03 Juni, 2025


Dalam Islam, pernikahan adalah ibadah yang sakral dan merupakan bagian dari sunnah Rasulullah . Pernikahan bukan hanya ikatan lahiriah, melainkan juga ikatan spiritual yang bertujuan untuk menciptakan keluarga yang sakinah, mawaddah, dan rahmah. Dalam struktur keluarga Islami, suami memegang peranan penting sebagai pemimpin rumah tangga. Namun, kepemimpinan dalam Islam bukanlah dominasi, melainkan tanggung jawab dan amanah yang penuh kasih sayang.

1. Suami sebagai Qawwam (Pemimpin)

Allah berfirman dalam Al-Qur'an:

الرِّجَالُ قَوَّامُونَ عَلَى النِّسَاءِ بِمَا فَضَّلَ اللَّهُ بَعْضَهُمْ عَلَىٰ بَعْضٍ وَبِمَا أَنفَقُوا مِنْ أَمْوَالِهِمْ ۚ

"Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (perempuan), dan karena mereka telah menafkahkan sebagian dari harta mereka."
(QS. An-Nisa: 34)

Ayat ini menunjukkan bahwa suami memiliki peran sebagai qawwam—pemimpin yang bertanggung jawab terhadap istri dan keluarganya. Kepemimpinan ini harus dilandasi keadilan, tanggung jawab, dan kasih sayang, bukan kekuasaan yang semena-mena.

2. Suami sebagai Penafkah dan Pelindung

Salah satu kewajiban utama suami dalam Islam adalah memberikan nafkah kepada istri dan anak-anaknya, baik berupa makanan, pakaian, tempat tinggal, maupun kebutuhan lainnya. Rasulullah bersabda:

كَفَى بِالْمَرْءِ إِثْمًا أَنْ يُضَيِّعَ مَنْ يَقُوتُ

"Cukuplah seseorang itu berdosa jika ia menelantarkan orang yang menjadi tanggung jawabnya."
(HR. Abu Dawud)

Selain nafkah lahir, suami juga berkewajiban memberikan nafkah batin, termasuk perhatian, rasa aman, dan penghargaan kepada istri. Ia harus menjadi pelindung dari gangguan, tekanan, dan penderitaan, baik fisik maupun psikologis.

3. Suami sebagai Pendidik dan Penuntun Spiritualitas

Suami bukan hanya bertugas memenuhi kebutuhan materi, tetapi juga membimbing keluarga dalam urusan agama. Ia harus menjadi teladan dalam ibadah, akhlak, dan kehidupan sehari-hari. Allah berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا

"Wahai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka."
(QS. At-Tahrim: 6)

Hal ini berarti suami bertanggung jawab membina keluarganya dalam kebaikan, mengajarkan shalat, membaca Al-Qur’an, serta menjauhi kemungkaran.

4. Suami sebagai Mitra dalam Cinta dan Kasih Sayang

Pernikahan dalam Islam dibangun atas dasar cinta (mawaddah) dan kasih sayang (rahmah). Rasulullah menunjukkan keteladanan dalam memperlakukan istrinya dengan penuh kelembutan dan cinta. Beliau bersabda:

خَيْرُكُمْ خَيْرُكُمْ لِأَهْلِهِ، وَأَنَا خَيْرُكُمْ لِأَهْلِي

"Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik kepada keluarganya, dan aku adalah yang paling baik kepada keluargaku."
(HR. Tirmidzi)

Seorang suami ideal adalah yang mendengarkan, menghargai pendapat istri, serta menciptakan suasana damai dalam rumah tangga.

Peran suami dalam Islam sangatlah mulia dan kompleks. Ia bukan hanya kepala rumah tangga, tetapi juga pelindung, pendidik, dan sahabat sejati bagi istrinya. Suami yang baik adalah yang menjalankan perannya dengan penuh tanggung jawab, cinta, dan takut kepada Allah. Dengan demikian, rumah tangga Islami yang diridhai Allah akan terwujud, menjadi surga dunia yang menuntun ke surga akhirat.


02 Juni, 2025

Pelepasan Siswa Kelas VI MIN 2 Bima

Bima – Senin, 2 Juni 2025 

Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) 2 Bima menggelar acara pelepasan siswa kelas VI tahun pelajaran 2024/2025 dengan penuh khidmat dan kemeriahan. Acara yang berlangsung di halaman madrasah tersebut dihadiri oleh para orang tua siswa, tokoh masyarakat, serta tamu undangan dari pemerintah dan Kementerian Agama. 


Acara dibuka dengan pra-acara yang menampilkan tarian daerah dan lantunan sholawat yang dibawakan oleh siswa-siswi MIN 2 Bima. Nuansa religius dan budaya begitu kental terasa sejak awal kegiatan. 


Selanjutnya, pembacaan ayat suci Al-Qur’an dan sari tilawah oleh dua siswa berbakat, Muhammad Rijal dan Bella Pertiwi, mengawali prosesi utama acara. Suasana menjadi semakin khidmat saat seluruh hadirin menyanyikan lagu Indonesia Raya, Himne Madrasah, dan lagu perpisahan “Selamat Tinggal Guru dan Kawan-Kawan”. 


Doa pelepasan dibawakan dengan penuh haru oleh Abdul Munir, S.Pd.I, yang juga merupakan tokoh pendidikan di Kecamatan Lambu. Kepala MIN 2 Bima, Juraidin, S.Pd.I., dalam pengantar sambutannya menyampaikan rasa bangga atas capaian dan perjuangan siswa-siswinya, serta mengapresiasi kerja sama semua pihak yang mendukung keberhasilan proses belajar mengajar di madrasah. 


Turut memberikan sambutan, Camat Lambu Muaidin, S.Pd., yang memberikan motivasi kepada para siswa untuk terus melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi.


 Sambutan juga disampaikan oleh Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Bima, H. Muhammad Safii, S.Pd., yang menyampaikan dukungan penuh terhadap penguatan pendidikan madrasah serta menyerahkan penghargaan khusus kepada siswa yang tampil membawakan pidato dua bahasa (Arab-Inggris) dengan sangat membanggakan. 



Acara dilanjutkan dengan prosesi penyematan kepada 10 siswa terbaik sebagai bentuk apresiasi atas prestasi akademik dan non-akademik mereka. Kesan dan pesan dari orang tua siswa disampaikan oleh Mutraman, S.Ag., yang mengungkapkan rasa terima kasih kepada para guru dan pihak madrasah atas bimbingan dan perhatian selama enam tahun. 


Salah satu momen yang paling mengesankan adalah penampilan pidato dua bahasa oleh perwakilan siswa kelas VI MIN 2 Bima, yang mendapat sambutan meriah dari para hadirin. Selain itu, uji Tazmi’ Juz 1, 2, dan 30 oleh siswa kelas I, II, dan III turut mewarnai acara, menunjukkan keseriusan madrasah dalam penguatan literasi Al-Qur’an sejak dini. 


Sebagai penutup, siswa Nabil Fikri dari kelas VI menyampaikan ucapan terima kasih mewakili seluruh siswa kepada para guru dan orang tua yang telah menjadi bagian penting dari perjalanan pendidikan mereka. 

Acara pelepasan siswa MIN 2 Bima tahun ini tak hanya menjadi ajang perpisahan, tetapi juga momen apresiasi dan penguatan nilai-nilai keislaman dan kebangsaan yang menjadi karakter madrasah unggul. 

Galery: untuk Video ada di canal YouTube: DK-Dorokabuju TV















Kejujuran adalah salah satu akhlak mulia yang sangat dijunjung tinggi dalam Islam. Dalam segala aspek kehidupan — baik dalam urusan pribadi, sosial, maupun agama — jujur menjadi pondasi utama dalam membangun kepercayaan, ketenangan hati, dan keselamatan dunia akhirat. Islam menjadikan kejujuran sebagai ciri utama orang beriman dan akhlak yang melekat pada para nabi, khususnya Nabi Muhammad .

 Allah memerintahkan kaum Muslimin untuk senantiasa berkata benar:

يَا أَيُّهَا ٱلَّذِينَ آمَنُوا۟ ٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ وَقُولُوا۟ قَوْلًۭا سَدِيدًۭا

"Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan ucapkanlah perkataan yang benar."
(QS. Al-Ahzab: 70)

Ayat ini menegaskan bahwa ucapan yang benar (jujur) adalah bagian dari ketakwaan kepada Allah dan akan membawa kepada perbaikan amal serta ampunan dari Allah.

Rasulullah bersabda:

إِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِي إِلَى الْبِرِّ، وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِي إِلَى الْجَنَّةِ، وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَصْدُقُ وَيَتَحَرَّى الصِّدْقَ، حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ صِدِّيقًا

"Sesungguhnya kejujuran itu membawa kepada kebaikan, dan kebaikan membawa kepada surga. Dan seseorang akan senantiasa berkata jujur hingga dia dicatat di sisi Allah sebagai seorang yang jujur."
(HR. Bukhari dan Muslim)

Hadis ini menjelaskan bahwa kejujuran bukan hanya kebaikan moral, tetapi juga jalan menuju surga. Orang yang terus menjaga kejujuran akan mendapatkan kedudukan mulia di sisi Allah.

 

Jujur sebagai Cermin Iman

Kejujuran bukan hanya persoalan etika sosial, tetapi mencerminkan keimanan seseorang. Dalam kehidupan Rasulullah , kejujuran menjadi identitas yang melekat padanya sejak muda hingga mendapat gelar Al-Amin (yang terpercaya). Orang yang jujur menunjukkan keimanan yang kuat karena dia yakin bahwa Allah Maha Melihat segala ucapan dan perbuatan.

Dampak Kejujuran dalam Kehidupan :

Menumbuhkan Kepercayaan
Kejujuran membangun kepercayaan dalam hubungan keluarga, masyarakat, dan pekerjaan.

Mendatangkan Keberkahan
Rasulullah bersabda:

ٱلْبَائِعُ وَٱلْمُشْتَرِي فِي ٱلْخِيَارِ مَا لَمْ يَتَفَرَّقَا، فَإِنْ صَدَقَا وَبَيَّنَا بُورِكَ لَهُ فِي بَيْعِهِ، وَإِنْ كَذَبَا وَكَتَمَا مُحِقَتْ بَيْعَتُهُ

"Penjual dan pembeli memiliki hak memilih selama belum berpisah. Jika mereka jujur dan menjelaskan kondisi barang, maka akan diberkahi jual belinya."
(HR. Bukhari dan Muslim)

Membawa Ketenangan Hati
Orang yang jujur tidak perlu menyembunyikan kebohongan. Hatinya tenang karena apa yang dikatakan selaras dengan kenyataan.

Jujur adalah jalan menuju keberkahan hidup dan keridhaan Allah. Dalam dunia yang sering dipenuhi kepalsuan dan tipu daya, seorang Muslim harus menjadikan kejujuran sebagai prinsip hidup. Didiklah diri, keluarga, dan anak-anak dengan akhlak jujur sejak dini, karena dari kejujuran tumbuh karakter yang kuat dan kehidupan yang damai.


01 Juni, 2025


Kesucian adalah bagian penting dari kehidupan seorang Muslim. Islam sangat menekankan kebersihan lahir dan batin, bahkan menjadikannya syarat sah ibadah seperti shalat. Dua cara utama untuk menyucikan diri sebelum ibadah adalah wudhu dan tayamum. Keduanya merupakan bentuk thaharah (bersuci) yang diajarkan langsung dalam Al-Qur’an dan sunnah Rasulullah .

Wudhu: Bersuci dengan Air

Wudhu adalah membasuh anggota tubuh tertentu dengan air yang suci dan mensucikan. Ia diwajibkan sebelum shalat, menyentuh mushaf Al-Qur'an, dan beberapa ibadah lainnya.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا قُمْتُمْ إِلَى ٱلصَّلَاةِ فَٱغْسِلُوا۟ وُجُوهَكُمْ وَأَيْدِيَكُمْ إِلَى ٱلْمَرَافِقِ وَٱمْسَحُوا۟ بِرُءُوسِكُمْ وَأَرْجُلَكُمْ إِلَى ٱلْكَعْبَيْنِ

"Wahai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak melaksanakan shalat, maka basuhlah wajahmu dan tanganmu sampai siku, dan sapulah kepalamu, dan basuhlah kakimu sampai kedua mata kaki."
(QS. Al-Ma’idah: 6)

Rukun Wudhu:

1.      Niat

2.      Membasuh wajah

3.      Membasuh kedua tangan sampai siku

4.      Mengusap sebagian kepala

5.      Membasuh kedua kaki sampai mata kaki

6.      Tertib (berurutan)

Keutamaan Wudhu:

Rasulullah bersabda:

مَنْ تَوَضَّأَ فَأَحْسَنَ الْوُضُوءَ، خَرَجَتْ خَطَايَاهُ مِنْ جَسَدِهِ، حَتَّى تَخْرُجَ مِنْ تَحْتِ أَظْفَارِهِ

"Barang siapa yang berwudhu dengan sempurna, maka keluarlah dosa-dosanya dari tubuhnya sampai keluar dari bawah kuku-kukunya."
(HR. Muslim)

Tayamum: Bersuci Tanpa Air

Tayamum adalah bersuci dengan debu suci sebagai pengganti wudhu atau mandi wajib, ketika tidak tersedia air atau tidak memungkinkan menggunakan air karena sakit, cuaca ekstrem, atau kondisi darurat lainnya.

فَلَمْ تَجِدُوا مَاءً فَتَيَمَّمُوا صَعِيدًا طَيِّبًا فَٱمْسَحُوا بِوُجُوهِكُمْ وَأَيْدِيكُم مِّنْهُ

"Jika kamu tidak memperoleh air, maka bertayammumlah dengan tanah yang baik (suci); sapulah wajahmu dan tanganmu dengan tanah itu."
(QS. Al-Ma’idah: 6)

Tata Cara Tayamum:

1.      Niat

2.      Menepukkan kedua tangan ke permukaan tanah yang suci

3.      Mengusap wajah

4.      Mengusap kedua tangan sampai pergelangan

Keutamaan Tayamum:

Tayamum adalah kemudahan dari Allah untuk umat Islam:

مَا يُرِيدُ ٱللَّهُ لِيَجْعَلَ عَلَيْكُم مِّنْ حَرَجٍ وَلَـٰكِن يُرِيدُ لِيُطَهِّرَكُمْ وَيُتِمَّ نِعْمَتَهُۥ عَلَيْكُمْ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ

"Allah tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, agar kamu bersyukur."
(QS. Al-Ma’idah: 6)

Wudhu dan tayamum merupakan bentuk kasih sayang Allah kepada hamba-Nya. Wudhu menjaga kebersihan dan kesehatan, sedangkan tayamum adalah bentuk kemudahan dalam keterbatasan. Kedua cara bersuci ini menunjukkan bahwa Islam adalah agama yang mudah dan penuh rahmat. Menyucikan diri adalah awal dari mendekatkan diri kepada Allah, maka jagalah thaharah sebagai bagian dari keimanan.


31 Mei, 2025


Syirik adalah perbuatan menyekutukan Allah dengan sesuatu selain-Nya, baik dalam rububiyyah (ketuhanan), uluhiyyah (penghambaan), maupun asma wa sifat-Nya. Syirik merupakan dosa terbesar dalam Islam yang tidak diampuni jika pelakunya meninggal dalam keadaan tidak bertaubat. Selain syirik besar, ada juga syirik kecil yang meskipun tidak mengeluarkan pelakunya dari Islam, tetap berbahaya bagi keimanan dan amal seorang Muslim.

Pengertian Syirik Besar dan Syirik Kecil

Syirik Besar (Al-Syirkul Akbar):
Menyekutukan Allah dalam ibadah, yaitu menyembah selain Allah atau menyamakan sesuatu dengan Allah dalam hal ketuhanan. Contohnya seperti berdoa kepada selain Allah, menyembah berhala, atau mempercayai adanya tuhan selain Allah.

Syirik Kecil (Al-Syirkul Asghar):
Perbuatan yang mengandung unsur syirik tetapi tidak sampai keluar dari Islam, seperti riya’ (beramal untuk dilihat orang), sombong, dan bergantung pada selain Allah secara berlebihan.

Dalil tentang Bahaya Syirik

1.      Syirik Besar:

Allah berfirman:

إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَن يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَٰلِكَ لِمَن يَشَاءُ ۚ وَمَن يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدِ افْتَرَىٰ إِثْمًا عَظِيمًا

“Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni dosa selain syirik bagi siapa yang Dia kehendaki...”
(QS. An-Nisa: 48)

Hadis Rasulullah :

أَكْبَرُ الْكَبَائِرِ شِرْكُ اللَّهِ

“Yang paling besar dosaannya di sisi Allah adalah menyekutukan Allah.”
(HR. Bukhari)

2.      Syirik Kecil:


Rasulullah bersabda:

إِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ، وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى،

“Sesungguhnya amal itu tergantung niatnya, dan setiap orang akan mendapatkan sesuai niatnya.”
(HR. Bukhari dan Muslim)

مَنْ عَمِلَ عَمَلًا لِيرَاءَ النَّاسِ لَمْ يُرْزَقْ مِنْهُ شَيْئًا

Barang siapa yang niatnya untuk (riya’) kepada manusia, maka sia-sialah amalnya.”
(HR. Bukhari dan Muslim)

Bahaya Syirik Besar

ـ           Menghapus seluruh amal kebaikan.

ـ           Menghilangkan rahmat dan kasih sayang Allah.

ـ           Membawa pelakunya ke neraka jika tidak bertaubat.

ـ           Merusak tauhid, pondasi utama agama Islam.

Bahaya Syirik Kecil

ـ           Mengurangi keikhlasan dalam beribadah.

ـ           Merusak kualitas amal dan pahala yang diterima.

ـ           Menimbulkan sifat riya’ dan sombong yang dilarang dalam Islam.

ـ           Menjadikan hati jauh dari Allah dan mudah terjerumus ke perbuatan dosa lainnya.

Cara Menghindari Syirik

ـ           Memperkuat aqidah dan pemahaman tentang tauhid.

ـ           Menjaga niat dalam setiap amal agar hanya untuk Allah.

ـ           Berdoa memohon perlindungan dari syirik.

ـ           Bergaul dengan orang-orang shalih dan belajar ilmu agama.

ـ           Menghindari segala bentuk perbuatan yang mengarah pada riya’ dan sombong.

Syirik, baik besar maupun kecil, adalah ancaman serius bagi keimanan seorang Muslim. Oleh karena itu, penting bagi setiap Muslim untuk selalu menjaga tauhidnya, memperbaiki niat dalam beribadah, dan senantiasa memohon perlindungan Allah agar terhindar dari segala bentuk syirik. Semoga Allah menjadikan kita termasuk hamba-hamba-Nya yang istiqamah dalam menjalankan tauhid dan menjauhi syirik.


30 Mei, 2025


Di zaman modern ini, media sosial telah menjadi bagian penting dalam kehidupan sehari-hari. Tidak terkecuali umat Muslim yang juga aktif menggunakan berbagai platform seperti Instagram, Facebook, Twitter, dan TikTok. Namun, kemajuan teknologi ini juga membawa berbagai tantangan yang harus dihadapi oleh Muslim agar tetap menjaga iman, akhlak, dan identitas keislamannya.

Tantangan yang Dihadapi Muslim

Maraknya Informasi Hoaks dan Fitnah
Media sosial menjadi lahan subur penyebaran informasi yang tidak benar (hoaks) dan fitnah. Sebagai Muslim, kita harus bijak menyaring setiap informasi dan tidak mudah terprovokasi, mengingat Allah sangat melarang menyebarkan berita bohong dan fitnah.

Allah berfirman dalam Surah Al-Hujurat ayat 6:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِن جَاءَكُمْ فَاسِقٌ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوا أَن تُصِيبُوا قَوْمًا بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوا عَلَىٰ مَا فَعَلْتُمْ نَادِمِينَ

"Wahai orang-orang yang beriman, jika seorang fasik datang kepadamu membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa sengaja, karena kelalaianmu..."
(QS. Al-Hujurat: 6)

Ayat ini mengingatkan kita untuk selalu memverifikasi informasi sebelum disebarkan, terutama di media sosial yang rentan terhadap penyebaran hoaks dan fitnah.

 

Bahaya Ghibah dan Perundungan Online
Dalam interaksi di media sosial, banyak terjadi ghibah, cibiran, bahkan bullying (perundungan). Ini bertentangan dengan ajaran Islam yang sangat menjaga kehormatan sesama Muslim.

Rasulullah bersabda:

مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ

"Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata yang baik atau diam."
(HR. Bukhari dan Muslim)

Hadis ini menekankan pentingnya menjaga lisan dan berinteraksi dengan baik, termasuk dalam dunia maya.

Paparan Konten Negatif

Media sosial kerap memuat konten yang mengandung kekerasan, pornografi, dan ajakan pada perbuatan dosa. Paparan ini sangat berbahaya bagi iman dan moral seorang Muslim.

Rasulullah bersabda:

إِنَّ فِي الْجَسَدِ مَضْغَةً، إِذَا صَلُحَتْ صَلُحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ، وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ، إِنَّهَا الْقَلْبُ

"Sesungguhnya dalam jasad itu ada segumpal daging, jika ia baik maka baiklah seluruh jasadnya, dan jika ia rusak maka rusaklah seluruh jasadnya. Ketahuilah bahwa ia adalah hati."
(HR. Bukhari dan Muslim)

Hadis ini mengingatkan kita bahwa hati adalah pusat dari segala perbuatan. Oleh karena itu, kita harus menjaga hati dari konten-konten negatif di media sosial yang dapat merusak moral dan spiritual kita.

 

Kecenderungan Kesombongan dan Riya'
Media sosial memancing orang untuk pamer dan riya’ (menunjukkan amal ibadah demi pujian manusia), yang jelas dilarang dalam Islam.

Mengurangi Interaksi Sosial Nyata
Ketergantungan pada media sosial dapat mengurangi interaksi sosial secara langsung yang penting untuk menjaga ukhuwah dan empati.

Solusi Menghadapi Tantangan

Memperkuat Keimanan dan Pengetahuan Agama
Dengan ilmu agama yang kuat, seorang Muslim akan mudah mengenali mana yang baik dan buruk di media sosial.

Berhati-hati dalam Berbicara dan Berbagi Informasi
Hindari menyebarkan informasi yang belum jelas kebenarannya dan jangan mudah terprovokasi.

Menggunakan Media Sosial untuk Dakwah dan Kebaikan
Manfaatkan media sosial sebagai sarana menyebarkan ilmu, dakwah, dan nilai-nilai Islam.

Menjaga Akhlak dan Etika Digital
Selalu bersikap sopan, jujur, dan penuh tanggung jawab dalam berinteraksi di dunia maya.

Membangun Komunitas Positif
Ikut bergabung dan aktif di komunitas online yang mendorong penguatan iman dan kebaikan.

Media sosial adalah anugerah sekaligus ujian bagi umat Islam. Dengan sikap bijak dan iman yang kokoh, kita bisa memanfaatkan media sosial untuk kebaikan dan terhindar dari pengaruh negatifnya. Semoga Allah membimbing kita semua agar menjadi Muslim yang selalu menjaga diri dalam setiap aspek kehidupan, termasuk di dunia digital.


29 Mei, 2025


Kematian adalah suatu kepastian yang tak bisa dihindari oleh siapa pun. Ia datang tanpa mengenal usia, jabatan, maupun status. Islam mengajarkan kepada umatnya untuk sering mengingat kematian, bukan agar hidup dipenuhi ketakutan, melainkan sebagai cara untuk memperbaiki diri dan meningkatkan kualitas ibadah serta amal kebaikan.

Mengingat Kematian dalam Pandangan Islam

Rasulullah bersabda:

أَكْثِرُوا مِنْ ذِكْرِ هَادِمِ اللَّذَّاتِ

"Perbanyaklah mengingat pemutus segala kelezatan (kematian)."
(HR. Tirmidzi, hasan gharib)

Hadis ini mengingatkan kita bahwa mengingat mati dapat memutus cinta berlebihan terhadap dunia dan menyadarkan bahwa hidup ini hanyalah sementara. Dengan demikian, seseorang akan terdorong untuk lebih fokus pada bekal akhirat.

Allah juga berfirman:

كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ ٱلْمَوْتِ ۖ ثُمَّ إِلَيْنَا تُرْجَعُونَ

"Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kemudian hanya kepada Kami kamu dikembalikan."
(QS. Al-‘Ankabut: 57)

Ayat ini menegaskan bahwa kematian adalah jalan semua makhluk menuju kehidupan yang hakiki, yakni akhirat. Maka, hidup di dunia harus dijadikan ladang amal untuk mendapatkan kebahagiaan abadi di akhirat kelak.

Dampak Positif Mengingat Kematian

1.      Mendorong Taubat dan Istiqamah
Seseorang yang menyadari bahwa ajal bisa datang kapan saja akan terdorong untuk segera bertaubat dan memperbaiki diri dari segala dosa dan kelalaian.

2.      Menumbuhkan Kesederhanaan dan Zuhud
Mengingat bahwa dunia ini fana akan membuat seseorang tidak tamak terhadap harta, jabatan, dan pujian, karena semua itu akan ditinggalkan.

3.      Meningkatkan Amal dan Ibadah
Mengingat mati membuat seseorang tidak ingin menyia-nyiakan waktunya untuk hal yang sia-sia, tetapi akan sibuk menambah amal shalih dan memperbanyak zikir, shalat, sedekah, dan kebaikan lainnya.

4.      Menumbuhkan Rasa Takut dan Harap kepada Allah
Kesadaran akan kematian juga membuat hati lebih khusyuk dalam berdoa dan lebih tunduk dalam ibadah karena memahami bahwa waktu untuk memperbaiki diri semakin sedikit.

Mengingat kematian bukanlah untuk membuat manusia lemah atau pesimis. Justru sebaliknya, ia menjadi cambuk spiritual agar hidup dijalani dengan penuh kesadaran, tanggung jawab, dan ketaatan kepada Allah . Kematian adalah pintu menuju kehidupan abadi. Maka, marilah kita mempersiapkan diri dengan amal terbaik sebelum pintu itu terbuka bagi kita.


28 Mei, 2025

 

Dialog Kerukunan Intern Umat Beragama

Tema: “Penguatan Moderasi Merawat Kerukunan dan Keutuhan Bangsa”

Sape, 28 Mei 2025 — Dalam semangat memperkuat nilai-nilai toleransi dan persatuan, Kantor Kementerian Agama Kabupaten Bima menyelenggarakan kegiatan Dialog Kerukunan Intern Umat Beragama Tingkat Kabupaten Bima Tahun 2025 dengan tema “Penguatan Moderasi Merawat Kerukunan dan Keutuhan Bangsa”. Kegiatan ini berlangsung di Aula Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Sape.

Acara yang berlangsung dengan khidmat dan penuh semangat kebersamaan ini dihadiri oleh sejumlah tokoh penting, antara lain Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Bima, (PLH) H. Muhammad Safii, S.Pd., Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kabupaten Bima, H. Suaidin, S.Pd., Camat Sape, H. Anwar H. Ishaka, S.Sos., Kasi Madrasah H. Fahrin, S.Ag., Kasi Bimas Islam H. Sudirman, S.Pd.I, M.Si., dan sejumlah tokoh masyarakat lainnya.

Dalam sambutannya, H. Muhammad Safii menekankan pentingnya moderasi beragama sebagai pilar utama dalam menjaga keharmonisan sosial. “Moderasi beragama bukan sekadar konsep, tetapi menjadi komitmen bersama untuk senantiasa berada di jalan tengah, tidak ekstrem, serta menghargai perbedaan sebagai anugerah,” tegasnya.

Sementara itu, Ketua FKUB Kabupaten Bima, H. Suaidin, S.Pd., mengajak seluruh elemen masyarakat untuk menjadikan dialog seperti ini sebagai wadah konsolidasi nilai-nilai toleransi lintas iman dan budaya. “Kegiatan seperti ini sangat strategis dalam memperkuat jalinan komunikasi antarumat beragama, sehingga potensi konflik dapat dicegah sejak dini,” ujarnya.

Kegiatan ini diikuti oleh para tokoh agama lintas denominasi, tokoh pemuda, dan perwakilan ormas keagamaan dari berbagai kecamatan di Kabupaten Bima. Para peserta aktif berdiskusi dan berbagi pandangan terkait pentingnya menjaga keutuhan bangsa melalui jalan moderasi, toleransi, dan gotong royong.

Camat Sape, H. Anwar H. Ishaka, S.Sos., dalam sambutannya menyatakan bahwa wilayah Sape merupakan contoh masyarakat yang hidup dalam keberagaman dengan damai. Ia berharap dialog ini menjadi inspirasi bagi generasi muda untuk terus menjaga harmoni sosial.

Kegiatan ditutup dengan pernyataan bersama yang menegaskan komitmen untuk terus memperkuat nilai-nilai kebersamaan dan menolak segala bentuk ujaran kebencian, radikalisme, serta intoleransi di tengah masyarakat.

Dengan terlaksananya dialog ini, diharapkan spirit moderasi dan kerukunan semakin mengakar kuat di tengah kehidupan umat beragama di Kabupaten Bima, demi terciptanya bangsa yang damai, utuh, dan beradab.


Popular

Popular Posts

Blog Archive