01 Juli, 2025

Tolong-Menolong dalam Kebaikan: Pilar Sosial dalam Masyarakat Islam

Tolong-Menolong dalam Kebaikan: Pilar Sosial dalam Masyarakat Islam

Dr. Abdul Munir, M.Pd.I (Penyuluh Agama Islam Kab. Bima)

Islam adalah agama yang sempurna dan menyeluruh, mencakup aspek ibadah individual dan juga interaksi sosial. Salah satu ajaran penting dalam Islam yang menjadi dasar kuat kehidupan sosial adalah ta‘āwun, yakni saling tolong-menolong dalam kebajikan dan takwa. Dalam konteks masyarakat, prinsip ini menjadi fondasi kuat terciptanya keadilan, kasih sayang, dan solidaritas sosial.

 

Al-Qur’an Menegaskan Tentang Tolong-Menolong

Allah berfirman dalam Surah Al-Mā’idah ayat 2:

وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَىٰ وَلَا تَعَاوَنُوا عَلَى الْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۖ إِنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ

Artinya:
"Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan. Bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah sangat keras hukuman-Nya."
(QS. Al-Mā’idah: 2)

Ayat ini menjadi dasar bahwa Islam sangat mendorong kerja sama dalam kebaikan, namun melarang keras kolaborasi dalam keburukan dan dosa.

Hadis Nabi Tentang Tolong-Menolong

Dari Abū Hurairah RA, Rasulullah bersabda:

وَاللَّهُ فِي عَوْنِ الْعَبْدِ، مَا كَانَ الْعَبْدُ فِي عَوْنِ أَخِيهِ


Artinya:
"Allah akan senantiasa menolong seorang hamba, selama hamba itu menolong saudaranya."
(HR. Muslim, no. 2699)

Hadis ini menunjukkan bahwa balasan bagi orang yang membantu sesama adalah pertolongan dari Allah — suatu jaminan ilahi bagi mereka yang aktif dalam kegiatan sosial.

Implementasi dalam Kehidupan Masyarakat

Beberapa contoh nyata tolong-menolong dalam masyarakat:

  1. Membantu orang yang membutuhkan, seperti fakir miskin, janda, yatim piatu, dan korban bencana.
  2. Gotong royong dalam pembangunan fasilitas umum seperti masjid, jembatan, atau sekolah.
  3. Menjadi juru damai ketika terjadi konflik antar warga.
  4. Berbagi ilmu dan keterampilan, agar masyarakat memiliki kemandirian ekonomi dan pendidikan.

Tolong-menolong ini tidak hanya berdampak duniawi, tapi juga memperkuat ukhuwah islāmiyyah dan mengundang keberkahan dari Allah.

 

Batasan dalam Tolong-Menolong

Islam juga memberikan batasan agar kerja sama tidak jatuh pada kebatilan. Tolong-menolong dalam perbuatan dosa, korupsi, atau kedzaliman adalah haram. Allah telah memperingatkan dalam ayat di atas:

وَلَا تَعَاوَنُوا عَلَى الْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ
"Dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan."

 

Konsep ta‘āwun merupakan ajaran luhur yang harus diterapkan dalam kehidupan sosial. Masyarakat yang saling membantu dalam kebaikan akan menjadi masyarakat yang kuat, harmonis, dan diberkahi Allah. Mari hidupkan semangat tolong-menolong dalam setiap aspek kehidupan kita sebagai wujud nyata keimanan dan cinta kepada sesama.

 

Referensi

  1. Al-Qur’an al-Karīm, Surah Al-Mā’idah: 2.
  2. Shahīh Muslim, Kitāb al-Dzikr wa al-Du‘ā’, no. 2699.
  3. Tafsir al-Jalālayn dan Tafsir Ibn Katsir pada QS. Al-Mā’idah: 2.
  4. Al-Ghazāli, Iḥyā’ ‘Ulūm al-Dīn, tentang Adab Sosial.
  5. Nawāwī, Riyāḍuṣ-Ṣāliḥīn, bab tolong-menolong dan kasih sayang terhadap sesama Muslim.

 


30 Juni, 2025

🛣️ RUTE PERJALANAN DARAT: SAPE – JAKARTA

Total Jarak Tempuh: ±1.600–1.700 km
Estimasi Waktu: ±3–4 hari perjalanan (tergantung moda transportasi & waktu istirahat)
Transportasi: Mobil pribadi / Bus antarpulau / Travel darat

Rute Perjalanan Darat dari Sape (Bima) ke Jakarta

🗺️ Detail Rute:

  1. Sape – Bima Kota
    🚗 Jarak: ±50 km | Waktu: ±1 jam
    ➡ Lewati jalan utama lintas Sape–Bima.

  2. Bima – Dompu – Sumbawa Besar – Pelabuhan Poto Tano
    🚗 Jarak: ±450 km | Waktu: ±10–12 jam
    ➡ Melintasi Pulau Sumbawa secara memanjang ke arah barat.

  3. Penyeberangan Poto Tano – Pelabuhan Kayangan (Lombok Timur)
    ⛴️ Naik Feri | Durasi: ±1.5 jam
    ➡ Jadwal kapal biasanya 24 jam, tapi tergantung cuaca.

  4. Lombok Timur – Mataram – Pelabuhan Lembar (Lombok Barat)
    🚗 Jarak: ±100 km | Waktu: ±2–3 jam
    ➡ Menuju pelabuhan untuk menyeberang ke Bali.

  5. Penyeberangan Lembar (Lombok) – Padangbai (Bali)
    ⛴️ Feri | Durasi: ±4–5 jam

  6. Padangbai – Denpasar – Gilimanuk (Bali Barat)
    🚗 Jarak: ±130–150 km | Waktu: ±4–5 jam
    ➡ Melintasi Bali dari timur ke barat.

  7. Penyeberangan Gilimanuk – Ketapang (Banyuwangi, Jawa Timur)
    ⛴️ Feri | Durasi: ±1 jam

  8. Ketapang – Banyuwangi – Surabaya – Semarang – Cirebon – Jakarta
    🚗 Jarak: ±1.000 km | Waktu: ±20–24 jam
    ➡ Melewati jalur pantura (jalan nasional), atau bisa ambil tol Trans Jawa jika dari Surabaya.

🛏️ Tips Perjalanan:

  • Pastikan kondisi kendaraan prima.

  • Siapkan uang tunai secukupnya untuk tol, BBM, dan makan.

  • Wajib bawa KTP, SIM, STNK, dan dokumen kendaraan.

  • Istirahat secara berkala di SPBU, masjid, atau rest area.

  • Bisa transit atau bermalam di kota besar seperti Sumbawa Besar, Mataram, atau Surabaya.

🚍 Alternatif Transportasi Umum:

  • Bus Antarkota-Antarpulau (AKAP): Ada layanan dari Bima/Mataram ke Jakarta.

  • Travel Kombinasi Darat-Laut: Agen-agen tertentu menyediakan rute kombinasi.

  • Bisa juga kombinasi: bus + kapal + kereta api (dari Banyuwangi ke Jakarta)


Pendidikan Anak Menurut Islam

Anak merupakan amanah dan karunia dari Allah yang harus dijaga, dibimbing, dan dididik dengan sebaik-baiknya. Dalam Islam, pendidikan anak bukan hanya bertujuan untuk keberhasilan dunia, tetapi juga keselamatan akhirat. Oleh karena itu, pendidikan anak adalah tanggung jawab besar yang harus dilaksanakan oleh orang tua sejak dini dengan berlandaskan nilai-nilai Islam.

 

1. Anak sebagai Amanah dan Ujian

Anak-anak merupakan titipan dari Allah yang bisa menjadi sumber kebahagiaan sekaligus ujian.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تُلْهِكُمْ أَمْوَالُكُمْ وَلَا أَوْلَادُكُمْ عَن ذِكْرِ اللَّهِ ۚ وَمَن يَفْعَلْ ذَٰلِكَ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ
“Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah harta-hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barang siapa berbuat demikian, maka mereka itulah orang-orang yang rugi.”
(QS. Al-Munāfiqūn: 9)¹

 

2. Kewajiban Mendidik Anak dalam Islam

Islam mewajibkan para orang tua untuk mendidik anak-anaknya dalam hal akidah, ibadah, akhlak, dan kehidupan sosial. Perintah ini bersifat aktif dan berkelanjutan.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا
“Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka...”
(QS. At-Tahrīm: 6)²

Ibnu Katsir menjelaskan bahwa ayat ini bermakna perintah kepada kaum mukminin untuk mengajarkan ilmu dan adab kepada keluarganya serta mendidik mereka untuk taat kepada Allah³.

 

3. Pendidikan Anak Dimulai Sejak Dini

Rasulullah sangat menekankan pentingnya pendidikan sejak usia dini, termasuk pendidikan shalat:

مُرُوا أَوْلَادَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَهُمْ أَبْنَاءُ سَبْعِ سِنِينَ، وَاضْرِبُوهُمْ عَلَيْهَا وَهُمْ أَبْنَاءُ عَشْرٍ، وَفَرِّقُوا بَيْنَهُمْ فِي الْمَضَاجِعِ
“Perintahkan anak-anak kalian untuk melaksanakan shalat ketika mereka berumur tujuh tahun, dan pukullah mereka (dengan lembut jika tidak melaksanakan) ketika berumur sepuluh tahun, serta pisahkan tempat tidur mereka.”
(HR. Abu Dawud no. 495)⁴

 

4. Pendidikan Tauhid dan Akhlak

Pendidikan paling utama adalah tauhid, sebagaimana dicontohkan dalam nasihat Luqman kepada anaknya:

يَا بُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللَّهِ ۖ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ
“Wahai anakku! Janganlah engkau mempersekutukan Allah. Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar.”
(QS. Luqmān: 13)⁵

Luqman juga mengajarkan akhlak kepada anaknya, seperti:

  • Taat kepada orang tua (ayat 14)
  • Menegakkan shalat (ayat 17)
  • Amar ma’ruf nahi munkar (ayat 17)
  • Sabar dalam ujian (ayat 17)
  • Tidak sombong dan angkuh (ayat 18)
  • Bersikap sederhana (ayat 19)

 

5. Doa sebagai Bentuk Pendidikan Spiritual

Mendoakan anak juga termasuk bagian dari pendidikan spiritual:

رَبِّ اجْعَلْنِي مُقِيمَ الصَّلَاةِ وَمِنْ ذُرِّيَّتِي ۚ رَبَّنَا وَتَقَبَّلْ دُعَاءِ
“Ya Tuhanku, jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan salat, ya Tuhan kami, perkenankanlah doaku.”
(QS. Ibrahim: 40)⁶

 

6. Dampak Pendidikan Islami

Pendidikan anak dalam Islam akan melahirkan:

  • Anak yang berakidah lurus
  • Memiliki akhlak mulia
  • Berbakti kepada orang tua
  • Taat beribadah
  • Bermanfaat bagi masyarakat

 

Pendidikan anak menurut Islam bukan sekadar memberikan ilmu duniawi, tetapi membentuk karakter dan akhlak Islami sejak dini. Orang tua adalah madrasah pertama bagi anak. Maka, hendaknya para orang tua menunaikan amanah ini dengan sungguh-sungguh, karena keberhasilan pendidikan anak merupakan investasi dunia akhirat.

 

Catatan Kaki (Referensi)

  1. QS. Al-Munāfiqūn: 9
  2. QS. At-Tahrīm: 6
  3. Tafsir Ibnu Katsir, pada penjelasan QS. At-Tahrim: 6
  4. Abu Dawud, Sunan Abu Dawud, no. 495
  5. QS. Luqmān: 13
  6. QS. Ibrāhīm: 40

 


29 Juni, 2025

 Menjaga Lisan dari Ghibah dan Fitnah

Islam sebagai agama yang sempurna sangat memperhatikan etika dalam berucap. Lisan yang kecil secara fisik dapat menjadi penyebab besar dari kerusakan pribadi dan sosial. Di antara penyakit lisan yang paling berbahaya adalah ghibah (menggunjing) dan fitnah (menyebar kebohongan atau adu domba). Keduanya sangat tercela dalam Islam dan diancam dengan siksa yang pedih.

Pengertian Ghibah dan Fitnah

Ghibah adalah menyebutkan sesuatu tentang saudaramu yang ia benci jika didengar, meskipun itu benar. Sedangkan fitnah dalam konteks ini berarti menyebarkan berita bohong atau mengadu domba orang lain, sehingga menimbulkan kerusakan dan permusuhan.

Larangan Ghibah dalam Al-Qur'an

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِّنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ ۖ وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَا يَغْتَب بَّعْضُكُم بَعْضًا ۚ أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَن يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ تَوَّابٌ رَّحِيمٌ

"Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah banyak dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa. Dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain, dan janganlah ada di antara kamu yang menggunjing sebagian yang lain. Apakah ada di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentu kamu merasa jijik. Dan bertakwalah kepada Allah. Sungguh, Allah Maha Penerima tobat, Maha Penyayang."

(QS. Al-Hujurat: 12)¹

Ancaman Terhadap Pelaku Ghibah dan Fitnah

Dalam hadits Nabi , Rasulullah bersabda:

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ: مَرَّ النَّبِيُّ ﷺ بِقَبْرَيْنِ فَقَالَ: إِنَّهُمَا لَيُعَذَّبَانِ، وَمَا يُعَذَّبَانِ فِي كَبِيرٍ، أَمَّا أَحَدُهُمَا فَكَانَ لاَ يَسْتَتِرُ مِنْ بَوْلِهِ، وَأَمَّا الآخَرُ فَكَانَ يَمْشِي بِالنَّمِيمَةِ

"Dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: Nabi melewati dua kuburan, lalu beliau bersabda: 'Sesungguhnya kedua penghuni kubur ini sedang disiksa, dan mereka tidak disiksa karena dosa yang besar (menurut mereka). Salah satunya disiksa karena tidak menjaga diri dari air kencing, dan yang lainnya karena berjalan menyebar namimah (adu domba).'"

(HR. al-Bukhari no. 216 dan Muslim no. 292)²

Menjaga Lisan adalah Ciri Orang Beriman

Rasulullah bersabda:

مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ

"Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah ia berkata yang baik atau diam."

(HR. al-Bukhari no. 6018 dan Muslim no. 47)³

Hadis ini menunjukkan bahwa diam lebih baik daripada berkata buruk, dan menjaga lisan merupakan bagian dari keimanan.

Dampak Sosial Ghibah dan Fitnah

Ghibah dan fitnah bukan hanya dosa pribadi, tetapi dapat merusak ukhuwah Islamiyah, menimbulkan permusuhan, perpecahan, bahkan fitnah sosial yang lebih besar. Oleh karena itu, Islam menekankan pentingnya tabayyun (klarifikasi) dan menjaga kehormatan sesama Muslim.

Menjaga lisan adalah tanda kesempurnaan iman. Ghibah dan fitnah bukan hanya dosa yang mengotori hati, tetapi juga bisa menghancurkan tatanan masyarakat. Marilah kita senantiasa menjaga ucapan, menghindari gibah dan fitnah, dan memperbanyak dzikir serta ucapan yang bermanfaat agar lisan kita menjadi sebab keselamatan, bukan sebab kehancuran di akhirat kelak.

 

Referensi:

  1. Al-Qur’an Surah Al-Hujurat: 12, Lihat: Kementerian Agama RI, Mushaf Al-Qur’an dan Terjemahannya.
  2. Shahih al-Bukhari no. 216, Shahih Muslim no. 292.
  3. Shahih al-Bukhari no. 6018, Shahih Muslim no. 47.

 


28 Juni, 2025

Rahasia Keikhlasan dalam Ibadah

Dalam menjalani kehidupan sebagai seorang Muslim, ibadah merupakan bagian yang tidak terpisahkan. Namun, tidak semua ibadah diterima oleh Allah kecuali jika dilakukan dengan ikhlas. Keikhlasan adalah ruh dari setiap amal, inti dari pengabdian, dan kunci diterimanya segala bentuk ketaatan.

 

Makna Ikhlas

Ikhlas secara bahasa berarti murni, bersih, atau lepas dari campuran. Sedangkan secara istilah, ikhlas adalah melakukan amal semata-mata karena Allah , tidak karena riya (pamer), sum’ah (ingin didengar), atau tujuan duniawi lainnya. Allah berfirman:

وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ وَيُقِيمُوا الصَّلَاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ ۚ وَذَٰلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ

"Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan ikhlas menaati-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan salat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus."
(QS. Al-Bayyinah: 5)

 

Hadis Tentang Keikhlasan

Rasulullah bersabda:

مَنْ أَحْدَثَ فِي أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ فِيهِ فَهُوَ رَدٌّ

"Sesungguhnya Allah tidak menerima amal kecuali jika dikerjakan dengan ikhlas karena-Nya dan sesuai dengan tuntunan Rasul-Nya."
(HR. An-Nasai)

Dalam hadis lain, Rasulullah bersabda:

إِنَّمَا الأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ، وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى، فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى اللهِ وَرَسُولِهِ، فَهِجْرَتُهُ إِلَى اللهِ وَرَسُولِهِ، وَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لِدُنْيَا يُصِيبُهَا أَوْ امْرَأَةٍ يَنْكِحُهَا، فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ.

"Sesungguhnya amal itu tergantung pada niatnya, dan sesungguhnya setiap orang akan mendapatkan sesuai dengan apa yang ia niatkan. Barang siapa yang hijrahnya karena Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya. Dan barang siapa hijrahnya karena dunia yang ingin ia capai atau karena wanita yang ingin ia nikahi, maka hijrahnya kepada apa yang ia niatkan." (HR. Bukhari dan Muslim)

 

Ciri-Ciri Orang yang Ikhlas

1.      Tidak mengharapkan pujian dari manusia

2.      Tidak kecewa saat amal tidak diketahui orang lain

3.      Konsisten dalam ibadah meskipun sendiri

4.      Fokus pada nilai akhirat, bukan dunia

 

Manfaat Keikhlasan

1.      Mendapat ridha Allah dan pahala yang besar

2.      Amal diterima dan diberkahi

3.      Hati menjadi tenang dan bahagia

4.      Terhindar dari penyakit hati seperti riya dan ujub

 

Tips Melatih Keikhlasan

1.       Perbarui niat sebelum, saat, dan setelah beramal

2.       Jauhkan diri dari pujian dan sanjungan

3.       Ingat bahwa Allah selalu melihat hati

4.       Perbanyak ibadah secara tersembunyi

5.       Berdoa agar selalu diberi keikhlasan

 

Keikhlasan adalah rahasia antara hamba dan Tuhannya. Ia tidak bisa dilihat orang lain, tapi Allah Maha Mengetahui isi hati kita. Oleh karena itu, marilah kita senantiasa menjaga dan memperbaiki niat dalam setiap amal agar semua ibadah kita bernilai ibadah yang sejati di sisi Allah .

 


27 Juni, 2025

Tanda-tanda Kecintaan Kepada Allah

Cinta kepada Allah adalah puncak dari keimanan seorang Muslim. Ia bukan hanya sebatas ucapan di lisan, melainkan harus terwujud dalam sikap, perilaku, dan kehidupan sehari-hari. Banyak orang mengklaim mencintai Allah, namun sejatinya cinta itu memiliki tanda dan bukti yang nyata. Dalam Islam, terdapat ciri-ciri yang bisa menunjukkan bahwa seseorang benar-benar mencintai Allah SWT.

1. Mentaati Perintah-Nya dan Menjauhi Larangan-Nya

Tanda utama cinta kepada Allah adalah taat terhadap perintah-Nya dan menjauhi segala yang dilarang-Nya. Orang yang mencintai Allah tidak akan mudah melanggar syariat, karena ia sadar bahwa setiap perintah dan larangan Allah adalah untuk kebaikannya.

Allah berfirman:

قُلْ إِن كُنتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ ۗ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَّحِيمٌ

"Katakanlah: Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, maka ikutilah aku (Nabi Muhammad), niscaya Allah mencintai kalian..."
(QS. Ali Imran: 31)

Ayat ini menegaskan bahwa ketaatan kepada Rasulullah SAW sebagai utusan Allah adalah bukti cinta sejati kepada-Nya.


2. Banyak Mengingat Allah (Dzikir)

Orang yang mencintai Allah akan senantiasa mengingat-Nya dalam berbagai keadaan, baik dalam kesendirian maupun keramaian. Dzikir menjadi kebutuhan ruhani yang menguatkan jiwa dan mendekatkan hati kepada Allah.

الَّذِينَ آمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُم بِذِكْرِ اللَّهِ ۗ أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ

"Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram."
(QS. Ar-Ra'd: 28)


3. Mencintai Apa yang Dicintai Allah

Tanda cinta kepada Allah berikutnya adalah mencintai apa saja yang Allah cintai, seperti Al-Qur'an, orang-orang saleh, masjid, amal kebajikan, kejujuran, dan kesabaran. Ia pun membenci apa yang dibenci oleh Allah, seperti kefasikan, kemunafikan, dan kemaksiatan.


4. Mendahulukan Allah di Atas Segalanya

Cinta kepada Allah ditunjukkan dengan mendahulukan perintah-Nya dibandingkan hawa nafsu, dunia, atau bahkan cinta kepada keluarga. Ketika dihadapkan pada pilihan antara ketaatan kepada Allah atau kesenangan dunia, ia akan memilih Allah.

Rasulullah SAW bersabda:
لَا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى أَكُونَ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ وَالِدِهِ، وَوَلَدِهِ، وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ

"Tidak beriman salah seorang dari kalian hingga Allah dan Rasul-Nya lebih dia cintai daripada selain keduanya."
(HR. Bukhari dan Muslim)


5. Rindu untuk Berjumpa dengan-Nya

Hati yang mencintai Allah akan merindukan pertemuan dengan-Nya, yaitu dengan memperbanyak ibadah, memperbaiki akhlak, dan berharap husnul khatimah. Ia tidak takut mati selama kematian itu mengantarkannya kepada pertemuan dengan Rabb yang dicintainya.


6. Tawakal dan Ridha atas Ketentuan Allah

Orang yang mencintai Allah akan pasrah dan tawakal kepada-Nya, serta ridha terhadap apa pun takdir yang menimpanya. Ia yakin bahwa semua yang Allah tentukan adalah yang terbaik, meski terkadang tidak sesuai dengan keinginannya.

وَمَن يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ ۚ إِنَّ اللَّهَ بَالِغُ أَمْرِهِ ۚ قَدْ جَعَلَ اللَّهُ لِكُلِّ شَيْءٍ قَدْرًا

"Barang siapa bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya."
(QS. At-Thalaq: 3)

 

Cinta kepada Allah adalah anugerah agung yang harus dijaga dan dipupuk terus-menerus. Ia tidak cukup hanya diucapkan, tetapi perlu dibuktikan dalam amal nyata. Semoga kita termasuk hamba-hamba yang benar-benar mencintai Allah, dan dicintai oleh-Nya.

اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ حُبَّكَ، وَحُبَّ مَنْ يُحِبُّكَ، وَحُبَّ عَمَلٍ يُقَرِّبُنِي إِلَى حُبِّكَ

"Ya Allah, anugerahkanlah kepada kami cinta-Mu, cinta orang-orang yang mencintai-Mu, dan cinta terhadap amal yang mendekatkan kami kepada cinta-Mu."
(Doa Nabi Muhammad SAW, HR. At-Tirmidzi)

 


22 Juni, 2025


Islamofobia merupakan sikap prasangka, ketakutan, atau kebencian terhadap Islam dan umat Muslim yang sering kali disebabkan oleh kesalahpahaman, berita bohong (hoaks), atau peristiwa-peristiwa yang dikaitkan secara tidak adil dengan agama Islam. Dalam menghadapi fenomena ini, umat Islam tidak boleh merespons dengan kemarahan atau kekerasan, tetapi harus mengedepankan ilmu, etika, dan keteladanan dalam perilaku.

Islamofobia: Tantangan Global

Seiring meningkatnya arus globalisasi dan media sosial, narasi negatif tentang Islam dengan mudah menyebar luas. Perilaku segelintir individu yang mengatasnamakan Islam dalam tindakan ekstrem telah dimanfaatkan oleh pihak-pihak tertentu untuk mencitrakan Islam sebagai agama kekerasan. Padahal, Islam adalah agama damai yang mengajarkan kasih sayang, toleransi, dan keadilan.

Allah berfirman:

وَمَا أَرْسَلْنَـٰكَ إِلَّا رَحْمَةًۭ لِّلْعَـٰلَمِينَ

"Dan Kami tidak mengutusmu (Muhammad), melainkan sebagai rahmat bagi seluruh alam."
(QS. Al-Anbiya: 107)

Ayat ini menegaskan bahwa kehadiran Nabi Muhammad bukan untuk menimbulkan ketakutan, tetapi sebagai rahmat dan kebaikan bagi semua makhluk.

 

Menghadapi Islamofobia dengan Ilmu

Ilmu adalah cahaya yang menerangi jalan kebenaran. Umat Islam diperintahkan untuk menuntut ilmu dan menyebarkan pemahaman yang benar tentang ajaran Islam.

Rasulullah bersabda:

مَنْ يُرِدِ اللَّهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِي الدِّينِ

"Barang siapa yang Allah kehendaki kebaikan padanya, maka Allah akan memahamkannya dalam urusan agama."
(HR. Bukhari dan Muslim)

Dengan bekal ilmu, umat Islam dapat meluruskan informasi yang salah dan berdialog dengan masyarakat luas secara bijak. Kajian, diskusi ilmiah, publikasi media, hingga dakwah di ruang digital dapat menjadi cara strategis melawan islamofobia tanpa kebencian.

 

Menghadapi Islamofobia dengan Etika

Selain ilmu, etika dan akhlak mulia adalah senjata yang kuat untuk memperbaiki citra Islam. Rasulullah sendiri adalah teladan terbaik dalam hal akhlak.

إِنَّمَا بُعِثْتُ لِأُتَمِّمَ مَكَارِمَ الْأَخْلَاقِ

"Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia."
(HR. Ahmad)

Sikap ramah, jujur, sopan, dan santun dalam pergaulan sosial dapat membantah stigma negatif terhadap umat Islam. Dalam Al-Qur’an, Allah memerintahkan:

ٱدْفَعْ بِٱلَّتِى هِىَ أَحْسَنُ فَإِذَا ٱلَّذِى بَيْنَكَ وَبَيْنَهُۥ عَدَٰوَةٌۭ كَأَنَّهُۥ وَلِىٌّ حَمِيمٌ

"Tolaklah kejahatan itu dengan cara yang lebih baik..."
(QS. Fussilat: 34)

Membalas kebencian dengan kebaikan bukanlah tanda kelemahan, melainkan kekuatan karakter seorang Muslim sejati.

Membangun Dialog dan Kolaborasi

Muslim harus terlibat aktif dalam dialog antarumat beragama, kerja sama sosial, dan kegiatan kemanusiaan. Allah tidak melarang kita untuk berbuat baik kepada non-Muslim selama mereka tidak memerangi kita.

لَا يَنْهَاكُمُ ٱللَّهُ عَنِ ٱلَّذِينَ لَمْ يُقَٰتِلُوكُمْ فِي ٱلدِّينِ وَلَمْ يُخْرِجُوكُم مِّن دِيَٰرِكُمْ أَن تَبَرُّوهُمْ وَتُقْسِطُوا إِلَيْهِمْ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ يُحِبُّ ٱلْمُقْسِطِينَ

"Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tidak memerangimu karena agama dan tidak mengusirmu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil."
(QS. Al-Mumtahanah: 8)

 

Dengan demikian, hubungan harmonis dapat tercipta dan dinding prasangka dapat runtuh.

 

Islamofobia tidak dapat dilawan dengan kebencian. Sebagai umat Islam, kita harus bersikap cerdas dan berakhlak tinggi dalam menyikapinya. Melalui ilmu, kita membantah kesalahpahaman. Melalui etika, kita menunjukkan wajah Islam yang sejati: damai, santun, dan rahmatan lil ‘alamin.

Semoga kita semua diberi kekuatan untuk menjadi duta Islam yang bijak, membawa cahaya kebenaran di tengah dunia yang penuh tantangan.


Popular

Popular Posts

Blog Archive