21 Juli, 2025


Oleh. Dr. Abdul Munir

Pantai Lakey di Kecamatan Hu'u, Kabupaten Dompu, Nusa Tenggara Barat, dikenal sebagai salah satu destinasi wisata selancar dunia. Di balik keindahan alam dan potensi pariwisatanya, tersimpan praktik budaya lokal berupa Tari ou Balumba (tarian memanggil ombak), yang dilakukan untuk menghadirkan ombak besar. Tradisi ini telah menjadi bagian dari kearifan lokal masyarakat pesisir, namun di sisi lain, mengandung unsur kepercayaan terhadap kekuatan gaib. Tulisan ini membahas aspek budaya dan potensi kesyirikan dalam praktik tersebut berdasarkan pendekatan antropologis dan teologis Islam. Hasil kajian menunjukkan perlunya pelurusan pemahaman agar tradisi lokal tetap terjaga tanpa melanggar prinsip tauhid.

Kata kunci: Pantai Lakey, Tari Ou Balumba, Tarian Memanggil Ombak, Budaya Lokal, Kesyirikan, Islam


1.        Pendahuluan

Indonesia dikenal sebagai negara maritim yang kaya akan tradisi masyarakat pesisir. Di berbagai daerah, laut tidak hanya dipandang sebagai sumber penghidupan, tetapi juga dianggap memiliki kekuatan spiritual yang harus dihormati. Salah satu praktik budaya yang lahir dari pandangan ini adalah tari Ou Balumba di kawasan Pantai Lakey, Hu'u, Dompu.

Tarian ini biasanya digelar menjelang musim selancar atau saat ombak dianggap terlalu tenang, dengan tujuan menghadirkan gelombang besar. Tradisi ini melibatkan unsur-unsur mistik, seperti pemanggilan roh laut dan penggunaan sesajen, yang dari sudut pandang Islam berpotensi mengandung kesyirikan. Maka, penting untuk meninjau sejauh mana praktik ini dapat dipahami sebagai warisan budaya, serta bagian mana yang perlu diluruskan secara akidah.

 

2.        Tinjauan Teoretis

a.      Budaya Lokal dan Kearifan Tradisional

Menurut Koentjaraningrat, budaya lokal adalah hasil cipta, rasa, dan karsa masyarakat yang tumbuh dari pengalaman kolektif mereka dalam menghadapi alam dan lingkungan. Tarian-tarian ritual dalam masyarakat tradisional seringkali merefleksikan relasi antara manusia dan kekuatan supranatural, termasuk dalam konteks laut.  

   S


Syirik dalam Perspektif Islam


Islam mengajarkan
bahwa segala bentuk ibadah dan permohonan hanya ditujukan kepada Allah SWT. Permohonan kepada selain Allah, termasuk roh laut atau makhluk halus, tergolong sebagai syirik akbar, yaitu dosa terbesar dalam Islam. Dalam Al-Qur’an disebutkan:

 إِنَّهُۥ مَن يُشْرِكْ بِٱللَّهِ فَقَدْ حَرَّمَ ٱللَّهُ عَلَيْهِ ٱلْجَنَّةَ وَمَأْوَىٰهُ ٱلنَّارُ

"Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka Allah haramkan atasnya surga, dan tempat tinggalnya ialah neraka" (QS. Al-Ma'idah: 72)

Menurut Ibnu Katsir, segala bentuk permohonan kepada selain Allah yang disertai keyakinan bahwa makhluk tersebut memiliki kuasa atas alam, merupakan bentuk penyimpangan akidah.

 

3.        Pembahasan

a.      Deskripsi Tari Ou Balumba

Nama Ou Balumba berasal dari bahasa Dompu: "Ou" berarti memanggil, sementara "Balumba" bermakna gelombang atau ombak laut . Secara harfiah tarian ini disebut juga sebagai Tari Memanggil Ombak, yang mencerminkan hubungan spiritual antara manusia dan laut dalam tradisi masyarakat pesisir Dompu.  Awalnya merupakan ritual sakral yang dilakukan untuk memanggil ombak besar dan berharap keberkahan dari laut. Mengandung unsur mantra, simbol leluhur, dan doa bersama.Belakangan berkembang menjadi tarian ritual dalam bentuk pertunjukan massal yang edukatif dan inklusif bagi masyarakat lokal maupun wisatawan.

 

1)      Pencapaian dan Skala Pagelaran

a)      Tari Ou Balumba mencapai rekor Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI) dengan 21.220 penari yang menari serempak di Pantai Lakey pada Festival Lakey 2025

b)      Acara ini tidak hanya memecahkan rekor, tetapi juga menjadi simbol semangat pembauran masyarakat Dompu dari berbagai latar, serta bukti keberhasilan kolaborasi antarinstansi dalam mempromosikan budaya lokal.

 

1)      Unsur Budaya dan Simbolisme

a)       Ou Balumba terdiri atas gerakan berulang yang menyerupai gerakannya gelombang dan diiringi tabuhan musik ritmis.

b)       Beberapa simbol itu sangat kentara: Cambuk kulit: simbol pemanggilan angin atau petir ke langit. Periuk tanah: lambang rahim bumi; dipecahkan di akhir prosesi sebagai simbol hempasan gelombang yang memecah karang.

c)       Para penari mengenakan kain tradisional dan membawa peralatan ritual, memperkuat makna spiritual dan kultural tarian ini.

a.      Nilai Budaya dalam Tradisi

Tarian ini dimaknai sebagai bentuk syukur dan komunikasi antara manusia dan alam, serta simbol permohonan akan kelancaran musim tangkap ikan dan wisata selancar. Di satu sisi, praktik ini memperlihatkan bentuk local wisdom yang mengakar kuat di masyarakat Dompu, dan telah menjadi daya tarik wisata budaya.

b.      Unsur Kesyirikan dalam Tarian

Masalah muncul ketika kepercayaan terhadap roh laut dan kekuatan spiritual selain Allah menjadi inti ritual. Adanya praktik persembahan kepada laut, serta keyakinan bahwa ombak akan datang setelah “dipanggil”, menunjukkan bentuk permohonan kepada makhluk selain Allah. Hal ini bertentangan dengan prinsip tauhid dan masuk kategori syirik jika tidak disertai pemurnian niat dan pemahaman.

c.       Peran Penyuluh Agama dan Tokoh Adat

Penyuluh agama harus melakukan pendekatan dialogis dengan masyarakat adat untuk meluruskan unsur keyakinan dalam ritual tersebut. Usaha ini dilakukan dengan cara tidak menolak secara frontal, namun melalui edukasi tauhid dan pelibatan tokoh lokal untuk mereformulasi tradisi menjadi ekspresi seni tanpa muatan spiritual sesat.

1.        Kesimpulan dan Rekomendasi

a.      Kesimpulan

Tarian Ou Balumba adalah warisan budaya pesisir Dompu yang kaya nilai visual, spiritual, dan sosial. Dari ritual sakral menjadi atraksi budaya besar-besaran. Peran pemerintah dan masyarakat lokal sangat vital dalam menjaga tradisi ini tetap hidup, relevan, namun juga kritis dalam memandang makna spiritual yang terkandung.



Tarian ini dikenal secara lokal dengan sebutan Tari Ou Balumba. Tarian dilakukan oleh beberapa penari tradisional yang dianggap memiliki kemampuan spiritual, dipimpin oleh tetua adat. Gerakan tari menyerupai gelombang laut, disertai bunyi alat musik gendang dan gong. Mantra dan doa dalam bahasa lokal diucapkan, diikuti dengan persembahan makanan, ayam, dan sesajen ke arah laut.

Islam mengakui, menghormati, dan bisa mengakomodasi budaya lokal selama budaya tersebut:

1.      Tidak mengandung unsur syirik (kemusyrikan),

2.      Tidak bertentangan dengan akidah dan syariat,

3.      Mendorong kebaikan, kehormatan, dan nilai kemanusiaan.

b.        Rekomendasi

  1. Pelurusan tradisi: Perlu ada rekonstruksi makna tari Ou Balumba sebagai simbol seni dan ekspresi budaya, tanpa mengandung unsur permohonan mistik.
  2. Kolaborasi dakwah budaya: Tokoh agama, pemerintah, dan tokoh adat harus bersinergi dalam menyelamatkan budaya lokal dari unsur syirik.
  3. Kurikulum budaya berbasis tauhid: Sekolah dan lembaga pendidikan di Dompu perlu memasukkan kajian budaya lokal dalam perspektif Islam untuk menanamkan kecintaan terhadap budaya yang bersih dari unsur kesyirikan.

 

Referensi

  1. Koentjaraningrat. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta, 2009.
  2. Ibnu Katsir. Tafsir Al-Qur'an Al-Azhim, Juz 2. Beirut: Dar al-Fikr, 1999.
  3. Majelis Ulama Indonesia (MUI). Fatwa Tentang Syirik dan Tahayul dalam Budaya Lokal, Jakarta: MUI Pusat, 2010.
  4. Mengenal Tari Ou Balumba, Ritual Sakral Pemanggil Ombak di Dompu https://www.detik.com/bali/budaya/d-8008797/mengenal-tari-ou-balumba-ritual-sakral-pemanggil-ombak-di-dompu
  5. Puluhan ribu orang menari kolosal Ou Balumba, rekor MURI https://www.antaranews.com/berita/4979405/puluhan-ribu-orang-menari-kolosal-ou-balumba-di-dompu-rekor-muri

Tarian Ou Balumba sukses capai rekor MURI, keterlibatan masyarakat luas https://setda.dompukab.go.id/berita/detail/tarian-ou-balumba-sukses-capai-rekor-muri-bupati-dompu-terima-kasih-atas-kerjasama-semua-pihak ****


0 komentar:

Posting Komentar

Silakan titip komentar anda..

Popular

Popular Posts

Blog Archive