Dalam Islam, pernikahan adalah ibadah yang sakral dan merupakan bagian dari sunnah Rasulullah ﷺ. Pernikahan bukan hanya ikatan lahiriah, melainkan juga ikatan spiritual yang bertujuan untuk menciptakan keluarga yang sakinah, mawaddah, dan rahmah. Dalam struktur keluarga Islami, suami memegang peranan penting sebagai pemimpin rumah tangga. Namun, kepemimpinan dalam Islam bukanlah dominasi, melainkan tanggung jawab dan amanah yang penuh kasih sayang.
1. Suami sebagai Qawwam (Pemimpin)
Allah ﷻ berfirman
dalam Al-Qur'an:
الرِّجَالُ قَوَّامُونَ عَلَى النِّسَاءِ بِمَا فَضَّلَ
اللَّهُ بَعْضَهُمْ عَلَىٰ بَعْضٍ وَبِمَا أَنفَقُوا مِنْ أَمْوَالِهِمْ ۚ
"Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena
Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain
(perempuan), dan karena mereka telah menafkahkan sebagian dari harta
mereka."
(QS. An-Nisa:
34)
Ayat ini
menunjukkan bahwa suami memiliki peran sebagai qawwam—pemimpin yang bertanggung
jawab terhadap istri dan keluarganya. Kepemimpinan ini harus dilandasi
keadilan, tanggung jawab, dan kasih sayang, bukan kekuasaan yang semena-mena.
2. Suami sebagai Penafkah dan Pelindung
Salah satu
kewajiban utama suami dalam Islam adalah memberikan nafkah kepada istri dan
anak-anaknya, baik berupa makanan, pakaian, tempat tinggal, maupun kebutuhan
lainnya. Rasulullah ﷺ bersabda:
كَفَى بِالْمَرْءِ إِثْمًا أَنْ يُضَيِّعَ مَنْ يَقُوتُ
"Cukuplah
seseorang itu berdosa jika ia menelantarkan orang yang menjadi tanggung
jawabnya."
(HR. Abu Dawud)
Selain nafkah
lahir, suami juga berkewajiban memberikan nafkah batin, termasuk perhatian,
rasa aman, dan penghargaan kepada istri. Ia harus menjadi pelindung dari
gangguan, tekanan, dan penderitaan, baik fisik maupun psikologis.
3. Suami sebagai Pendidik dan Penuntun
Spiritualitas
Suami bukan
hanya bertugas memenuhi kebutuhan materi, tetapi juga membimbing keluarga dalam
urusan agama. Ia harus menjadi teladan dalam ibadah, akhlak, dan kehidupan sehari-hari.
Allah ﷻ
berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنفُسَكُمْ
وَأَهْلِيكُمْ نَارًا
"Wahai
orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api
neraka."
(QS. At-Tahrim: 6)
Hal ini berarti
suami bertanggung jawab membina keluarganya dalam kebaikan, mengajarkan shalat,
membaca Al-Qur’an, serta menjauhi kemungkaran.
4. Suami sebagai Mitra dalam Cinta dan Kasih
Sayang
Pernikahan
dalam Islam dibangun atas dasar cinta (mawaddah) dan kasih sayang (rahmah).
Rasulullah ﷺ
menunjukkan keteladanan dalam memperlakukan istrinya dengan penuh kelembutan
dan cinta. Beliau bersabda:
خَيْرُكُمْ خَيْرُكُمْ لِأَهْلِهِ، وَأَنَا خَيْرُكُمْ
لِأَهْلِي
"Sebaik-baik
kalian adalah yang paling baik kepada keluarganya, dan aku adalah yang paling
baik kepada keluargaku."
(HR. Tirmidzi)
Seorang suami
ideal adalah yang mendengarkan, menghargai pendapat istri, serta menciptakan
suasana damai dalam rumah tangga.
Peran suami
dalam Islam sangatlah mulia dan kompleks. Ia bukan hanya kepala rumah tangga,
tetapi juga pelindung, pendidik, dan sahabat sejati bagi istrinya. Suami yang
baik adalah yang menjalankan perannya dengan penuh tanggung jawab, cinta, dan
takut kepada Allah. Dengan demikian, rumah tangga Islami yang diridhai Allah
akan terwujud, menjadi surga dunia yang menuntun ke surga akhirat.
0 komentar:
Posting Komentar
Silakan titip komentar anda..