11 Juni, 2025

Iman kepada Takdir: Antara Ikhtiar dan Tawakal

Iman kepada Takdir: Antara Ikhtiar dan Tawakal

Dr. Abdul Munir, M.Pd.I

(Ketua Komisi Fatwa MUI Kab. Bima)

 

Dalam ajaran Islam, iman kepada takdir merupakan salah satu rukun iman yang sangat penting. Takdir berarti ketentuan Allah SWT yang sudah ditetapkan untuk segala sesuatu yang terjadi di alam semesta ini, baik yang bersifat baik maupun buruk. Sebagai seorang Muslim, kita diwajibkan untuk meyakini bahwa segala sesuatu yang menimpa kita adalah atas izin dan kehendak Allah, namun hal itu tidak menghalangi kita untuk berusaha dan berikhtiar sebaik mungkin.

 

Pengertian Iman kepada Takdir

Iman kepada takdir adalah percaya dan menerima bahwa Allah SWT telah menetapkan segala sesuatu yang akan terjadi, dari awal hingga akhir kehidupan manusia. Hal ini mencakup takdir baik (ma’ruf) dan takdir buruk (munkar). Allah berfirman dalam Al-Qur’an:

مَا أَصَابَ مِن مُّصِيبَةٍ فِي الْأَرْضِ وَلَا فِي أَنفُسِكُمْ إِلَّا فِي كِتَابٍ مِّن قَبْلِ أَن نَبْرَأَهَا ۚ إِنَّ ذَٰلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِيرٌ

"Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa di bumi dan tidak (pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauh Mahfuz) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah."

(QS. Al-Hadid: 22)

Dengan iman kepada takdir, seorang Muslim akan merasa tenang dan yakin bahwa apa pun yang terjadi dalam hidupnya sudah ada hikmah dan ketentuan dari Allah.

 

Ikhtiar: Usaha dalam Kerangka Takdir

Meskipun segala sesuatu sudah ditentukan oleh Allah, Islam sangat menekankan pentingnya usaha dan ikhtiar. Ikhtiar adalah langkah nyata yang dilakukan manusia untuk mencapai tujuan atau mengatasi suatu masalah. Rasulullah SAW bersabda:

إِنْ تَوَكَّلْتَ عَلَى اللَّهِ حَقَّ تَوَكُّلِهِ لَرَزَقَكَ كَمَا يَرْزُقُ الطَّيْرَ تَغْدُو خِمَاصًا وَتَرُوحُ بِطَانًا

“Jika kamu bertawakal kepada Allah dengan sebenar-benar tawakal, niscaya Dia akan memberikan rezeki kepadamu sebagaimana Dia memberikan rezeki kepada burung yang pagi-pagi keluar dalam keadaan lapar dan pulang pada sore hari dalam keadaan kenyang.” (HR. Tirmidzi)

Hadis ini mengajarkan bahwa tawakal tidak berarti pasrah tanpa usaha, tapi justru harus dibarengi dengan ikhtiar. Allah memerintahkan kita untuk berusaha keras, bekerja, dan berdoa, lalu menyerahkan hasilnya kepada-Nya.

 

Tawakal: Berserah Diri dengan Keyakinan

Tawakal adalah sikap menyerahkan seluruh hasil dan keputusan akhir kepada Allah setelah kita melakukan usaha. Tawakal adalah bentuk ketakwaan dan keteguhan hati dalam menghadapi segala ketetapan Allah. Ketika hasil yang diperoleh tidak sesuai dengan harapan, seorang Muslim tetap tenang dan yakin bahwa itu adalah bagian dari takdir terbaik menurut Allah.

Allah berfirman:

وَمَن يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ

“Barang siapa bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya.” (QS. At-Thalaq: 3)


Keseimbangan antara Ikhtiar dan Tawakal

Kunci keberhasilan seorang Muslim adalah menjaga keseimbangan antara ikhtiar dan tawakal. Jika hanya mengandalkan takdir tanpa usaha, ini bisa menjadi sikap malas dan pasif. Sebaliknya, hanya mengandalkan usaha tanpa tawakal akan membuat hati gelisah dan tidak ikhlas.

Oleh karena itu, setiap muslim harus berusaha sebaik mungkin, lalu menyerahkan segala hasilnya kepada Allah dengan penuh keimanan dan ketenangan hati.

 

Iman kepada takdir bukanlah alasan untuk bermalas-malasan, melainkan sebuah keyakinan yang memperkuat kita untuk terus berikhtiar dan berusaha sambil bertawakal kepada Allah SWT. Dengan begitu, kita dapat menjalani hidup dengan penuh rasa syukur, sabar, dan ketenangan.

 


0 komentar:

Posting Komentar

Silakan titip komentar anda..

Popular

Popular Posts

Blog Archive