20 Agustus, 2025

Menjaga Keharmonisan Rumah Tangga dalam Naungan Syariat Islam

Pernikahan dalam Islam bukan hanya ikatan lahiriah antara dua insan, melainkan ibadah yang penuh keberkahan, landasan bagi terbentuknya keluarga yang sakinah, mawaddah, wa rahmah. Namun, dalam kenyataannya, ujian dan konflik sering kali mewarnai kehidupan rumah tangga. Perceraian (ṭalāq) memang dibolehkan dalam Islam, tetapi itu adalah hal yang halal namun paling dibenci oleh Allah.

أَبْغَضُ الْحَلَالِ إِلَى اللَّهِ الطَّلَاقُ

"Perkara halal yang paling dibenci Allah adalah talak."
(HR. Abu Dawud, no. 2178)

Maka, menjaga rumah tangga dari perceraian adalah tanggung jawab bersama suami dan istri, yang hanya dapat dilakukan dengan ilmu, hikmah, dan kesabaran.

 

1. Memahami Tujuan Pernikahan dengan Ilmu

Ilmu adalah kunci awal dalam membangun rumah tangga. Tanpa ilmu, hubungan suami istri bisa berubah menjadi ladang konflik.

وَمِنْ آيَاتِهِ أَنْ خَلَقَ لَكُم مِّنْ أَنفُسِكُمْ أَزْوَاجًا لِّتَسْكُنُوا إِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُم مَّوَدَّةً وَرَحْمَةً ۚ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَآيَاتٍ لِّقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ

"Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang."
(QS. Ar-Rūm: 21)

Mengetahui bahwa pernikahan bertujuan untuk menciptakan ketenangan (sakinah), cinta (mawaddah), dan kasih sayang (rahmah), membuat pasangan sadar bahwa konflik bukan alasan untuk berpisah, tapi kesempatan untuk belajar dan tumbuh bersama.

 

2. Menyikapi Konflik dengan Hikmah

Konflik adalah bagian dari kehidupan, termasuk dalam rumah tangga. Namun, Islam mengajarkan agar setiap masalah diselesaikan dengan hikmah (kebijaksanaan) dan musyawarah, bukan dengan emosi dan kemarahan.

وَعَاشِرُوهُنَّ بِالْمَعْرُوفِ

"Dan bergaullah dengan mereka (istri-istri kalian) secara makruf (baik)."
(QS. An-Nisā’: 19)

Sikap lembut, tidak kasar, dan saling memahami adalah bentuk hikmah yang bisa mencegah retaknya hubungan. Suami dan istri hendaknya menahan ego, dan mengedepankan kebaikan bersama daripada pembenaran diri.

 

3. Melibatkan Allah dalam Setiap Ujian

Seringkali rumah tangga goyah karena lupa kepada Allah. Padahal, mendekat kepada Allah adalah fondasi keharmonisan. Solusi terbaik saat badai rumah tangga melanda adalah doa, istighfar, dan salat.

وَاسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلَاةِ ۚ وَإِنَّهَا لَكَبِيرَةٌ إِلَّا عَلَى الْخَاشِعِينَ

"Dan mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan salat. Sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk."
(QS. Al-Baqarah: 45)

Jangan lupa untuk berdoa agar rumah tangga disatukan oleh cinta yang suci:

رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ
“Ya Allah, karuniakanlah kepada kami pasangan dan keturunan sebagai penyejuk mata kami…”
(QS. Al-Furqan: 74)

 

4. Konsultasi dan Syura (Musyawarah)

Saat konflik tidak lagi bisa diselesaikan berdua, Islam mengajarkan untuk melibatkan pihak ketiga yang bijak:

وَإِنْ خِفْتُمْ شِقَاقَ بَيْنِهِمَا فَابْعَثُوا حَكَمًا مِّنْ أَهْلِهِۦ وَحَكَمًا مِّنْ أَهْلِهَآ إِن يُرِيدَآ إِصْلَـٰحًا يُوَفِّقِ ٱللَّهُ بَيْنَهُمَآ ۗ إِنَّ ٱللَّهَ كَانَ عَلِيمًا خَبِيرًا

"Jika kamu khawatir terjadi perselisihan antara keduanya, maka kirimlah seorang hakam (penengah) dari keluarga laki-laki dan seorang dari keluarga perempuan."
(QS. An-Nisā’: 35)

Konsultasi kepada orang berilmu atau konselor rumah tangga syar’i bisa menjadi solusi untuk meredam konflik dan membuka pintu rekonsiliasi.

 

5. Menyadari Besarnya Dampak Perceraian

Perceraian tidak hanya berdampak pada suami dan istri, tetapi juga kepada anak-anak, keluarga besar, dan masyarakat. Anak-anak bisa tumbuh dalam luka batin dan kehilangan figur.

كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْؤُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ

“Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya.”
(HR. Bukhari dan Muslim)

Menjaga rumah tangga berarti menjaga amanah Allah dan generasi umat. Maka sebelum memutuskan berpisah, renungkan ulang dampaknya, dan kembalilah kepada ilmu dan nasihat orang beriman.

 

Perceraian memang dibolehkan, tapi itu bukan solusi utama. Islam memberikan banyak jalan keluar sebelum sampai pada perceraian. Dengan ilmu yang benar, akhlak yang lembut, dan doa yang terus dipanjatkan, rumah tangga bisa terhindar dari kehancuran. Mari rawat pernikahan dengan sabar dan cinta karena Allah, sebab:

إِنَّ ٱللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّىٰ يُغَيِّرُوا۟ مَا بِأَنفُسِهِمْ

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sampai mereka mengubah apa yang ada pada diri mereka sendiri.”
(QS. Ar-Ra’d: 11)

 


19 Agustus, 2025

Toleransi dan Saling Menghargai dalam Islam

Islam adalah agama rahmat yang membawa kedamaian, keadilan, dan penghormatan terhadap sesama manusia. Salah satu nilai luhur yang dijunjung tinggi dalam Islam adalah toleransi (tasāmuḥ) dan saling menghargai perbedaan. Toleransi dalam Islam bukan berarti menyamakan semua ajaran, melainkan menghormati hak orang lain dalam menjalankan keyakinannya, tanpa harus menyetujui kebenaran semua agama.

 

1. Makna Toleransi dan Menghargai dalam Islam

Toleransi berasal dari kata tasāmuḥ (التَّسَامُحُ) yang berarti memberi kemudahan, kelembutan, dan tidak memaksakan kehendak. Dalam Islam, toleransi ditunjukkan dalam bentuk:

·         Menghormati pemeluk agama lain tanpa mencampuri akidah mereka.

·         Tidak mencela kepercayaan orang lain.

·         Menjaga hubungan sosial yang baik dengan semua orang.

·         Menghindari kekerasan, paksaan, dan penghinaan.

 

2. Dalil Al-Qur’an tentang Toleransi

a. Tidak ada paksaan dalam beragama

لَا إِكْرَاهَ فِي الدِّينِ ۖ قَد تَّبَيَّنَ الرُّشْدُ مِنَ الْغَيِّ
“Tidak ada paksaan dalam (menganut) agama; sesungguhnya telah jelas jalan yang benar dari jalan yang sesat.”
(QS. Al-Baqarah: 256)¹

Ayat ini menjelaskan bahwa Islam tidak membenarkan pemaksaan agama kepada siapa pun.

b. Allah menciptakan manusia dalam keberagaman

يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُم مِّن ذَكَرٍ وَأُنثَىٰ وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا
“Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, lalu Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal.”
(QS. Al-Hujurat: 13)²

Islam mengakui keberagaman dan menganjurkan agar umat manusia saling mengenal dan menghargai perbedaan.

 

3. Hadis Nabi tentang Toleransi

a. Islam adalah agama yang mudah dan penuh kasih

إِنَّ الدِّينَ يُسْرٌ، وَلَنْ يُشَادَّ الدِّينَ أَحَدٌ إِلَّا غَلَبَهُ
"Sesungguhnya agama ini mudah, dan tidak ada seorang pun yang mempersulit agama melainkan ia akan dikalahkan olehnya."
(HR. Bukhari no. 39)³

Toleransi adalah bentuk kemudahan dalam menjalankan agama tanpa memaksakan atau mempersulit orang lain.

b. Nabi Muhammad adalah teladan dalam akhlak mulia

إِنَّمَا بُعِثْتُ لِأُتَمِّمَ مَكَارِمَ الأَخْلاَقِ
“Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.”
(HR. Ahmad no. 8952)⁴

Akhlak yang mulia mencakup sifat toleran, lemah lembut, dan menghargai sesama manusia.

 

4. Contoh Toleransi Nabi Muhammad

·         Piagam Madinah: Rasulullah membuat perjanjian damai dengan berbagai kelompok, termasuk Yahudi dan kaum musyrik, dalam bingkai kehidupan bersama yang damai.

·         Mengunjungi orang sakit non-Muslim: Rasulullah pernah menjenguk seorang anak Yahudi yang sakit (HR. Bukhari).

·         Tidak membalas hinaan dengan kekerasan: Rasulullah tetap bersikap lembut meskipun mendapat hinaan, seperti yang terjadi di Thaif.

 

5. Batasan Toleransi dalam Islam

Islam menekankan toleransi sosial, bukan toleransi aqidah. Artinya, umat Islam tetap teguh dengan akidahnya, namun tidak memaksakan kepada orang lain, serta tidak mencela keyakinan lain.

 

Toleransi dan saling menghargai adalah bagian dari ajaran Islam yang agung. Dalam masyarakat yang majemuk, nilai-nilai ini menjadi fondasi penting untuk membangun perdamaian, keharmonisan, dan keadilan. Umat Islam harus meneladani Nabi Muhammad yang menjadi simbol kasih sayang dan toleransi sejati terhadap semua kalangan.

 

Catatan Kaki (Referensi)

1.      Al-Qur’an, Surah Al-Baqarah: 256.

2.      Al-Qur’an, Surah Al-Hujurat: 13.

3.      Bukhari, Shahih al-Bukhari, no. 39.

4.      Ahmad, Musnad Ahmad, no. 8952.

 


18 Agustus, 2025

Membiasakan Doa dalam Segala Urusan

Dalam kehidupan sehari-hari, kita menghadapi berbagai macam urusan dan tantangan, baik yang besar maupun kecil. Mulai dari keputusan sederhana seperti memilih makanan, hingga persoalan berat seperti menentukan arah hidup. Dalam Islam, Allah SWT mengajarkan kita untuk selalu mengawali segala urusan dengan doa, karena doa adalah senjata paling ampuh bagi seorang mukmin.

Doa Sebagai Benteng dan Penolong

Doa merupakan komunikasi langsung antara hamba dan Rabb-nya. Melalui doa, kita menyampaikan permohonan, harapan, dan ketergantungan kita kepada Allah SWT. Rasulullah bersabda:

الدُّعَاءُ هُوَ الْعِمَادُ، وَهُوَ نُورُ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضِ، وَسِلاَحُ الْمُؤْمِنِ

“Doa adalah senjata orang mukmin, tiang agama, dan cahaya langit dan bumi.”
(HR. Ahmad)

Ini menunjukkan bahwa doa bukan hanya sekadar permintaan, tapi juga merupakan pondasi utama dalam kehidupan beragama dan hubungan spiritual kita dengan Allah.


Mengapa Membiasakan Doa Itu Penting?

Ketika kita membiasakan berdoa dalam segala urusan, ada beberapa manfaat besar yang kita dapatkan:

1.      Menunjukkan Ketergantungan Kepada Allah
Dengan doa, kita mengakui bahwa segala sesuatu di dunia ini terjadi atas kehendak-Nya dan kita membutuhkan pertolongan-Nya dalam segala hal.

2.      Menenangkan Hati dan Pikiran
Doa membantu mengurangi rasa cemas dan gelisah karena kita menyerahkan masalah kita kepada Allah, Sang Maha Kuasa.

3.      Mendekatkan Diri kepada Allah
Melalui doa, kita mempererat hubungan dengan Allah sehingga bertambah iman dan keyakinan.

4.      Membuka Pintu Rezeki dan Kemudahan
Allah berfirman:

وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ ۖ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ

“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan doa orang yang berdoa apabila dia memohon kepada-Ku.”
(QS. Al-Baqarah: 186)


Contoh Doa dalam Segala Urusan

Islam telah mengajarkan doa-doa yang mudah dan penuh berkah untuk segala aktivitas, seperti:

  • Doa Memulai Pekerjaan:

بِسْمِ اللهِ تَوَكَّلْتُ عَلَى اللهِ، وَلَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللهِ

(Dengan nama Allah, aku bertawakkal kepada Allah, tiada daya dan kekuatan kecuali dengan Allah.)

  • Doa Meminta Kemudahan:

اللَّهُمَّ لَا سَهْلَ إِلَّا مَا جَعَلْتَهُ سَهْلًا، وَأَنْتَ تَجْعَلُ الْحَزْنَ إِذَا شِئْتَ سَهْلًا

(Ya Allah, tidak ada kemudahan kecuali apa yang Engkau jadikan mudah, dan Engkau menjadikan kesedihan itu mudah jika Engkau kehendaki.)

Doa Memohon Petunjuk:
اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ

(Tunjukkanlah kami jalan yang lurus.)


Tips Membiasakan Doa dalam Kehidupan

1.      Mulailah dari hal-hal kecil — Berdoalah setiap kali sebelum makan, memulai belajar, atau pergi ke suatu tempat.

2.      Konsisten — Jadikan doa sebagai rutinitas harian, bukan hanya saat susah saja.

3.      Sertakan Doa Dalam Shalat — Perbanyak doa di antara gerakan shalat, khususnya setelah shalat wajib.

4.      Ajarkan Anak-anak Berdoa — Membiasakan doa sejak kecil akan membentuk karakter spiritual yang kuat.

Membiasakan doa dalam segala urusan adalah cara terbaik untuk selalu mengingat Allah dan menguatkan jiwa kita. Doa membawa ketenangan, kemudahan, dan keberkahan dalam hidup. Dengan menjadikan doa sebagai bagian dari setiap langkah, kita menjadi hamba yang selalu bergantung pada Allah, serta mendapat pertolongan-Nya di dunia dan akhirat.

وَقَالَ رَبُّكُمُ ٱدْعُونِى أَسْتَجِبْ لَكُمْ

“Dan Tuhanmu berfirman: Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu.”
(QS. Ghafir: 60)

 


Burhan Zahim, General Manajer ASDP Cab. Sape

Sape – Dalam rangka memeriahkan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia ke-80, PT. ASDP Sape menyelenggarakan kegiatan lomba azan dan hafalan Juz 30 yang diikuti oleh anak-anak dari berbagai kalangan. Kegiatan ini berlangsung meriah dan penuh semangat keislaman serta kebangsaan.

Tujuan utama dari kegiatan ini adalah menanamkan rasa syukur atas nikmat kemerdekaan yang telah dianugerahkan Allah SWT kepada bangsa Indonesia. Anak-anak diajak untuk mensyukuri kemerdekaan dengan cara mendekatkan diri kepada Allah melalui syiar Islam.

Selain itu, kegiatan lomba ini juga bertujuan untuk memadukan nilai agama dan nasionalisme, dengan menegaskan bahwa kemerdekaan Indonesia harus diisi dengan kegiatan positif yang menumbuhkan iman, takwa, dan cinta tanah air.

Melalui lomba azan dan hafalan Juz 30, ASDP Sape berkomitmen untuk membina generasi Qur’ani yang cinta tanah air, agar anak-anak sejak dini tumbuh menjadi pribadi yang berpegang teguh pada Al-Qur’an sekaligus memiliki jiwa nasionalis.

Kegiatan ini juga dimaksudkan untuk menghidupkan semangat perjuangan melalui syiar Islam, mengingat para pejuang kemerdekaan dahulu tidak hanya berjuang dengan fisik, tetapi juga dengan doa dan semangat keagamaan. Dengan demikian, anak-anak diarahkan untuk berjuang di era sekarang dengan ilmu, akhlak, dan amal saleh.

Tak hanya bernuansa religius, lomba ini juga memberikan alternatif hiburan yang mendidik bagi masyarakat, sehingga suasana HUT RI semakin meriah namun tetap bermanfaat untuk pembentukan karakter Islami pada anak-anak.

Lebih dari itu, kegiatan ini menjadi ajang untuk menumbuhkan semangat kebersamaan dan silaturahmi. Anak-anak, orang tua, guru, dan masyarakat dapat berinteraksi dalam suasana penuh ukhuwah sekaligus memperkuat rasa nasionalisme.

Dengan terselenggaranya lomba azan dan hafalan Juz 30 ini, ASDP Sape berharap dapat memberikan kontribusi nyata dalam mengisi kemerdekaan dengan kegiatan positif, religius, dan sarat makna bagi generasi penerus bangsa.


17 Agustus, 2025

 

Iman kepada Malaikat dan Dampaknya bagi Akhlak

Pengertian Iman kepada Malaikat

Iman kepada malaikat adalah salah satu rukun iman dalam Islam yang wajib diyakini setiap Muslim. Malaikat adalah makhluk Allah yang diciptakan dari cahaya, memiliki tugas khusus yang ditetapkan oleh Allah SWT, dan tidak memiliki hawa nafsu seperti manusia.

Allah berfirman:

الَّذِينَ لَا يَعْصُونَ اللَّهَ فِي مَا أَمَرَهُ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ

"Yang tidak mendurhakai Allah dalam apa yang diperintahkan-Nya dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan."
(QS. At-Tahrim: 6)

Peran Malaikat dalam Islam

Malaikat menjalankan tugas yang beragam, seperti mencatat amal manusia, menyampaikan wahyu, menjaga manusia, hingga mencabut nyawa. Contoh malaikat yang terkenal adalah Jibril, Mikail, Israfil, dan Malik.

Dampak Iman kepada Malaikat bagi Akhlak

1.      Meningkatkan Kesadaran Akan Pengawasan Allah
Karena malaikat mencatat setiap perbuatan baik dan buruk, seorang mukmin akan merasa diawasi dan termotivasi untuk berperilaku baik serta menjauhi dosa.

2.      Menumbuhkan Rasa Tanggung Jawab
Iman kepada malaikat mengajarkan bahwa segala amal akan dicatat dan dipertanggungjawabkan di akhirat. Ini mendorong seseorang bertanggung jawab atas perbuatan sehari-hari.

3.      Menjaga Kesucian Hati dan Perbuatan
Malaikat yang selalu mengawasi membuat seorang mukmin berhati-hati dalam berkata dan bertindak, sehingga tercipta akhlak mulia.

4.      Mendorong Ketaatan dan Ibadah
Yakin bahwa malaikat mencatat amal baik membuat kita lebih rajin beribadah dan meningkatkan ketaatan kepada Allah SWT.

5.      Memupuk Rasa Takut dan Harap Kepada Allah
Iman kepada malaikat menyeimbangkan rasa takut akan siksa dan harapan akan pahala, yang berperan dalam membentuk karakter yang seimbang.

 

Iman kepada malaikat bukan hanya soal percaya ada makhluk yang diciptakan Allah, tapi juga membawa dampak positif yang besar terhadap akhlak seorang Muslim. Dengan kesadaran selalu diawasi dan dicatat amalnya, seseorang akan berusaha menjadi pribadi yang lebih baik, menjaga lisan, perilaku, dan meningkatkan kualitas ibadah.

 

 


15 Agustus, 2025

Amalan yang Menyelamatkan di Akhirat

Akhirat adalah kehidupan yang kekal, tempat setiap manusia akan menuai hasil dari apa yang telah ditanam selama hidup di dunia. Allah berfirman:

فَمَن يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُۥ ۝ وَمَن يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَرَهُۥ

"Barang siapa yang mengerjakan kebaikan seberat zarrah pun, niscaya dia akan melihat (balasannya), dan barang siapa yang mengerjakan kejahatan seberat zarrah pun, niscaya dia akan melihat (balasannya)."
(QS. Az-Zalzalah: 7–8)

Dalam Islam, ada sejumlah amalan utama yang disebutkan dalam Al-Qur'an dan hadis sebagai penyelamat di akhirat. Artikel ini mengulas beberapa di antaranya.

1.     Tauhid dan Keikhlasan

Tauhid (mengesakan Allah) adalah fondasi utama keselamatan di akhirat. Orang yang mati dengan membawa tauhid yang murni akan berpeluang besar mendapat syafaat dan masuk surga, meskipun memiliki dosa besar.

Rasulullah bersabda:
مَنْ قَالَ: لَا إِلَٰهَ إِلَّا اللَّهُ، مُخْلِصًا مِنْ قَلْبِهِ، دَخَلَ الْجَنَّةَ

“Barang siapa yang mengucapkan ‘Lā ilāha illallāh’ dengan ikhlas dari hatinya, maka ia akan masuk surga.”
(HR. Bukhari, no. 128)

2.     Salat Lima Waktu

Salat adalah tiang agama dan amalan yang pertama kali akan dihisab. Jika salatnya baik, maka amalan lainnya akan mengikuti.

إِنَّ أَوَّلَ مَا يُحَاسَبُ بِهِ العَبْدُ يَوْمَ القِيَامَةِ مِنْ عَمَلِهِ صَلَاتُهُ، فَإِنْ صَلُحَتْ فَقَدْ أَفْلَحَ وَأَنْجَحَ، وَإِنْ فَسَدَتْ فَقَدْ خَابَ وَخَسِرَ

“Sesungguhnya amal yang pertama kali dihisab dari seorang hamba pada hari kiamat adalah salatnya...”
(HR. Tirmidzi, no. 413; hasan shahih)

Salat juga menjadi cahaya, bukti, dan penyelamat di akhirat, sebagaimana dijelaskan dalam hadis-hadis shahih.

 

3.     Membaca dan Mengamalkan Al-Qur'an

Al-Qur'an adalah penolong (syafaat) bagi pembacanya di hari kiamat.

Rasulullah bersabda:

اقْرَؤُوا الْقُرْآنَ، فَإِنَّهُ يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ شَفِيعًا لِأَصْحَابِهِ
"Bacalah Al-Qur'an, karena sesungguhnya ia akan datang pada hari kiamat sebagai pemberi syafaat bagi orang yang membacanya."
(HR. Muslim, no. 804)

Surat seperti Al-Baqarah dan Ali ‘Imran juga disebutkan secara khusus sebagai pemberi syafaat.

 

4.     Sedekah dan Amal Jariyah

Sedekah adalah amalan yang dapat memadamkan murka Allah dan menyelamatkan dari api neraka.

وَالصَّدَقَةُ تُطْفِئُ الْخَطِيئَةَ كَمَا يُطْفِئُ الْمَاءُ النَّارَ

"Sedekah itu memadamkan dosa sebagaimana air memadamkan api."
(HR. Tirmidzi, no. 614)

Amal jariyah seperti wakaf, membangun masjid, dan ilmu yang bermanfaat, akan terus mengalir pahalanya hingga akhirat.

إِذَا مَاتَ الإِنسَانُ انْقَطَعَ عَنْهُ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثٍ: صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ، أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ، أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ

"Jika anak Adam mati, maka terputus amalnya kecuali tiga: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak saleh yang mendoakannya."
(HR. Muslim, no. 1631)

 

5.     Tawakal, Sabar, dan Ikhlas

Amalan hati seperti sabar, ikhlas, dan tawakal adalah pondasi amal yang kuat.

إِنَّمَا يُوَفَّى ٱلصَّـٰبِرُونَ أَجْرَهُم بِغَيْرِ حِسَابٍ

“Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.”
(QS. Az-Zumar: 10)

Orang yang sabar dalam menjalani musibah dan tetap istiqamah dalam kebaikan akan mendapatkan ganjaran yang besar dan keselamatan di akhirat.

6.     Berbakti kepada Orang Tua

رِضَى اللَّهِ فِي رِضَى الْوَالِدِ، وَسَخَطُ اللَّهِ فِي سَخَطِ الْوَالِدِ

"Keridhaan Allah tergantung pada keridhaan orang tua, dan kemurkaan Allah tergantung pada kemurkaan orang tua."
(HR. Tirmidzi, no. 1899)

Berbakti kepada orang tua adalah amalan agung yang akan mengangkat derajat dan menyelamatkan di akhirat, bahkan bisa menjadi penghapus dosa besar.

7.     Meninggal dalam Keadaan Husnul Khatimah

Tak ada amalan yang lebih menyelamatkan dari meninggal dalam keadaan baik (husnul khatimah): dalam keadaan salat, puasa, haji, atau amal kebaikan lainnya.

مَنْ كَانَ آخِرُ كَلَامِهِ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ دَخَلَ الْجَنَّةَ

“Barang siapa yang akhir perkataannya adalah ‘Lā ilāha illallāh’, maka dia masuk surga.”
(HR. Abu Dawud, no. 3116)

 

Amalan-amalan ini adalah bekal sejati menuju kehidupan akhirat. Dunia hanyalah ladang, sementara akhirat adalah tempat panen. Maka, bersegeralah dalam beramal, jangan tunggu tua, sakit, atau ajal mendekat.

بَادِرُوا بِالْأَعْمَالِ سَبْعًا: هَلْ تَنْتَظِرُونَ إِلَّا فَقْرًا مُنْسِيًا، أَوْ غِنًى مُطْغِيًا، أَوْ مَرَضًا مُفْسِدًا، أَوْ هَرَمًا مُفَنِّدًا، أَوْ مَوْتًا مُجْهِزًا، أَوِ الدَّجَّالَ فَشَرُّ غَائِبٍ يُنْتَظَرُ، أَوِ السَّاعَةَ فَالسَّاعَةُ أَدْهَى وَأَمَرُّ؟

 "Bersegeralah kalian dalam beramal sebelum datang tujuh hal:
(1) Kemiskinan yang membuat lupa,
(2) Kekayaan yang menjadikan durhaka,
(3) Penyakit yang merusak,
(4) Usia tua yang melemahkan,
(5) Kematian yang tiba-tiba,
(6) Dajjal, seburuk-buruk makhluk yang dinanti,
(7) atau hari kiamat, dan kiamat itu lebih dahsyat dan lebih pahit."

(HR. Tirmidzi, no. 2306)

Semoga kita termasuk orang-orang yang diselamatkan di akhirat dengan amal yang ikhlas, istiqamah, dan berpijak pada sunnah.

 

Referensi:

  1. Al-Qur'anul Karim
  2. Shahih Bukhari & Muslim
  3. Riyadhus Shalihin – Imam Nawawi
  4. Shahih Tirmidzi – Syaikh Al-Albani
  5. Kitab “Min Ma’rifatillah Ilal Jannah” – Dr. Umar al-Asyqar

 


Popular

Popular Posts

Blog Archive