14 Juni, 2025

Istri Shalihah: Tiang Penyangga Rumah Tangga

Dalam Islam, keluarga merupakan unit dasar masyarakat. Ketahanan dan keharmonisan rumah tangga sangat bergantung pada peran suami dan istri, terutama sosok istri shalihah, yang digambarkan sebagai penyejuk hati dan penyangga utama rumah. Seorang istri shalihah tidak hanya menjaga kehormatan diri dan keluarganya, tetapi juga mendidik anak-anak, memperkuat spiritualitas rumah, serta menjadi mitra suami dalam ketaatan kepada Allah.

 

1. Keutamaan Istri Shalihah dalam Islam

Istri shalihah adalah anugerah terbesar bagi seorang laki-laki setelah keimanan. Ia menjadi sumber ketenangan dan kenyamanan, sebagaimana dijelaskan dalam Al-Qur’an:

وَمِنْ آيَاتِهِ أَنْ خَلَقَ لَكُم مِّنْ أَنفُسِكُمْ أَزْوَاجًا لِّتَسْكُنُوا إِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُم مَّوَدَّةً وَرَحْمَةً ۚ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَآيَاتٍ لِّقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ

“Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah Dia menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari jenismu sendiri, agar kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antara kamu kasih dan sayang.”
(QS. Ar-Rūm: 21)¹

 

2. Ciri-ciri Istri Shalihah

Al-Qur’an menggambarkan sifat wanita shalihah sebagai berikut:

فَالصَّالِحَاتُ قَانِتَاتٌ حَافِظَاتٌ لِّلْغَيْبِ بِمَا حَفِظَ اللَّهُ

“Maka wanita yang shalihah ialah yang taat kepada Allah dan memelihara diri ketika suaminya tidak ada, karena Allah telah memelihara mereka.”
(QS. An-Nisā’: 34)²

Dari ayat ini, istri shalihah memiliki dua ciri utama:

·         Taat kepada Allah dan suaminya dalam hal yang makruf

·         Menjaga diri, kehormatan, dan amanah ketika suami tidak di rumah

 

3. Hadis tentang Keutamaan Istri Shalihah

a. Sebaik-baik perhiasan dunia

الدُّنْيَا مَتَاعٌ، وَخَيْرُ مَتَاعِهَا الْمَرْأَةُ الصَّالِحَةُ

“Dunia adalah perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah wanita (istri) shalihah.”
(HR. Muslim no. 1467)³

b. Kriteria istri terbaik

أَفْضَلُ النِّسَاءِ: إِذَا نَظَرْتَ إِلَيْهَا سَرَّتْكَ، وَإِذَا أَمَرْتَهَا أَطَاعَتْكَ، وَإِذَا غِبْتَ عَنْهَا حَفِظَتْكَ فِي نَفْسِهَا وَمَالِكَ
“Sebaik-baik wanita adalah yang jika engkau pandang ia menyenangkanmu, jika engkau perintah ia mentaatimu, dan jika engkau tidak ada, ia menjaga kehormatan diri dan hartamu.”
(HR. Abu Dawud no. 1664)⁴

 

4. Peran Istri Shalihah sebagai Tiang Rumah

Seorang istri shalihah:

·         Menjaga keutuhan keluarga dengan cinta, doa, dan kesabaran.

·         Mendidik anak-anak dengan nilai-nilai Islam, akhlak, dan adab.

·         Menjadi penyejuk hati (qurrata ‘ayn) bagi suami.

·         Menjadi motivator spiritual yang mengajak keluarganya mendekat kepada Allah.

 

5. Teladan Istri Shalihah dalam Islam

·         Khadijah binti Khuwailid, istri pertama Nabi , adalah teladan istri shalihah yang penuh kesetiaan, keberanian, dan dukungan dalam dakwah.

·         Fatimah az-Zahra, putri Rasulullah , adalah contoh istri dan ibu yang taat dan bersahaja dalam kehidupan rumah tangga.

Istri shalihah adalah tiang penyangga rumah tangga yang kokoh. Ia bukan hanya pelengkap, melainkan kunci ketenangan dan keberkahan dalam kehidupan suami dan anak-anak. Mewujudkan keluarga sakinah, mawaddah, dan rahmah tidak bisa lepas dari peran istri yang shalihah, sabar, dan bertakwa. Oleh karena itu, setiap wanita Muslimah hendaknya berusaha menghiasi dirinya dengan sifat-sifat wanita shalihah agar menjadi penyejuk dan cahaya bagi keluarganya.

 

Catatan Kaki (Referensi)

  1. Al-Qur’an, Surah Ar-Rūm: 21.
  2. Al-Qur’an, Surah An-Nisā’: 34.
  3. Muslim, Shahih Muslim, no. 1467.
  4. Abu Dawud, Sunan Abu Dawud, no. 1664.

 


13 Juni, 2025

Sabar Menghadapi Cobaan Hidup
Hidup di dunia adalah ujian. Allah SWT menciptakan kehidupan sebagai ladang amal untuk menguji siapa di antara hamba-Nya yang paling baik amalnya. Salah satu ujian terbesar yang dihadapi manusia adalah cobaan hidup, yang datang dalam berbagai bentuk seperti kesulitan ekonomi, kehilangan orang tercinta, penyakit, dan sebagainya. Dalam Islam, sikap yang diperintahkan untuk menghadapi semua ini adalah sabar.

Makna Sabar dalam Islam

Sabar berasal dari kata ṣabara yang berarti menahan. Dalam konteks syariat, sabar adalah kemampuan seseorang untuk menahan diri dari putus asa dalam menghadapi ujian, menahan dari maksiat saat tergoda, dan istiqamah dalam ketaatan kepada Allah.

Imam Al-Ghazali menyebutkan bahwa sabar mencakup tiga aspek: sabar dalam taat, sabar dalam menjauhi maksiat, dan sabar dalam menerima takdir Allah SWT¹.

Dalil-Dalil Tentang Sabar

1. Dalil dari Al-Qur’an

وَلَنَبْلُوَنَّكُمۡ بِشَيۡءٖ مِّنَ ٱلۡخَوۡفِ وَٱلجُوعِ وَنَقۡصٖ مِّنَ ٱلۡأَمۡوَٰلِ وَٱلۡأَنفُسِ وَٱلثَّمَرَٰتِۗ وَبَشِّرِ ٱلصَّٰبِرِينَ

“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar.”
(QS. Al-Baqarah: 155)²

Ayat ini menunjukkan bahwa cobaan merupakan bagian dari kehidupan yang pasti dialami oleh setiap manusia. Namun, Allah juga memberikan kabar gembira bagi orang-orang yang mampu bersabar.

Allah juga menjanjikan pahala tanpa batas bagi mereka yang bersabar:

قُلْ يٰعِبَادِ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱتَّقُوا۟ رَبَّكُمْۚ لِلَّذِينَ أَحْسَنُوا۟ فِى هَـٰذِهِ ٱلدُّنْيَا حَسَنَةٌۭۗ وَأَرْضُ ٱللَّهِ وَٰسِعَةٌۭۗ إِنَّمَا يُوَفَّى ٱلصَّـٰبِرُونَ أَجْرَهُم بِغَيْرِ حِسَابٍۢ

 “Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.”
(QS. Az-Zumar: 10)³

2. Dalil dari Hadis

جَبًا لِأَمْرِ الْمُؤْمِنِ، إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ، وَلَيْسَ ذَاكَ لِأَحَدٍ إِلَّا لِلْمُؤْمِنِ، إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ، فَكَانَ خَيْرًا لَهُ، وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ، فَكَانَ خَيْرًا لَهُ.

"Sungguh menakjubkan perkara seorang mukmin. Semua urusannya adalah baik. Jika ia mendapat kebahagiaan, ia bersyukur, maka itu baik baginya. Jika ia tertimpa musibah, ia bersabar, maka itu baik baginya."
(HR. Muslim, No. 2999)⁴

Dalam hadis lain, Nabi SAW bersabda:

وَمَنْ يَتَصَبَّرْ يُصَبِّرْهُ اللَّهُ، وَمَا أُعْطِيَ أَحَدٌ عَطَاءً خَيْرًا وَأَوْسَعَ مِنَ الصَّبْرِ

"Barangsiapa yang berusaha untuk bersabar, maka Allah akan memberikan kesabaran kepadanya. Dan tidaklah seseorang diberi suatu pemberian yang lebih baik dan lebih luas daripada kesabaran."
(HR. Bukhari dan Muslim)⁵

Keutamaan Sabar dalam Menghadapi Cobaan

  1. Mendekatkan diri kepada Allah.
    Cobaan adalah sarana untuk menyucikan hati dan memperkuat hubungan dengan Sang Pencipta.
  2. Menghapus dosa-dosa.
    Rasulullah SAW bersabda:

مَا يُصِيبُ الْمُسْلِمَ مِنْ نَصَبٍ، وَلَا وَصَبٍ، وَلَا هَمٍّ، وَلَا حُزْنٍ، وَلَا أَذًى، وَلَا غَمٍّ، حَتَّى الشَّوْكَةِ يُشَاكُهَا، إِلَّا كَفَّرَ اللَّهُ بِهَا مِنْ خَطَايَاهُ

"Tidaklah seorang Muslim tertimpa suatu kelelahan, penyakit, kekhawatiran, kesedihan, gangguan, bahkan duri yang menusuknya, kecuali Allah akan menghapus sebagian dosa-dosanya karenanya."
(HR. Bukhari dan Muslim)⁶


  1. Meningkatkan derajat di sisi Allah.
    Kesabaran adalah tanda kekuatan iman dan akhlak yang luhur. Allah mengangkat derajat orang-orang sabar di dunia dan akhirat.

Cara Menumbuhkan Kesabaran

  • Menanam keyakinan bahwa Allah Maha Adil dan Maha Bijaksana.
  • Menguatkan keimanan dan tawakal.
  • Mendekatkan diri kepada Al-Qur’an dan sunnah.
  • Berdoa memohon kekuatan dan kesabaran.
  • Mengingat bahwa ujian dunia bersifat sementara.

Sabar bukanlah kelemahan, melainkan kekuatan hati yang hanya dimiliki oleh orang-orang yang beriman. Dalam setiap kesulitan, Allah telah menjanjikan kemudahan. Maka, mari kita latih diri untuk bersabar, karena sabar adalah kunci keberhasilan dunia dan akhirat.

إِنَّ مَعَ ٱلْعُسْرِ يُسْرًا

“Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan.”
(QS. Al-Insyirah: 6)

 

Catatan Kaki (Referensi)

  1. Al-Ghazali. Ihya’ ‘Ulumuddin, Juz 4, Bab Sabar dan Syukur. Beirut: Dar al-Fikr.
  2. Al-Qur’an al-Karim, QS. Al-Baqarah [2]: 155.
  3. Al-Qur’an al-Karim, QS. Az-Zumar [39]: 10.
  4. HR. Muslim, No. 2999, Kitab Zuhd.
  5. HR. Bukhari, No. 1469 dan Muslim, No. 1053.
  6. HR. Bukhari No. 5641 dan Muslim No. 2573.

 


12 Juni, 2025

Puasa sebagai Latihan Kesabaran

Puasa merupakan salah satu ibadah utama dalam Islam yang tidak hanya bernilai spiritual, tetapi juga sarat makna pendidikan jiwa. Di antara hikmah terbesar dari puasa adalah membentuk pribadi yang sabar. Kesabaran yang dilatih selama berpuasa tidak hanya sebatas menahan lapar dan haus, tetapi juga mencakup kesabaran menahan diri dari hawa nafsu, amarah, dan perbuatan maksiat.

Pengertian Sabar dalam Islam

Sabar secara bahasa berarti menahan diri. Dalam pandangan Islam, sabar mencakup tiga aspek:

  1. Sabar dalam ketaatan kepada Allah.
  2. Sabar dalam menjauhi maksiat.
  3. Sabar dalam menghadapi musibah dan ujian hidup.

Allah SWT berfirman:

إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُم بِغَيْرِ حِسَابٍ

"Sesungguhnya hanya orang-orang yang sabar mendapat pahala tanpa batas."
(QS. Az-Zumar: 10)

Puasa Melatih Kesabaran

  1. Menahan Lapar dan Haus
    Puasa secara langsung melatih fisik dan mental untuk bersabar terhadap dorongan alami tubuh, sekaligus mengajarkan rasa empati kepada mereka yang kekurangan.
  2. Menahan Emosi dan Amarah
    Rasulullah bersabda:

الصِّيَامُ جُنَّةٌ، فَإِذَا كَانَ أَحَدُكُمْ صَائِمًا، فَلَا يَرْفُثْ وَلَا يَجْهَلْ، وَإِنِ امْرُؤٌ قَاتَلَهُ أَوْ شَاتَمَهُ، فَلْيَقُلْ: إِنِّي صَائِمٌ

"Puasa adalah perisai. Maka jika salah seorang di antara kalian berpuasa, janganlah berkata kotor dan jangan bertengkar. Jika ada yang mencelanya, maka katakanlah: 'Saya sedang berpuasa.'"
(HR. Bukhari dan Muslim)

  1. Menahan Lisan dan Perilaku Buruk
    Selama berpuasa, seorang Muslim dilatih untuk menjaga ucapan, pandangan, dan sikapnya agar tidak melanggar batas-batas syariat.
  2. Sabar dalam Menanti Waktu Berbuka
    Ketundukan untuk tidak menyentuh makanan dan minuman meski tersedia di hadapan mata hingga waktu berbuka tiba, merupakan bentuk latihan disiplin dan kesabaran tingkat tinggi.

Kesabaran: Buah dari Puasa yang Sempurna

Seseorang yang mampu menyempurnakan puasanya dengan kesabaran akan memperoleh derajat taqwa, sebagaimana tujuan utama puasa yang disebutkan dalam Al-Qur’an:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

"Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa."
(QS. Al-Baqarah: 183)

 

Puasa bukan hanya tentang menahan lapar dan haus, tetapi juga tentang melatih kesabaran dalam berbagai aspek kehidupan. Melalui puasa, seorang Muslim dididik untuk menjadi pribadi yang lebih tenang, disiplin, dan bertakwa. Maka, marilah kita jadikan setiap momentum puasa sebagai sarana memperkuat kesabaran, agar kita termasuk golongan orang-orang yang dicintai Allah.

وَاللَّهُ يُحِبُّ الصَّابِرِينَ

"Dan Allah mencintai orang-orang yang sabar." (QS. Ali ‘Imran: 146)

 


11 Juni, 2025

Iman kepada Takdir: Antara Ikhtiar dan Tawakal

Iman kepada Takdir: Antara Ikhtiar dan Tawakal

Dr. Abdul Munir, M.Pd.I

(Ketua Komisi Fatwa MUI Kab. Bima)

 

Dalam ajaran Islam, iman kepada takdir merupakan salah satu rukun iman yang sangat penting. Takdir berarti ketentuan Allah SWT yang sudah ditetapkan untuk segala sesuatu yang terjadi di alam semesta ini, baik yang bersifat baik maupun buruk. Sebagai seorang Muslim, kita diwajibkan untuk meyakini bahwa segala sesuatu yang menimpa kita adalah atas izin dan kehendak Allah, namun hal itu tidak menghalangi kita untuk berusaha dan berikhtiar sebaik mungkin.

 

Pengertian Iman kepada Takdir

Iman kepada takdir adalah percaya dan menerima bahwa Allah SWT telah menetapkan segala sesuatu yang akan terjadi, dari awal hingga akhir kehidupan manusia. Hal ini mencakup takdir baik (ma’ruf) dan takdir buruk (munkar). Allah berfirman dalam Al-Qur’an:

مَا أَصَابَ مِن مُّصِيبَةٍ فِي الْأَرْضِ وَلَا فِي أَنفُسِكُمْ إِلَّا فِي كِتَابٍ مِّن قَبْلِ أَن نَبْرَأَهَا ۚ إِنَّ ذَٰلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِيرٌ

"Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa di bumi dan tidak (pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauh Mahfuz) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah."

(QS. Al-Hadid: 22)

Dengan iman kepada takdir, seorang Muslim akan merasa tenang dan yakin bahwa apa pun yang terjadi dalam hidupnya sudah ada hikmah dan ketentuan dari Allah.

 

Ikhtiar: Usaha dalam Kerangka Takdir

Meskipun segala sesuatu sudah ditentukan oleh Allah, Islam sangat menekankan pentingnya usaha dan ikhtiar. Ikhtiar adalah langkah nyata yang dilakukan manusia untuk mencapai tujuan atau mengatasi suatu masalah. Rasulullah SAW bersabda:

إِنْ تَوَكَّلْتَ عَلَى اللَّهِ حَقَّ تَوَكُّلِهِ لَرَزَقَكَ كَمَا يَرْزُقُ الطَّيْرَ تَغْدُو خِمَاصًا وَتَرُوحُ بِطَانًا

“Jika kamu bertawakal kepada Allah dengan sebenar-benar tawakal, niscaya Dia akan memberikan rezeki kepadamu sebagaimana Dia memberikan rezeki kepada burung yang pagi-pagi keluar dalam keadaan lapar dan pulang pada sore hari dalam keadaan kenyang.” (HR. Tirmidzi)

Hadis ini mengajarkan bahwa tawakal tidak berarti pasrah tanpa usaha, tapi justru harus dibarengi dengan ikhtiar. Allah memerintahkan kita untuk berusaha keras, bekerja, dan berdoa, lalu menyerahkan hasilnya kepada-Nya.

 

Tawakal: Berserah Diri dengan Keyakinan

Tawakal adalah sikap menyerahkan seluruh hasil dan keputusan akhir kepada Allah setelah kita melakukan usaha. Tawakal adalah bentuk ketakwaan dan keteguhan hati dalam menghadapi segala ketetapan Allah. Ketika hasil yang diperoleh tidak sesuai dengan harapan, seorang Muslim tetap tenang dan yakin bahwa itu adalah bagian dari takdir terbaik menurut Allah.

Allah berfirman:

وَمَن يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ

“Barang siapa bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya.” (QS. At-Thalaq: 3)


Keseimbangan antara Ikhtiar dan Tawakal

Kunci keberhasilan seorang Muslim adalah menjaga keseimbangan antara ikhtiar dan tawakal. Jika hanya mengandalkan takdir tanpa usaha, ini bisa menjadi sikap malas dan pasif. Sebaliknya, hanya mengandalkan usaha tanpa tawakal akan membuat hati gelisah dan tidak ikhlas.

Oleh karena itu, setiap muslim harus berusaha sebaik mungkin, lalu menyerahkan segala hasilnya kepada Allah dengan penuh keimanan dan ketenangan hati.

 

Iman kepada takdir bukanlah alasan untuk bermalas-malasan, melainkan sebuah keyakinan yang memperkuat kita untuk terus berikhtiar dan berusaha sambil bertawakal kepada Allah SWT. Dengan begitu, kita dapat menjalani hidup dengan penuh rasa syukur, sabar, dan ketenangan.

 


10 Juni, 2025


Islam adalah agama yang membawa rahmat bagi seluruh alam, bukan hanya untuk umat Islam semata, tetapi juga bagi seluruh umat manusia, bahkan makhluk lainnya. Salah satu bentuk rahmat tersebut terwujud dalam ajaran Islam tentang toleransi antarumat beragama, yaitu sikap saling menghargai, hidup berdampingan secara damai, dan tidak saling memaksakan keyakinan.

Toleransi dalam Islam bukan berarti mencampuradukkan akidah, tetapi memberikan ruang hidup bagi orang lain untuk menjalankan keyakinannya tanpa gangguan atau diskriminasi.

 

  1. Kebebasan dalam Beragama

لَآ إِكْرَاهَ فِى ٱلدِّينِ ۖ قَد تَّبَيَّنَ ٱلرُّشْدُ مِنَ ٱلْغَىِّ ۚ

“Tidak ada paksaan dalam (menganut) agama; sungguh telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat.”
(QS. Al-Baqarah: 256)

Ayat ini menjadi prinsip utama dalam toleransi, bahwa Islam tidak memaksakan seseorang untuk memeluk agama tertentu, termasuk Islam itu sendiri. Hidayah adalah urusan Allah.

 

  1. Menghormati Perbedaan

لَكُمْ دِينُكُمْ وَلِيَ دِينِ

“Untukmu agamamu, dan untukku agamaku.”
(QS. Al-Kafirun: 6)

Ayat ini menunjukkan bahwa meskipun berbeda keyakinan, umat Islam tetap menghargai pilihan agama orang lain.

 

  1. Berbuat Baik kepada Non-Muslim yang Damai

لَا يَنْهَاكُمُ ٱللَّهُ عَنِ ٱلَّذِينَ لَمْ يُقَاتِلُوكُمْ فِى ٱلدِّينِ وَلَمْ يُخْرِجُوكُم مِّن دِيَـٰرِكُمْ أَن تَبَرُّوهُمْ وَتُقْسِطُوٓا۟ إِلَيْهِمْ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ يُحِبُّ ٱلْمُقْسِطِينَ

“Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tidak memerangimu karena agama dan tidak mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil.”
(QS. Al-Mumtahanah: 8)

 

Teladan Toleransi dari Rasulullah

Rasulullah Muhammad adalah suri teladan terbaik dalam hal toleransi. Saat berada di Madinah, beliau hidup berdampingan secara damai dengan kaum Yahudi dan Nasrani. Dalam Piagam Madinah, Nabi menjamin kebebasan beragama dan keamanan bersama bagi semua penduduk Madinah, baik Muslim maupun non-Muslim.

Selain itu, dalam banyak riwayat disebutkan Rasulullah berdiri menghormati jenazah seorang Yahudi, menunjukkan akhlak luhur beliau dalam menghargai sesama manusia.

 

Toleransi Bukan Kompromi Akidah

Perlu digarisbawahi bahwa toleransi dalam Islam tidak berarti menyetujui semua keyakinan atau ibadah agama lain. Seorang Muslim tetap meyakini kebenaran Islam, namun tetap menghormati hak orang lain untuk menjalankan keyakinannya.

Toleransi dalam Kehidupan Sehari-hari

Menghormati hari raya umat lain tanpa ikut merayakannya.

Hidup rukun dan saling membantu dalam urusan sosial dan kemanusiaan.

Tidak menjelekkan keyakinan agama lain.

Menjalin komunikasi dan kerja sama dalam menjaga kedamaian.

 

Toleransi antarumat beragama adalah ajaran luhur dalam Islam yang harus diamalkan dalam kehidupan sehari-hari, terutama di masyarakat yang majemuk. Dengan bersikap toleran, umat Islam menunjukkan kedewasaan beragama dan memperkuat persaudaraan kemanusiaan. Islam bukan hanya agama yang benar, tetapi juga agama yang membawa kedamaian bagi seluruh alam.

وَمَآ أَرْسَلْنَـٰكَ إِلَّا رَحْمَةًۭ لِّلْعَـٰلَمِينَ

 “Dan Kami tidak mengutusmu (Muhammad) melainkan sebagai rahmat bagi seluruh alam.”
(QS. Al-Anbiya: 107)


Popular

Popular Posts

Blog Archive