08 Juni, 2025

Bahaya Riba dalam Kehidupan

Riba adalah salah satu dosa besar dalam Islam yang secara tegas dilarang dalam Al-Qur'an dan Sunnah. Dalam kehidupan modern, praktik riba sering kali menyusup dalam sistem keuangan dan transaksi sehari-hari, baik secara individu maupun institusi. Penting bagi setiap Muslim untuk memahami hakikat dan bahaya riba agar dapat menjaga diri dari jeratan yang merusak ini.

Pengertian Riba

Secara bahasa, riba berarti tambahan atau kelebihan. Dalam istilah syariat, riba adalah tambahan yang diambil dalam transaksi pinjam-meminjam atau jual beli yang tidak sesuai dengan ketentuan Islam, baik berupa kelebihan pada pokok utang ataupun tambahan syarat yang merugikan salah satu pihak.

Larangan Riba dalam Al-Qur’an

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

ٱلَّذِينَ يَأۡكُلُونَ ٱلرِّبَوٰاْ لَا يَقُومُونَ إِلَّا كَمَا يَقُومُ ٱلَّذِي يَتَخَبَّطُهُ ٱلشَّيۡطَٰنُ مِنَ ٱلۡمَسِّۚ ذَٰلِكَ بِأَنَّهُمۡ قَالُوٓاْ إِنَّمَا ٱلۡبَيۡعُ مِثۡلُ ٱلرِّبَوٰاْۗ وَأَحَلَّ ٱللَّهُ ٱلۡبَيۡعَ وَحَرَّمَ ٱلرِّبَاۚ فَمَن جَآءَهُۥ مَوۡعِظَةٞ مِّن رَّبِّهِۦ فَٱنتَهَىٰ فَلَهُۥ مَا سَلَفَ وَأَمۡرُهُۥٓ إِلَى ٱللَّهِۖ وَمَنۡ عَادَ فَأُوْلَٰٓئِكَ أَصۡحَٰبُ ٱلنَّارِۖ هُمۡ فِيهَا خَٰلِدُونَ

"Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan setan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu disebabkan mereka berkata, 'Sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba,' padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu ia berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang kembali (mengambil riba), maka mereka itu penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya."
(QS. Al-Baqarah: 275)

Dalam ayat lain, Allah menyatakan:

يَـٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱتَّقُواْ ٱللَّهَ وَذَرُواْ مَا بَقِيَ مِنَ ٱلرِّبَوٰٓاْ إِن كُنتُم مُّؤۡمِنِينَ

"Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan tinggalkanlah sisa riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman."
(QS. Al-Baqarah: 278)

Bahaya Riba

1.        Mengundang Laknat dan Perang dari Allah dan Rasul-Nya

فَإِن لَّمۡ تَفۡعَلُواْ فَأۡذَنُواْ بِحَرۡبٖ مِّنَ ٱللَّهِ وَرَسُولِهِۦۖ

"...Jika kamu tidak melakukannya, maka ketahuilah bahwa Allah dan Rasul-Nya akan memerangimu..."
(QS. Al-Baqarah: 279)
Ini menunjukkan betapa besar ancaman terhadap pelaku riba.

2.        Menghapus Keberkahan Harta
Dalam hadits disebutkan bahwa harta dari riba tidak diberkahi dan akan menyebabkan kebangkrutan spiritual dan moral.

3.        Menyebabkan Ketimpangan Sosial
Riba menyebabkan yang kaya semakin kaya dan yang miskin semakin terjerat utang.

4.        Menghancurkan Akhlak dan Ketenangan Jiwa
Pelaku riba sering kali diliputi kegelisahan dan jauh dari keberkahan hidup.

Hadis Nabi tentang Riba

Rasulullah bersabda:

الرِّبَا سَبْعُونَ حُوبًا، أَيْسَرُهَا أَنْ يَنْكِحَ الرَّجُلُ أُمَّهُ

"Riba itu memiliki 73 pintu, yang paling ringan (dosanya) seperti seseorang yang menzinai ibunya sendiri."
(HR. Al-Hakim dan Al-Baihaqi, hasan)

لَعَنَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ آكِلَ الرِّبَا وَمُوكِلَهُ وَكَاتِبَهُ وَشَاهِدَيْهِ، وَقَالَ: هُمْ سَوَاءٌ

"Allah melaknat pemakan riba, yang memberi riba, pencatatnya dan dua saksinya."
(HR. Muslim)

 

Solusi Menghindari Riba

  • ـ           Memperkuat pemahaman fiqih muamalah agar tidak terjerumus ke dalam praktik riba yang samar.
  • ـ           Bertransaksi secara syariah, seperti melalui koperasi syariah, bank syariah, dan akad-akad muamalah yang sesuai sunnah.
  • ـ           Menumbuhkan kesadaran akan pentingnya kejujuran dan keadilan dalam transaksi.
  • ـ           Mendukung sistem ekonomi Islam sebagai alternatif dari sistem kapitalisme berbasis riba.

 

Riba bukan hanya dosa besar, tetapi juga penyakit sosial yang menghancurkan keadilan ekonomi dan mengikis keberkahan hidup. Islam datang membawa sistem ekonomi yang adil dan penuh keberkahan. Maka, hendaknya setiap Muslim berusaha meninggalkan riba dan memilih jalan yang diridhai Allah, agar hidupnya selamat dunia dan akhirat.

 


07 Juni, 2025

Dakwah dengan Akhlak Mulia

Dakwah adalah salah satu kewajiban setiap Muslim untuk menyampaikan ajaran Islam kepada orang lain, baik melalui perkataan maupun perbuatan. Namun, agar dakwah yang disampaikan dapat diterima dan membuahkan hasil, cara menyampaikannya haruslah dengan akhlak mulia. Rasulullah SAW adalah contoh terbaik bagaimana dakwah harus dilakukan dengan penuh kesantunan, kelembutan, dan kasih sayang.

 

Pentingnya Akhlak Mulia dalam Dakwah

Akhlak mulia adalah fondasi utama dalam berdakwah. Tanpa akhlak yang baik, pesan yang disampaikan bisa ditolak bahkan menimbulkan permusuhan. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an:

ادْعُ إِلَىٰ صِرَاطِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُم بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ

"Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik."
(QS. An-Nahl: 125)

Ayat ini menegaskan bahwa dakwah harus dibarengi dengan hikmah (kebijaksanaan), tutur kata yang baik, dan cara yang santun. Sikap yang ramah dan sopan akan membuka hati orang untuk menerima kebenaran.

 

Akhlak Mulia Rasulullah SAW dalam Berdakwah

Rasulullah SAW adalah teladan utama dalam berdakwah. Beliau selalu menggunakan akhlak mulia, seperti:

a.       Sabar: Rasulullah menghadapi penolakan, celaan, dan kekerasan dengan kesabaran yang luar biasa.

b.       Lembut: Beliau berbicara dengan lemah lembut, tidak kasar atau memaksa.

c.        Jujur dan Amanah: Setiap perkataan dan perbuatan beliau selalu benar dan dapat dipercaya.

d.       Menghargai Orang Lain: Rasulullah tidak memandang rendah siapapun, baik kaya, miskin, tua, muda, Muslim, atau non-Muslim.

 

Cara Dakwah dengan Akhlak Mulia

1.        Memahami Lawan Bicara
Sebelum berdakwah, pahami latar belakang dan kondisi orang yang diajak berdiskusi agar cara penyampaian sesuai dan efektif.

2.        Berbicara dengan Lembut dan Santun
Hindari nada keras, sindiran, atau merendahkan. Gunakan kata-kata yang membangun dan menginspirasi.

3.        Memberi Contoh yang Baik
Dakwah melalui teladan adalah cara paling ampuh. Perilaku sehari-hari yang baik akan menjadi bukti nyata ajaran Islam.

4.        Menghindari Memaksa
Islam mengajarkan bahwa tidak boleh ada paksaan dalam beragama. Dakwah harus dilakukan dengan penuh kelembutan dan kebijaksanaan.

5.        Sabar dan Konsisten
Proses dakwah tidak selalu mudah. Kesabaran dan ketekunan adalah kunci untuk menghadapi tantangan dan hambatan.

 

Manfaat Dakwah dengan Akhlak Mulia

Dakwah dengan akhlak mulia tidak hanya mendatangkan keberhasilan dalam menyampaikan pesan Islam, tetapi juga:

1)       Menjalin hubungan yang harmonis antara sesama manusia.

2)       Menebarkan kedamaian dan kasih sayang di masyarakat.

3)       Membentuk karakter umat yang beradab dan bermartabat.

4)       Mendapatkan ridha Allah SWT dan pahala yang besar.


Dakwah adalah amanah besar yang harus dijalankan dengan penuh tanggung jawab. Akhlak mulia menjadi kunci utama agar dakwah dapat diterima dan membawa perubahan positif. Dengan meneladani Rasulullah SAW dan mengamalkan akhlak yang baik, kita dapat menyebarkan cahaya Islam secara efektif dan membawa manfaat bagi umat manusia.


Semoga kita semua diberi kekuatan untuk berdakwah dengan akhlak mulia dan menjadi penyebar rahmat bagi semesta.

 


06 Juni, 2025

Komunikasi Islam dalam Keluarga

Keluarga adalah fondasi utama dalam membentuk masyarakat yang beradab dan beriman. Dalam Islam, keluarga dipandang sebagai tempat pertama dan utama untuk mendidik, menanamkan nilai-nilai tauhid, serta menciptakan suasana penuh kasih sayang. Salah satu kunci agar keluarga tetap harmonis dan penuh berkah adalah komunikasi yang islami—yakni komunikasi yang dilandasi oleh akhlak mulia, kejujuran, dan kasih sayang sesuai tuntunan Al-Qur'an dan sunnah.

 

Hakikat Komunikasi dalam Islam

Komunikasi dalam Islam bukan hanya soal menyampaikan pesan, tetapi juga menyentuh hati dengan akhlak yang baik. Allah SWT berfirman:

وَقُل لِّعِبَادِي يَقُولُوا الَّتِي هِيَ أَحْسَنُ ۚ إِنَّ الشَّيْطَانَ يَنزَغُ بَيْنَهُمْ ۚ إِنَّ الشَّيْطَانَ كَانَ لِلْإِنسَانِ عَدُوًّا مُّبِينًا

"Dan katakanlah kepada hamba-hamba-Ku, hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang lebih baik. Sesungguhnya setan menimbulkan perselisihan di antara mereka."
(QS. Al-Isra: 53)

Ayat ini mengajarkan bahwa tutur kata yang baik mampu mencegah konflik dan menjaga keharmonisan.


Nilai-Nilai Komunikasi Islami dalam Keluarga

1.      Kejujuran (ṣidq)
Kejujuran adalah dasar dari setiap hubungan. Dalam keluarga, suami dan istri harus terbuka satu sama lain, demikian juga antara orang tua dan anak.

2. Lemah Lembut (rifq)
Rasulullah SAW bersabda:
إِنَّ اللَّهَ رَفِيقٌ يُحِبُّ الرِّفْقَ فِي الْأَمْرِ كُلِّهِ

3.      "Sesungguhnya Allah itu Maha Lembut dan mencintai kelembutan dalam segala urusan."
(HR. Bukhari dan Muslim)
Berbicara dengan lembut menciptakan kenyamanan dan membuka ruang dialog dalam keluarga.

4.      Saling Mendengarkan
Islam mengajarkan pentingnya mendengarkan sebelum berbicara. Ini menunjukkan penghargaan terhadap anggota keluarga lainnya.

5.      Menghindari Ucapan Kasar dan Cacian
Perkataan yang menyakitkan hati bisa merusak hubungan. Islam sangat menekankan adab berbicara yang baik bahkan dalam kondisi marah.

6.      Musyawarah (syūrā)
Dalam keluarga, keputusan hendaknya diambil dengan melibatkan seluruh anggota keluarga. Allah SWT berfirman:

وَأَمْرُهُمْ شُورَىٰ بَيْنَهُمْ

"Dan urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarah di antara mereka..."
(QS. Asy-Syura: 38)

Manfaat Komunikasi Islami dalam Keluarga

·         Menumbuhkan rasa saling percaya dan menghargai.

·         Mencegah kesalahpahaman dan konflik.

·         Membangun suasana rumah yang penuh ketenangan dan cinta.

·         Memudahkan proses pendidikan anak dalam nilai-nilai Islam.

Tips Menerapkan Komunikasi Islami

1.      Mulailah setiap percakapan dengan basmalah.

2.      Gunakan nada suara yang tenang dan bersahabat.

3.      Sisipkan nasihat agama dengan cara yang bijak.

4.      Hindari menyampaikan kritikan saat sedang emosi.

5.      Jadikan rumah sebagai tempat mendengarkan dan saling memahami, bukan hanya tempat menyuruh dan mengatur.

 

Komunikasi islami adalah pilar utama dalam menciptakan keluarga yang sakinah, mawaddah, dan rahmah. Dalam suasana keluarga yang dipenuhi akhlak mulia dan dialog yang santun, keberkahan akan selalu menyertai. Mari kita mulai dari hal kecil: berbicara dengan hati yang bersih, niat yang baik, dan mengikuti sunnah Rasulullah SAW.


Semoga Allah SWT senantiasa memberkahi keluarga kita dengan cinta, keberkahan, dan komunikasi yang islami.

 


05 Juni, 2025

JAGA GENERASI DI ERA DIGITAL: MENELADANI NILAI-NILAI KURBAN DALAM MENDIDIK ANAK

JAGA GENERASI DI ERA DIGITAL: MENELADANI NILAI-NILAI KURBAN DALAM MENDIDIK ANAK

Oleh. Dr. Abdul Munir, M.Pd.I

 السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

اَلْحَمْدُ ِللهِ الَّذِي جَعَلَ الْيَوْمَ عِيْدًا لِّلْمُسْلِمِيْنَ، وَحَرَّمَ عَلَيْهِمْ فِيْهِ الصِّيَامَ، وَنَزَّلَ الْقُرْآنَ هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِّنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ، وَهُوَخَيْرَ النِّعَمِ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، اَللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى مَنِ اصْطَفَى، مُحَمَّدِ بْنِ عَبْدِاللهِ، وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ وَّالاَهُ. اَمَّا بَعْدُ، فَيَاعِبَادَاللهِ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِى وَاِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ.  قال الله تعالى: انااعطيناك الكوثر، فصل لربك وانحر، ان شانئك هو الأبتر

اَللهُ أكْبَرُ اَللهُ أكْبَرُ وِللهِ الْحَمْدُ

Kaum muslimin jamaah Idul Adha yang dimuliakan oleh Allah Swt.

Pada hari ini, 10 Zulhijjah 1446 Hijriah, umat Islam di seluruh dunia keluar dari rumahnya masing-masing menuju Masjid atau tanah-tanah lapang, untuk melaksanakan sholat Idul Adha. Sepatutnyalah kita bersyukur kepada Allah, bahwa kita masih diberikan kesempatan untuk melaksanakan Idul Adha pada tahun ini, betapa banyak saudara-saudara kita, orang tua serta tetangga-tetangga kita yang tidak lagi merayakan Idul Adha bersama kita di tempat ini. Sebagian ada yang sedang terbaring di rumah sakit, sebagian ada yang jauh di perantaun, dan sebagiannya lagi sudah meninggalkan kita ke alam بقاء.

Kita berdoa kepada Allah, semoga saudara-saudara kita yang sakit disembuhkan, yang ditimpa musibah diberi kesabaran, yang jauh diperantauan selalu dilindungi serta dilimpahi rezeki yang halal dan bagi saudara-saudara serta orang tua kita yang telah meninggal dunia, semoga diampuni dosanya, diterima amal ibadahnya serta ditempatkan di tempat yang mulia di sisi Allah swt. Amin yaa rabbal alamin.

 

اَللهُ أكْبَرُ اَللهُ أكْبَرُ وِللهِ الْحَمْدُ

            Kaum muslimin rahimakumullah.

Tema khutbah kita hari ini adalah:
 "Jaga Generasi di Era Digital: Meneladani Nilai-Nilai Kurban dalam Mendidik Anak."

Kisah Nabi Ibrahim AS dan putranya Ismail AS adalah pelajaran besar tentang pendidikan keluarga dan pembinaan generasi. Ketika Ibrahim menerima perintah Allah untuk menyembelih putranya, Ismail tidak menentang, tidak membangkang. Bahkan ia menjawab dengan penuh keimanan:

فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ ٱلسَّعْىَ قَالَ يَـٰبُنَىَّ إِنِّىٓ أَرَىٰ فِى ٱلْمَنَامِ أَنِّىٓ أَذْبَحُكَ فَٱنظُرْ مَاذَا تَرَىٰ ۚ قَالَ يَـٰٓأَبَتِ ٱفْعَلْ مَا تُؤْمَرُ ۖ سَتَجِدُنِىٓ إِن شَآءَ ٱللَّهُ مِنَ ٱلصَّـٰبِرِينَ

"Maka ketika anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata, 'Wahai anakku! Sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu!' Ia (Ismail) menjawab, 'Wahai ayahku! Laksanakanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu; insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar.'”
(QS. As-Saffat: 102)

Lihatlah, betapa besar peran pendidikan ayah dalam membentuk karakter anak. Ismail bukan hanya anak yang patuh, tetapi anak yang telah tumbuh dengan fondasi iman, adab, dan pengorbanan.
Sungguh, ini adalah gambaran generasi emas yang tumbuh dalam bimbingan langsung dari orang tuanya.

Lalu, bagaimana dengan generasi kita hari ini?

Kita hidup di era digital, zaman di mana anak-anak lebih dekat dengan gawai daripada dengan orang tuanya. Mereka lebih mengenal tokoh di media sosial ketimbang mengenal Nabi dan sahabat. Maka wajar, jika banyak anak kehilangan adab, kehilangan arah, dan kehilangan jati diri.

Ini bukan salah teknologi. Tapi ini adalah panggilan bagi kita semua—orang tua, guru, dan pemimpin masyarakat—untuk menjaga dan membimbing generasi ini di tengah derasnya arus digitalisasi.

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,

Idul Adha bukan hanya tentang menyembelih hewan kurban, tetapi juga tentang menyembelih nafsu egois, menyembelih kesibukan duniawi, agar kita bisa hadir penuh untuk membimbing anak-anak kita.

Di era digital ini, mari kita jadikan nilai-nilai kurban sebagai pedoman dalam mendidik generasi:

1. Kurban Waktu

Luangkan waktu untuk berdialog, mendengarkan keluh kesah anak-anak kita. Jangan biarkan mereka mencari “orang tua virtual” di media sosial karena kita terlalu sibuk.

2. Kurban Kesabaran

Pendidikan tidak instan. Butuh kesabaran luar biasa seperti kesabaran Ibrahim dalam menanamkan nilai tauhid kepada Ismail.

3. Kurban Kenyamanan

Kadang, kita harus keluar dari zona nyaman—meninggalkan hiburan, membatasi media sosial, dan menjadi teladan nyata bagi anak-anak.

Ma’asyiral muslimin,

Rasulullah SAW bersabda:

كُلُّكُمْ رَاعٍ، وَكُلُّكُمْ مَسْؤُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ

"Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap kalian akan dimintai pertanggungjawaban atas apa yang dipimpinnya."
(HR. Bukhari dan Muslim)

Maka orang tua adalah pemimpin bagi anak-anaknya. Guru adalah pemimpin bagi muridnya. Dan semua kita akan ditanya oleh Allah: apa yang kita wariskan kepada generasi setelah kita?

Apakah kita wariskan iman? Ataukah kita biarkan mereka larut dalam dunia digital tanpa arah?

اَللهُ أكْبَرُ اَللهُ أكْبَرُ وِللهِ الْحَمْدُ

Akhirnya, mari kita bermunajat kepada Allah:

اللَّهُمَّ اجْعَلْ أَبْنَاءَنَا مِنَ الَّذِينَ يُقِيمُونَ الصَّلَاةَ وَيُؤْتُونَ الزَّكَاةَ وَيَتْبَعُونَ سُنَّةَ نَبِيِّكَ مُحَمَّدٍ ﷺ، وَنَجِّنَا وَذُرِّيَّاتِنَا مِنْ فِتَنِ الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ.

"Ya Allah, jadikanlah anak-anak kami termasuk orang-orang yang menegakkan salat, menunaikan zakat, mengikuti sunnah Nabi-Mu Muhammad SAW, dan lindungilah kami serta keturunan kami dari fitnah dunia dan akhirat."

 

Kisah keluarga Ibrahim menjadi pengingat bagi kita, akan pentingnya kolaborasi dalam suatu komunitas baik kelauarga, lembaga maupun masyarakat. Pembiasaan berkolabosari dengan anggota keluarga, masyarakat ataupun komunitas dan lembaga,  akan mendorong kita semakin terbuka, jujur, dan tulus. Melalui kolaborasi dan diskusi, kita juga dapat membangun jembatan yang akan menyatukan hati, di mana setiap anggota keluarga, masyarakat, merasa didengar, dihargai, dan dicintai.

Semoga dengan Idul Adha ini, dapat menghantarkan pribadi, keluarga, dan lembaga kita semakin baik, penuh dengan keberkahan, rahmat dan hidayah Allah swt. Karena itu, marilah kita sama-sama berdoa kepada Allah:

 

 

 


Haji: Perjalanan Spiritual Menuju Allah

Haji adalah rukun Islam kelima yang wajib dilaksanakan oleh setiap Muslim yang mampu, baik secara fisik maupun finansial. Bukan sekadar ritual tahunan, haji merupakan perjalanan spiritual yang mendalam, yang menghubungkan hamba dengan Tuhannya. Setiap langkah, setiap doa, dan setiap ibadah dalam haji menyimpan pelajaran, pengorbanan, dan penyucian jiwa.

 

Makna Spiritual Haji

Haji bukan hanya tentang berkumpulnya jutaan Muslim dari seluruh penjuru dunia, melainkan tentang kembali kepada fitrah, menyatu dalam kesetaraan, dan meninggalkan segala bentuk keduniaan. Pakaian ihram yang putih dan sederhana melambangkan kematian ego dan kesombongan, serta kesiapan untuk menghadapi akhirat.

Allah berfirman:

وَأَذِّنْ فِي النَّاسِ بِالْحَجِّ يَأْتُوكَ رِجَالًا وَعَلَىٰ كُلِّ ضَامِرٍ يَأْتِينَ مِنْ كُلِّ فَجٍّ عَمِيقٍ

“Dan serulah manusia untuk mengerjakan haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki dan mengendarai unta yang kurus, mereka datang dari segenap penjuru yang jauh.”
— QS.
Al-Hajj: 27

 

Pelajaran dari Setiap Rukun Haji

  1. Ihram – Menandai niat dan memulai perjalanan dengan kesucian niat.
  2. Wukuf di Arafah – Puncak haji yang mengingatkan kita akan padang Mahsyar, tempat berkumpulnya manusia di akhirat.
  3. Mabit di Muzdalifah dan Mina – Melatih kesabaran, kesederhanaan, dan kebersamaan.
  4. Melontar Jumrah – Simbol penolakan terhadap godaan setan dan nafsu buruk.
  5. Thawaf dan Sa’i – Mengingat perjuangan Nabi Ibrahim, Siti Hajar, dan ketaatan mereka kepada Allah.
  6. Tahallul – Tanda kebebasan dari larangan ihram, simbol kemenangan atas hawa nafsu.

 

Haji dan Perubahan Diri

Haji adalah momentum muhasabah dan transformasi. Ia mendidik hati untuk menjadi lebih tunduk, bersih dari dosa, dan menguatkan komitmen hidup sebagai Muslim sejati. Rasulullah bersabda:

من حج لله فلم يرفث ولم يفسق رجع كيوم ولدته أمه

"Barangsiapa yang menunaikan haji karena Allah, dan tidak berkata kotor serta tidak berbuat fasik, maka ia akan kembali seperti hari ia dilahirkan oleh ibunya."
— HR. Bukhari dan Muslim

 

Haji bukan sekadar perjalanan fisik, melainkan perjalanan spiritual menuju Allah. Ia adalah panggilan cinta dari Tuhan kepada hamba-Nya yang rindu akan ampunan dan keridaan-Nya. Semoga kita semua diberikan kesempatan oleh Allah untuk memenuhi panggilan suci ini dan kembali sebagai hamba yang lebih taat dan bersih jiwa.

 


04 Juni, 2025

Kepedulian Sosial dalam Islam

Islam adalah agama yang sempurna dan menyeluruh, tidak hanya mengatur hubungan antara manusia dan Allah (habluminallah), tetapi juga hubungan antar manusia (habluminannas). Salah satu nilai utama dalam hubungan sosial yang sangat ditekankan dalam Islam adalah kepedulian sosial. Islam memerintahkan umatnya untuk peduli terhadap sesama, membantu yang lemah, menolong yang kesusahan, dan membangun solidaritas dalam masyarakat.

Makna Kepedulian Sosial dalam Islam

Kepedulian sosial adalah sikap empati dan tanggung jawab terhadap kondisi orang lain di sekitar kita, khususnya mereka yang sedang dalam kesulitan. Dalam Islam, kepedulian sosial tidak sekadar tindakan sosial biasa, tetapi merupakan ibadah dan bentuk nyata dari keimanan.

Rasulullah bersabda:

لَا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لأَخِيهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ

"Tidak sempurna iman seseorang di antara kalian hingga ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri."
(HR. Bukhari dan Muslim)

Bentuk-Bentuk Kepedulian Sosial dalam Islam

1.    Memberi Sedekah dan Zakat
Zakat merupakan kewajiban, sedangkan sedekah adalah anjuran. Keduanya bertujuan membersihkan harta dan menolong yang membutuhkan.

خُذْ مِنْ أَمْوَالِهِمْ صَدَقَةً تُطَهِّرُهُمْ وَتُزَكِّيهِمْ بِهَا

“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka...”
(QS. At-Taubah: 103)

2.    Menolong Orang yang Kesusahan
Rasulullah bersabda:

مَنْ نَفَّسَ عَنْ مُؤْمِنٍ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ الدُّنْيَا، نَفَّسَ اللهُ عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ...

"Barang siapa yang melepaskan satu kesulitan dari seorang mukmin di dunia, Allah akan melepaskan satu kesulitan darinya pada hari kiamat."
(HR. Muslim)

3.    Menjenguk Orang Sakit
Sebuah bentuk empati dan silaturahmi yang sangat dianjurkan dalam Islam.

4.    Membantu Tetangga dan Masyarakat Sekitar
Islam sangat menganjurkan kebaikan terhadap tetangga, bahkan Nabi menyebutkan bahwa Jibril terus-menerus berwasiat tentang tetangga, seakan-akan tetangga akan mendapatkan warisan.

 Dampak Kepedulian Sosial

  1. Meningkatkan solidaritas dan persatuan umat.
  2. Mengurangi kesenjangan sosial dan kemiskinan.
  3. Mendatangkan keberkahan dalam hidup dan harta.
  4. Menjadi jalan menuju surga.

Kepedulian sosial bukan sekadar kewajiban sosial, tetapi juga merupakan cerminan iman dan pengamalan ajaran Islam yang sejati. Seorang muslim yang baik bukan hanya rajin beribadah secara ritual, tetapi juga aktif dalam kehidupan sosial yang bermanfaat bagi orang lain. Mari kita jadikan kepedulian sosial sebagai gaya hidup islami dan wujud kasih sayang antar sesama.

خَيْرُ النَّاسِ أَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ

“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya.”
(HR. Ahmad)

 


Popular

Popular Posts

Blog Archive