![]() |
Etika dalam Menuntut Ilmu Menurut Islam |
Ilmu
dalam Islam memiliki kedudukan yang sangat tinggi. Bahkan, wahyu pertama yang
diturunkan kepada Rasulullah ﷺ adalah
perintah untuk membaca, yang merupakan simbol awal pencarian ilmu. Namun,
menuntut ilmu dalam Islam bukan hanya tentang memperoleh informasi, tetapi juga
tentang adab dan etika dalam mencarinya. Seorang penuntut ilmu yang tidak
beretika akan sulit mendapatkan keberkahan dan manfaat dari ilmunya.
Etika dalam menuntut ilmu merupakan
fondasi spiritual dan moral yang sangat ditekankan oleh para ulama terdahulu.
Mereka tidak hanya fokus pada penguasaan materi, tapi juga pada pembentukan
karakter, akhlak, dan adab dalam proses menuntut ilmu.
1.
Keutamaan Ilmu dalam Islam
Allah ﷻ
berfirman:
يَرْفَعِ ٱللَّهُ
ٱلَّذِينَ آمَنُوا۟ مِنكُمْ وَٱلَّذِينَ أُوتُوا۟ ٱلْعِلْمَ دَرَجَـٰتٍ
"Allah
akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang
diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat."
(QS. Al-Mujadilah: 11)
Rasulullah ﷺ
juga bersabda:
مَنْ سَلَكَ
طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا، سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ بِهِ طَرِيقًا إِلَى
الْجَنَّةِ
"Barangsiapa
menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan mudahkan baginya jalan
menuju surga."
(HR. Muslim, no. 2699)
2. Pentingnya Etika dalam Menuntut
Ilmu
Ilmu tidak hanya untuk kecerdasan
akal, tapi juga untuk keluhuran akhlak. Karena itu, adab menjadi syarat utama
sebelum ilmu itu masuk ke dalam hati seseorang. Imam Malik pernah berkata
kepada Imam Syafi’i:
“Pelajarilah
adab sebelum mempelajari ilmu.”
Etika atau adab menuntut ilmu
mencakup hubungan dengan Allah, guru, teman belajar, dan ilmu itu sendiri.
3. Etika Menuntut Ilmu dalam Islam
a. Ikhlas karena Allah
Niat yang lurus adalah syarat utama
dalam menuntut ilmu.
إِنَّمَا
ٱلْأَعْمَالُ بِٱلنِّيَّاتِ
"Sesungguhnya
segala amal tergantung pada niatnya."
(HR. Bukhari dan Muslim)
Ilmu bukan untuk mencari pujian,
jabatan, atau kedudukan, tetapi untuk mendapatkan ridha Allah dan memperbaiki
diri.
b. Tunduk dan hormat kepada guru
Menuntut ilmu harus disertai dengan
rasa hormat dan takzim kepada guru, karena merekalah yang menjadi perantara
sampainya ilmu.
Imam Syafi’i berkata:
“Aku
membuka lembaran di hadapan guruku dengan pelan agar tidak mengganggu beliau.”
c. Tawadhu’ (rendah hati)
Ilmu hanya akan masuk kepada hati
yang rendah hati. Sombong dan merasa cukup akan menjadi penghalang ilmu.
وَفَوْقَ كُلِّ ذِي
عِلْمٍ عَلِيمٌ
"Dan
di atas setiap orang yang berilmu, masih ada yang Maha Mengetahui."
(QS. Yusuf: 76)
d. Sabar dalam proses belajar
Menuntut ilmu memerlukan kesabaran
dalam membaca, menghafal, mengulang, dan mendengar.
وَٱصْبِرْ نَفْسَكَ
مَعَ ٱلَّذِينَ يَدْعُونَ رَبَّهُم
"Bersabarlah
kamu bersama orang-orang yang menyeru Tuhannya..."
(QS. Al-Kahfi: 28)
e. Mengamalkan ilmu
Ilmu tanpa amal adalah bagaikan
pohon tanpa buah. Dalam Islam, amal adalah buah dari ilmu.
إِنَّ أَشَدَّ
النَّاسِ عَذَابًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ عَالِمٌ لَمْ يَنْفَعْهُ اللَّهُ بِعِلْمِهِ
"Sesungguhnya
orang yang paling keras azabnya di hari kiamat adalah orang alim yang ilmunya
tidak bermanfaat."
(HR. Thabrani)
Menuntut
ilmu adalah ibadah mulia yang harus dijalani dengan etika yang benar. Islam
mengajarkan bahwa keberkahan ilmu tidak hanya datang dari banyaknya informasi,
tetapi dari kesungguhan, keikhlasan, kesabaran, dan penghormatan terhadap ilmu dan
pengajarnya. Dengan etika yang baik, ilmu yang diperoleh akan membawa manfaat
dunia dan akhirat.
Daftar Pustaka
1. Al-Qur’an
al-Karim
2. Shahih Muslim
3. Shahih Bukhari
4. Ibnu Jama’ah, Tadzkirah
al-Sami’ wal-Mutakallim fi Adab al-‘Alim wal-Muta‘allim
5. Imam
al-Ghazali, Ihya’
Ulumuddin
6. Adz-Dzahabi, Siyar
A'lam An-Nubala’
7. Syekh Bakr Abu
Zaid, Hilyah
Thalib al-‘Ilm
0 komentar:
Posting Komentar
Silakan titip komentar anda..