakan sikap batin yang merasa cukup atas apa yang Allah anugerahkan, disertai dengan ikhtiar yang halal dan berkah.

Makna Kecukupan dalam Islam

Secara bahasa, al-qanā‘ah (القَنَاعَة) berarti merasa cukup dan ridha terhadap rezeki yang diberikan oleh Allah. Sementara dalam syariat, ia berarti:

“Menerima pemberian Allah dengan penuh syukur, tanpa tamak terhadap apa yang dimiliki orang lain, serta tetap bekerja dan berusaha sesuai kemampuan.”

Nabi Muhammad bersabda:

لَيْسَ الْغِنَى عَنْ كَثْرَةِ الْعَرَضِ، وَلَكِنَّ الْغِنَى غِنَى النَّفْسِ
“Kekayaan bukanlah karena banyaknya harta benda, tetapi kekayaan adalah kekayaan jiwa.”
(HR. Bukhari dan Muslim)

Dalil-Dalil tentang Kecukupan

  1. Al-Qur'an:

وَفِى ٱلسَّمَآءِ رِزْقُكُمْ وَمَا تُوعَدُونَ
"Dan di langit terdapat rezekimu dan apa yang dijanjikan kepadamu."
(QS. Adz-Dzariyat: 22)

  1. Hadis:

قَدْ أَفْلَحَ مَنْ أَسْلَمَ، وَرُزِقَ كَفَافًا، وَقَنَّعَهُ اللَّهُ بِمَا آتَاهُ
"Beruntunglah orang yang masuk Islam, diberi rezeki yang cukup, dan Allah jadikan dia merasa cukup dengan apa yang diberikan kepadanya."
(HR. Muslim)

Manfaat Kecukupan dalam Kehidupan

  1. Hati Tenang dan Tidak Rakus
    Orang yang merasa cukup tidak sibuk memikirkan dunia secara berlebihan, sehingga jiwanya tenang dan damai.
  2. Menumbuhkan Syukur
    Kecukupan melahirkan rasa syukur yang berkelanjutan, sedangkan kerakusan memunculkan keluh kesah yang tak berujung.
  3. Menghindarkan dari Hutang dan Riba
    Sikap merasa cukup akan menahan seseorang dari hidup di luar kemampuan, termasuk berutang tanpa keperluan mendesak.
  4. Memperkuat Ketergantungan kepada Allah
    Orang yang qana’ah menyandarkan kehidupannya kepada Allah, bukan kepada kekayaan duniawi.

Kecukupan Bukan Anti-Kaya

Islam tidak melarang seseorang menjadi kaya. Bahkan banyak sahabat Rasulullah yang kaya raya seperti Abu Bakar, Utsman bin ‘Affan, dan Abdurrahman bin ‘Auf. Namun, kekayaan mereka tidak menjadikan hati mereka bergantung pada dunia, dan mereka tetap rendah hati serta dermawan.

Kecukupan adalah sikap batin. Seseorang bisa kaya harta tapi tetap qana’ah, atau miskin harta namun hatinya dipenuhi ketamakan.

Cara Menumbuhkan Sikap Qana’ah

  1. Memperbanyak Syukur
    Syukur membuat kita fokus pada apa yang dimiliki, bukan yang belum ada.
  2. Membatasi Keinginan, Bukan Kemampuan
    Jangan mengikuti semua keinginan. Islam mengajarkan kesederhanaan dan zuhud.
  3. Melihat ke Bawah dalam Urusan Dunia
    Nabi
    bersabda:

انْظُرُوا إِلَى مَنْ أَسْفَلَ مِنْكُمْ، وَلَا تَنْظُرُوا إِلَى مَنْ هُوَ فَوْقَكُمْ
"Lihatlah kepada orang yang di bawah kalian (dalam hal dunia), jangan melihat kepada yang di atas kalian."
(HR. Bukhari dan Muslim)

  1. Menjaga Hati dari Hasad dan Tamak
    Hati yang iri dan serakah takkan pernah merasa cukup.

Konsep kecukupan dalam Islam adalah jalan menuju kehidupan yang penuh ketenangan dan keberkahan. Islam tidak mendorong umatnya untuk menjadi miskin, tapi agar tidak diperbudak oleh dunia. Hidup berkecukupan bukan tentang berapa banyak harta yang kita miliki, tetapi seberapa besar kita mampu mensyukuri dan mengelolanya dengan bijak. Mari tumbuhkan sikap qana’ah dalam hidup kita agar dunia berada di tangan, bukan di hati.

Daftar Pustaka

  1. Al-Qur’an al-Karim
  2. Shahih Bukhari dan Muslim
  3. Imam Al-Ghazali, Ihya’ Ulumuddin
  4. Ibnu Rajab al-Hanbali, Jami’ al-‘Ulum wal-Hikam
  5. Dr. Yusuf al-Qaradawi, Thaqafah al-Da‘iyah

 


Popular

Popular Posts

Blog Archive