![]() |
Mendidik Diri Sebelum Mendidik Orang Lain: Dasar Dakwah dan Keteladanan |
(Penyuluh Agama Islam /KUA Sape)
Islam sangat menekankan pentingnya
pendidikan dan pembinaan karakter, baik secara individu maupun sosial. Dalam
proses dakwah dan tarbiyah (pendidikan), Islam mengajarkan bahwa perubahan
harus dimulai dari diri sendiri. Mendidik diri sebelum mendidik orang lain
bukan sekadar prinsip etika, tetapi juga bentuk kejujuran dalam menyampaikan
kebenaran. Tanpa perbaikan diri, nasihat dan dakwah seseorang akan kehilangan
wibawa dan keikhlasan.
Allah
ﷻ dan Rasul-Nya
mengajarkan bahwa kepribadian seorang pendidik atau da’i harus mencerminkan
nilai-nilai yang dia serukan. Karena itu, pembinaan diri menjadi syarat utama
bagi siapa saja yang ingin memberi pengaruh dan membentuk karakter orang lain.
1.
Kewajiban Memperbaiki Diri Sendiri
Allah ﷻ
berfirman:
(QS. Ash-Shaff: 2–3)
Ayat
ini menunjukkan bahwa inkonsistensi antara ucapan dan perbuatan sangat dibenci
oleh Allah. Orang yang menyeru kepada kebaikan, namun tidak melaksanakannya,
termasuk dalam golongan yang dimurkai.
2. Bahaya Berdakwah Tanpa Memperbaiki Diri
Rasulullah ﷺ
bersabda:
يُجَاءُ
بِالرَّجُلِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ، فَيُلْقَى فِي النَّارِ، فَتَنْدَلِقُ أَقْتَابُ
بَطْنِهِ، فَيَدُورُ بِهَا كَمَا يَدُورُ الْحِمَارُ فِي الرَّحَى، فَيَجْتَمِعُ
إِلَيْهِ أَهْلُ النَّارِ، فَيَقُولُونَ: يَا فُلَانُ، مَا لَكَ؟ أَلَمْ تَكُنْ
تَأْمُرُنَا بِالْمَعْرُوفِ، وَتَنْهَانَا عَنِ الْمُنْكَرِ؟ قَالَ: كُنْتُ
آمُرُكُمْ بِالْمَعْرُوفِ، وَلَا آتِيهِ، وَأَنْهَاكُمْ عَنِ الْمُنْكَرِ، وَآتِيهِ
"Akan
didatangkan seseorang pada hari kiamat lalu dilemparkan ke neraka. Maka ususnya
keluar dan ia berputar-putar seperti keledai memutar penggiling. Penduduk
neraka pun berkumpul kepadanya dan berkata: 'Wahai Fulan, bukankah dahulu
engkau memerintahkan kami berbuat baik dan melarang dari kemungkaran?' Ia
menjawab: 'Benar, aku memerintahkan kalian kepada kebaikan, tetapi aku tidak
melakukannya. Aku melarang kalian dari kemungkaran, tetapi aku justru
melakukannya.'"
(HR. Bukhari dan Muslim)
Hadis ini menunjukkan bahwa dakwah
tanpa praktik pribadi bukan hanya tidak efektif, tapi juga berpotensi
menjerumuskan pelakunya ke dalam murka Allah.
3. Keteladanan Nabi dan Ulama Salaf
Rasulullah ﷺ
adalah teladan utama dalam hal menyelaraskan ucapan dan perbuatan. Allah ﷻ berfirman:
لَّقَدْ كَانَ
لَكُمْ فِى رَسُولِ ٱللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ
"Sungguh,
telah ada pada diri Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu."
(QS. Al-Ahzab: 21)
Begitu
pula para ulama salaf. Mereka lebih banyak berdakwah dengan perbuatan daripada
perkataan. Hasan Al-Bashri berkata:
“Jika
engkau memberi nasihat kepada orang lain, maka lakukanlah pada dirimu sendiri
terlebih dahulu. Jika tidak, engkau akan seperti orang yang memanah tanpa busur.”
4. Cara Mendidik Diri Sebelum Mendidik Orang Lain
a. Muhasabah (introspeksi diri)
Evaluasi diri atas perbuatan yang belum sesuai dengan ajaran Islam.
b. Ilmu sebelum amal dan dakwah
Mempelajari Islam dengan benar agar tidak menyampaikan kebodohan.
c. Konsistensi amal
Berusaha menerapkan ajaran Islam secara terus-menerus dalam kehidupan pribadi.
d. Doa memohon keikhlasan
Meminta kepada Allah agar dimudahkan memperbaiki diri dan niat dalam berdakwah.
Mendidik
diri sendiri adalah pondasi utama sebelum mendidik orang lain. Seorang
pendidik, da’i, atau penyeru kebaikan harus menjadi cerminan nyata dari apa
yang dia serukan. Islam sangat menekankan konsistensi antara ilmu, ucapan, dan
perbuatan. Tanpa keteladanan, dakwah akan kehilangan ruh dan keberkahan. Maka,
marilah kita memulai perubahan dari diri sendiri sebelum menyeru kepada orang
lain.
Daftar
Pustaka
1. Al-Qur’an
al-Karim
2. Shahih Bukhari
3. Shahih Muslim
4. Al-Ghazali, Ihya’
Ulumuddin
5. Ibnu Qudamah, Mukhtashar
Minhaj al-Qashidin
6. Syaikh Bakr Abu
Zaid, Hilyah
Thalib al-‘Ilm
7. Yusuf
al-Qaradawi, Fiqh
al-Dakwah
8. Ibnu Jama’ah, Tazkirah
al-Sami’ wal-Mutakallim
0 komentar:
Posting Komentar
Silakan titip komentar anda..