Iman kepada Takdir: Antara Ikhtiar dan Tawakal
Iman kepada Takdir: Antara Ikhtiar dan Tawakal
Dr. Abdul Munir, M.Pd.I
(Ketua Komisi Fatwa MUI
Kab. Bima)
Dalam ajaran Islam, iman kepada takdir
merupakan salah satu rukun iman yang sangat penting. Takdir berarti ketentuan
Allah SWT yang sudah ditetapkan untuk segala sesuatu yang terjadi di alam
semesta ini, baik yang bersifat baik maupun buruk. Sebagai seorang Muslim, kita
diwajibkan untuk meyakini bahwa segala sesuatu yang menimpa kita adalah atas
izin dan kehendak Allah, namun hal itu tidak menghalangi kita untuk berusaha
dan berikhtiar sebaik mungkin.
Pengertian Iman kepada Takdir
Iman
kepada takdir adalah percaya dan menerima bahwa Allah SWT telah menetapkan
segala sesuatu yang akan terjadi, dari awal hingga akhir kehidupan manusia. Hal
ini mencakup takdir baik (ma’ruf) dan takdir buruk (munkar). Allah berfirman
dalam Al-Qur’an:
مَا
أَصَابَ مِن مُّصِيبَةٍ فِي الْأَرْضِ وَلَا فِي أَنفُسِكُمْ إِلَّا فِي كِتَابٍ
مِّن قَبْلِ أَن نَبْرَأَهَا ۚ إِنَّ ذَٰلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِيرٌ
"Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa di bumi dan tidak (pula)
pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauh Mahfuz) sebelum
Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi
Allah." “
(QS. Al-Hadid: 22)
Dengan
iman kepada takdir, seorang Muslim akan merasa tenang dan yakin bahwa apa pun
yang terjadi dalam hidupnya sudah ada hikmah dan ketentuan dari Allah.
Ikhtiar: Usaha dalam Kerangka
Takdir
Meskipun
segala sesuatu sudah ditentukan oleh Allah, Islam sangat menekankan pentingnya
usaha dan ikhtiar. Ikhtiar adalah langkah nyata yang dilakukan manusia untuk
mencapai tujuan atau mengatasi suatu masalah. Rasulullah SAW bersabda:
إِنْ
تَوَكَّلْتَ عَلَى اللَّهِ حَقَّ تَوَكُّلِهِ لَرَزَقَكَ كَمَا يَرْزُقُ الطَّيْرَ
تَغْدُو خِمَاصًا وَتَرُوحُ بِطَانًا
“Jika kamu bertawakal
kepada Allah dengan sebenar-benar tawakal, niscaya Dia akan memberikan rezeki
kepadamu sebagaimana Dia memberikan rezeki kepada burung yang pagi-pagi keluar
dalam keadaan lapar dan pulang pada sore hari dalam keadaan kenyang.” (HR. Tirmidzi)
Hadis
ini mengajarkan bahwa tawakal tidak berarti pasrah tanpa usaha, tapi justru
harus dibarengi dengan ikhtiar. Allah memerintahkan kita untuk berusaha keras,
bekerja, dan berdoa, lalu menyerahkan hasilnya kepada-Nya.
Tawakal: Berserah Diri dengan
Keyakinan
Tawakal
adalah sikap menyerahkan seluruh hasil dan keputusan akhir kepada Allah setelah
kita melakukan usaha. Tawakal adalah bentuk ketakwaan dan keteguhan hati dalam
menghadapi segala ketetapan Allah. Ketika hasil yang diperoleh tidak sesuai
dengan harapan, seorang Muslim tetap tenang dan yakin bahwa itu adalah bagian
dari takdir terbaik menurut Allah.
Allah
berfirman:
وَمَن
يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ
“Barang siapa bertawakal kepada Allah, niscaya
Allah akan mencukupkan (keperluan)nya.” (QS. At-Thalaq: 3)
Keseimbangan antara Ikhtiar
dan Tawakal
Kunci
keberhasilan seorang Muslim adalah menjaga keseimbangan antara ikhtiar dan
tawakal. Jika hanya mengandalkan takdir tanpa usaha, ini bisa menjadi sikap
malas dan pasif. Sebaliknya, hanya mengandalkan usaha tanpa tawakal akan
membuat hati gelisah dan tidak ikhlas.
Oleh
karena itu, setiap muslim harus berusaha sebaik mungkin, lalu menyerahkan
segala hasilnya kepada Allah dengan penuh keimanan dan ketenangan hati.
Iman
kepada takdir bukanlah alasan untuk bermalas-malasan, melainkan sebuah
keyakinan yang memperkuat kita untuk terus berikhtiar dan berusaha sambil
bertawakal kepada Allah SWT. Dengan begitu, kita dapat menjalani hidup dengan
penuh rasa syukur, sabar, dan ketenangan.
0 komentar:
Posting Komentar
Silakan titip komentar anda..