24 Juni, 2014

panduan durus lughah al arabiyyah
Bagi anda peminat Bahasa Arab, Panduan Durusul Lughah al-Arabiyyah yang dipersembahkan Maktabah Raudhah al-Muhibbin ini sangat membantu anda yang masih tingkat dasar maupun menengah dan dapat dijadikan referensi bagi tingkat mahir untuk mengajar.

Panduan Durusul Lughah al-Arabiyyah ini merupakan terjemahan dari buku berbahasa Inggris yang berjudul "Key to Durus al-Lughat-al-Arabiyyah Li Ghairi Natiqina Biha" yang ditulis oleh DR. V. Abdur Rahim.

Penulis membagi buku ini menjadi tiga bagian, yaitu poin-poin penjelasan kaidah Bahasa Arab yang digunakan, penjelasan instruksi pada setiap sub bab latihan dan disertai pengenalan kata-kata baru yang digunakan dalam setiap Bab Pelajaran.

Yang berbeda dari Buku Durusul Lughah dibandingkan dengan buku panduan Bahasa Arab lainnya adalah penyusunannya yang sistematis dengan pengenalan kaidah bahasa secara bertahap yang langsung diterapkan pada bacaan dan latihan intensif dalam setiap Bab Pelajaran.

Silahkan baca bukunya versi PDF:
1. Panduan Durusul Lughah al-Arabiyyah jilid 1
2. Panduan Durusul Lughah al-Arabiyyah jilid 2
3. Panduan Durusul Lughah al-Arabiyyah jilid 3
4. Panduan Durusul Lughah al-Arabiyyah jilid 4

Atau jika ingin mendownload silahkan baca panduannya.

19 Juni, 2014


أدوات الإستفهام وكيفية استعمالها
Kata -kata Tanya dan Cara Penggunaannya


Untuk menanyakan sesuatu di dalam bahasa Arab, seseorang menggunakan apa yang disebut dengan kata-kata tanya (أدوات الإستفهام). Kata-kata Tanya tersebut ada yang berbantuk huruf seperti أ dan هل, dan ada pula yang dalam bentuk isim.

Untuk memantapkan pemahaman anda tentang adawat al-istifham, diharapkan agar saudara membaca materi dengan saksama, lalu melakukan latihan-latihan bersama dengan teman-temannya mahasiswa secara berpasangan untuk mempraktekkan penggunaan kata Tanya secara langsung dan aktif.

Untuk menanyakan sesuatu di dalam bahasa Arab, dapat dilakukan dengan menggunakan kata tanya yang populer dengan istilah alat-alat untuk bertanya (أدوات الإستفهام), baik yang terdiri dari huruf (partikel) maupun isim (kata benda). Adapun yang kata Tanya yang terdiri dari huruf, adalah sebagai berikut:

1- أ (apakah)
Kata Tanya أ menurut Thahir Yusuf al-Khathib, أdigunakan untuk menanyakan sesuatu (urusan) yang dikehendaki penentuannya. Sedangkan menurut Syekh Mushthafa al-Galayayniy, أ digunakan untuk menanyakan tentang mufrad dan tentang jumlah, baik dalam rangka itsbat maupun nafyi

Baca selengkapnya dalam versi PDF.



المذكر والمؤنث
Mudzakkar dan Mu’annats

Isim atau kata benda bila ditinjau dari segi jenisnya, terbagi kepada dua bahagian; yaitu:
1. Isim mudzakkar, yaitu isim yang cocok untuk ditunjuk dengan menggunakan kata penunjuk هذا, seperti:
أ‌- هذا رجل
ب‌- هذا طالب
ت‌- هذا بيت
ث‌- هذا كرسي
ج‌- هذا مدرس
2. Isim mu’anats, yaitu isim yang cocok untuk ditunjuk dengan menggunakan kata هذه, seperti:
أ‌- هذه امرأة
ب‌- هذه دار
ت‌- هذه نافذة
ث‌- هذه تلميذة
ج‌- هذه ناقة
Setiap dari mudzakkar dan mu’annats dibagi lagi masing-masing kepada haqiqiy dan majaziy.
Mudzakkar haqiqiy menurut ulama ahli tata bahasa Arab adalah setiap isim yang memiliki lawan jenis berupa mu’annats, seperti:
أ‌- رجل
ب‌- بعير
ت‌- بقر
ث‌- ديك
Sementara yang termasuk kategori mudzakkar majaziy adalah isim yang tidak memiliki jenis kelamin perempuan, seperti:
أ‌- كتاب
ب‌- كرسي
ت‌- مكتب
ث‌- قلم
ج‌- سرير
Adapun yang dimaksud dengan mu’annats haqiqiy, adalah setiap isim yang menunjukkan kepada jenis kelamin perempuan dari jenis manusia, atau betina dari jenis hewan, seperti:
أ‌- امرأة
ب‌- ناقة
ت‌- بقرة
ث‌- دجاجة
ج‌- حصان
Sedangkan mu’annats majaziy adalah setiap isim yang tidak menunjukkan jenis kelamin perempuan/betina, baik menyangkut manusia, hewan, maupun benda mati lainnya, atau sesuatu yang dibendakan.
Contoh:
أ‌- شمس
ب‌- خيمة
ت‌- سبورة
ث‌- خزانة
ج‌- نافذة
Jenis kelamin mu’annats terbagi kepada tiga bahagian; yaitu: mu’annats dari segi lafal, mu’annats dari segi makna, dan mu’annats dari segi lafal dan makna sekaligus.
Adapun yang termasuk dalam jenis mu’annats lafzhiy, adalah isim yang diikuti oleh atau memiliki tanda ta’nits (mu’annats), baik isim itu menunjukkan kepada mu’annats sungguhan seperti فاطمة, عائشة, خديجة, dan بريرة, maupun menunjukkan kepada mudzakkar, seperti:
طلحة،حمزة، عكاشة، و عكريمة.
Sementara mu’annats dari segi makna, adalah isim yang menunjukkan kepada mu’annats, tetapi tidak diikuti oleh tanda ta’nits, atau ta’ yang menunjukkan kepada mu’annats, seperti:
أ‌- هند
ب‌- زينب
ت‌- دار
ث‌- مريم
Sedangkan mu’annats dari segi lafal dan makna sekaligus, adalah isim yang menunjukkan pada tokoh perempuan, dan padanya terdapat tenda mu’annats, seperti:
أ‌- خديجة
ب‌- ليلى
ت‌- عاشوراء
Tanda yang menunjukkan bahwa suatu isim itu diyatakan sebagai isim mu’annats ada tiga, yaitu:
1. Ta’ marbuthah, seperti:
أ‌- ضاربة
ب‌- قارءة
ت‌- قارءة
ث‌- خديجة
ج‌- حليمة
2. Alif maqshurah, seperti:
أ‌- سلمى
ب‌- سلوى
ت‌- بردى
ث‌- بهمى
ج‌- حبارى
3. Alif mamdudah, seperti:
أ‌- حسناء
ب‌- خنسفاء
ت‌- سهَّمى
ث‌- قرفصاء
ج‌- نافقاء
Isim shifat dapat di-mu’annats-kan dengan cara menambahkan ta’ marbuthah pada akhirnya, seperti:
 عالم                    menjadi             عالمة
     فاهم                    menjadi             فاهمة
 قارئ                    menjadi             قارئة
 ناجح                    menjadi            ناجحة
 حاضر                  menjadi          حاضرة
    عامل                  menjadi             عاملة
 جالس                   menjadi            جالسة
جائع                   menjadi             جائعة
        كاتب                    menjadi             كاتبة
 صالح                    menjadi          صالحة
   كافر                     menjadi            كافرة

Kecuali jika isim itu setimbang dengan فعلان, maka ia di-mu’annats-kan dengan wazan فعلى, seperti: سكران menjadi سكرى, dan shifat musyabbahah dengan wazan أفعلَ di-mu’annats-kan dengan wazan فعلاء, seperti أحمر menjadi حمراء, dan أفعل التفضيل di-mu’annats-kan dengan wazan فعلى, seperti: أكبر menjadi كبرى.

Baca Selengkapnya dalam versi PDF.


المعرفة والنكرة
Kata Benda Tertentu & Belum Tertentu/umum


Dilihat dari segi tertentu dan tidaknya suatu isim (kata benda) dalam bahasa Arab, dikenal istilah makrifah dan nakirah. Adapun yang dikehendaki dengan isim makrifah adalah isim yang menunjukkan sesuatu yang telah ditentukan atau telah dikenal yang dalam bahasa Indosesia ditunjukkan dengan ungkapan …. itu atau ….tersebut, sementara yang dikehendaki dengan nakirah adalah isim yang menunjukkan pada sesuatu yang belum ditentukan yang biasa diungkapkan dengan kata seorang …. , sebuah …., seekor …., sehelai …. , sebatang …, sebutir ….., dua orang …. , dua buah….., dua ekor ….. dua helai …. , dua batang …., tiga/bebearpa orang ….., tiga/beberapa buah …., tiga/beberapa ekor ….., tiga/beberapa helai …., tiga/beberapa batang …. .

Baca selengkapnya versi PDF



الجملة الإسمية
Kalimat Nominal


Di dalam bahasa Arab, jumlah yang dalam bahasa Indonesia disebut dengan kalimat dan terdiri dari beberapa kata dan memfaedahkan sesuatu, dikelompokkan kepada tiga; yaitu: jumlah ismiyyah, jumlah fi’liyyah, dan syihb al-jumlah, dimana pada kesempatan ini pembahasannya difokuskan pada jumlah jenis pertama, yaitu jumlah ismiyyah.

Jumlah ismiyah (الجملة الإسمية) sebagaimana dimaksudkan adalah jumlah (kalimat) yang terdiri dari mubtada (subjek) dan khabar mubtada (predikat), atau jumlah yang asalnya adalah mubtada dan khabar kemudian dimasuki oleh salah satu dari huruf yang kerjanya me-nashab isim sehingga menjadi isim-nya, dan me-rafa’ khabar lalu menjadi khabar-nya, dan huruf-huruf dimaksud adalah إن وأخواتها.

Mengenai apa sesungguhnya yang dimaksud dengan jumlah ismiyyah, Sulayman Fayyad mengemukakan defenisi terkait dengannya, yaitu:
الجملة الإسمية هي التي تبدأ باسم, ولها ركنان أساسيان, لا بد من وجودهما فيه, لكي تكون كاملا مفيدا, وإذا خذف أحدهما يقدر, وهما: 1) المبتدأ (المسند إليه), و2) الخبر (المسند).
Artinya:
Jumlah ismiyah adalah jumlah yang dimulai dengan isim (kata benda), dan baginya ada dua pilar yang mendasar yang mesti ada padanya, agar menjadi sempurna dan berfaedah, dan jika salah satunya dibuang, dikira-kirakan (asanya), dan keduanya itu adalah: 1) mubtada’ (al-musnad ilayh/yang ditopang) dan 2) khabar (musnad/penopang).

Musnad ilayh sebagai pilar pertama jumlah (kalimat) yang dalam hal ini adalah jumlah ismiyyah, menurut Fahlil Shalih al-Samarra’iy, tidak boleh kecuali isim, sementara al-musnad bihi dalam bentuk fi’il atau isim.

Untuk lebih jelasnya, berikut ini kedua pilar dimaksud akan diuraikan satu persatu:

1- المبتدأ هو: اسم مرفوع متحدث عنه, ويع غالبا في أول الجملة, وقد يتأخر فيها.
Artinya:
Mubtada’ ialah isim yang di-rafa’ yang diberitakan, umumnya terletak di awal kalimat (jumlah), dan kadang-kadang terakhir (di dalam kalimat itu).

2- الخبر هو: اسم مرفوع متحدث به, يقع غالبا بعد المبتدأ, وقد يتقدم عنه, وقد تتعدد الأحبار لمبتدأ واحد.
Artinya;

Khabar ialah isim yang di-rafa’ yang memberitakan, terletak umumnya sesudah mubtada’ dan kadang-kadang lebih dahulu dari mubtada’, dan kadang-kadang berbilang khabar-nya untuk satu mubtada’.
Dalam dicatat, bahwa mubtada’ itu kadang-kadang terdiri dari isim zhahir, isim dhamir (kata ganti), mashdar sharih, mashdar mu’awwal, isim isyarah, isim mushul, isim maqshur , isim manqush , dan isim mamdud.

Baca selengkapnya versi pdf.


الصفة والموصوف
Sifat dan Yang Disifati


Al-na’t (النعت) atau al-shifah (الصفة) adalah salah satu dari al-tawabi’, dimana tiga lainnya adalah al-taukid, al-badal dan al-‘athf. Al-na’t atau (الصفة) itu sendiri dimaksudkan sebagai pengikut (تابع) yang disebutkan untuk menjelaskan yang diikutinya itu (متبوعه) dengan cara menjelaskan salah sati sifatnya, atau sifat dari sesuatu yang ada kaitan dengannya. Hal ini didasarkan pada defenisi atau batasan yang berbunyi:

النعت (أو الصفة ): تابع لبيان صفة في متبوعه, أو في شيئ من متبوعه .
Penggunaan al-na’at itu sendiri dimaksudkan untuk tujuan-tujuan yang banyak, dan yang terpenting diantaranya adalah sebagai berikut:

Baca selengkapnya versi pdf


المضاف والمضاف إليه
(Yang Disandari & Yang Sandar)

Istilah الإضافة (penyandaran) antara satu kata (isim) yang disandarkan dengan isim yang lainnya yang disandari di dalam bahasa Indonesia bermakna pemilikan seseorang terhadap orang lain atau sesuatu benda ataupun binatang, atau antara suatu benda atau binatang dengan benda atau binatang lainnya, atau dengan kata lain antara kepemilikan satu makhluk dengan makhluk lainnya.

Kata yang disandarkan itu disebut dengan mudhaf (مضاف), sedangkan kata yang disandari disebut mudhaf ilahi (مضاف إليه). Dalam prakteknya, idhafah dalam terjadi antara isim zhahir dengan isim ‘alam, isim zhahir dengan isim zhahir lainnya, isim zhahir dengan dhamir, atau isim zhahir dengan isim isyarah + ‘athf al-bayan.

الإضافة terbagi dua bahagian; yaitu: 1) الإضافة المعنوية ketika mudhaf-nya tidak termasuk washfan ‘amilan (isim fa’il, isim maf’ul dan shifat musyabbahah), dan memfaedahkan al-ta’rif bagi mudhaf jika mudhaf ilayh-nya ma’rifah, dan pengkhususan jika mudhaf ilayhi-nya nakirah, dan 2) الإضافة اللفظية , sebagaimana akan dicontohkan berikut ini:

Baca Selengkapanya versi pdf


الأسماء الخمسة
الأسماء الخمسة (al-asma’ al-khamsah) atau yang dikenal dengan istilah isim yang lima adalah : أب, أخ, حم, فم, ذو . Isim-isim ini dibahas terpisah dari isim-isim lainnya, karena memiliki tanda-tanda khusus dalam i’rab; yaitu di-rafa (مرفوع) dengan waw (واو) sebagai ganti dari dhammah (ضمة), dinashab (منصوب) dengan alif (ألف) sebagai ganti dari fathah (َ ) dan dijar (مجرور) dengan ya (ياء) sebagai ganti dari kasrah. Ketentuan i’rab isim lima ini berlaku jika berkedudukan sebagai mudhaf (مضاف) atau sandar/disandarkan kepada isim yang lain selain ya’ mutakallim (ياء متكلم) atau ya’ yang menunjukkan pembicara.
Contoh isim lima yang di-rafa (مرفوع)’:


18 Juni, 2014



Dilihat dari segi bina’ dan i’rab-nya, isim terbagi kepada dua bahagian; yaitu: mabni dan mu’rab. Isim mabni adalah isim yang tidak berubah baris akhirnya, sekalipun ‘amil yang memasukinya berubah, dan ‘amil yang dimaksud dalam hal ini adalah ‘amil rafa’ nashab, dan jar.

Sementara isim mu’rab adalah isim yang berubah baris akhirnya disebabkan berubahnya ‘amil yang memasukinya. Isim mu’rab selanjutnya terbagi dua bahagian, yaitu: 1) mutahsarrif atau munawwan (dalam diberi/ber-tanwin), dan 2) gayru mutasharrif atau gayru munawwan (tidak dalam diberi/ber-tanwin).

Yang dimaksud dengan al-ism al-mutasharrif atau al-ism al-munawwan adalah isim yang di-rafa’ dengan dhammah, di-nashab dengan fathah, dan di-jar dengan kasrah serta dalam menerima harakat berupa tanwin (an, in atau un), sementara al-ism gayr al-mutasharrif yang menjadi fokus pembahasan ini adalah isim yang di-rafa’ dengan dhammah, dan di-nashab dan di-jar dengan fathah, serta tidak boleh diberi baris tanwin. Atau dengan kata isim yang mamnu’ min al-sharf adalah isim yang tidak menerima baris kasrah, sementara isim yang gayr munawwan adalah isim yang tidak menerima tanwin.

الأمثلة

 تَزَيَّنَتْ بَيْرُوْتُ (مرفوع بالضمة
 رَأَيْتُ بَيْرُوْتَ (منصوب بالفتحة
 ذَهَبْتُ إِلىَ بِيْرُوْتَ (مجرو بالفتحة

Adapun isim yang termasuk dalam kategori al-mamnu’ min al-sharf menurut Sulayman Fayyadh ada lima sebagaimana dikemukakan berikut ini:

العلم المفرد

isim ‘alam yang tunggal, dengan syarat:

أ‌- المختوم بألف ونون زائدتين يمكن خذفُهما

Yang diakhiri dengan alif dan nun yang keduanya merupakan tambahan dan keduanya memungkinkan untuk dibuang.

مثل: مررت بِزَيْدَانَ (مجرور بالكسرة

ب‌- الذي جاء على وزن الفعل

yang setimbang dengan wazan fi’il.

مثل:يزيدُ, أحمدُ، أو ما يغلب فيه الفعل.

مثل دُئِلَ (على وزن: فُعِلَ), سَمَّرَ (على وزن : فَعَّلَ).

Semua yang disebutkan terakhir adalah wazan-wazan (timbangan-timbangan yang khusus untuk fi’il (kata kerja). Adapun jika wazan itu bersekutu padanya untuk fi’il dan isim, seperti kata حَسَنٌ dan جَعْفَرٌ , maka tidak termasuk dalam kategori mamnu’ min al-sharfi, demikian pula halnya dengan wazan-wazan yang khusus dengan isim, seperti سليم dan فؤاد.

ت‌- المركب تركيبا مزجيا

yang tersusun dengan tarkib mazjiy

مثل: بَعْلَبَكَّ, نويوركَ, وسيبويه

ث‌- المؤنث معنى أو لفظا

yang mu’annats dari segi lafal dan makna

مثل: مريم، فاطمة (مؤنث معنى)، ومعاوية، طلخة وحمزة (مؤنث لفظا

Manakala isim itu mu’annats dari segi makna dan terdiri dari tiga huruf dimana huruf tengahnya mati atau berbaris sukun seperti kata هِنْدٌ, boleh padanya al-sharfu dan al-man’u, artinya kita dapat mengatakan:

نظَرْتُ إِلَى هِنْدٍ (منصرف ومنون atau .نظرت إلى هندَ (غير منصرف وغير منون

Namun jika isim itu mu’anats yang terdiri dari tiga huruf dan ditengahnya berbaris sukun, akan tetapi dia a’jamiy (bukan ‘Arab), wajib baginya al-man’u (mamnu’ min al-sharfi), seperti kata بلح, maka kita mengatakan:

ساَفَرْتُ إِلَى بَلْحَ

ج‌- الأعجمي العلم الزائد على ثلاثة أحرف

isim ‘alam dan ‘ajam yang lebih dari tiga huruf.

مثل: يعقوبُ، ابراهيمُ، ونيكسونُ، فنقول: نظرت إلى يعقوبَ وإبراهيمَ ونيكسونَ.

Jika isim itu adalah isim ‘alam yang mufrad lagi a’jamiy (non Arab), terdiri dari tiga huruf dimana huruf tengahnya berbaris sukun, maka wajib baginya al-shafru seperti:

نحن أحفادُ نُوْحٍ.

ح‌- إذا كان معدولا من غيره من الأوزان, وينحصر في العربية في تسعة عشر اسما، هي: عمر، بلع، سعل، جحى، جثم، جمح، دلف، زحل، زمر، عصم، قتم، قزح، مضر، هبل، هدل، أحاد، أخر، سحر، ومربع.

2- الصفة المفردة بحيث تكون:

أ‌- على وزن فَعْلاَنٌ مؤنثه فَعْلَى.

مثل: سكران فنقول: نظرت إلى سكرانَ ولا يمنع من الصرف مثل: صفوان فنقول: نظرت إلى صفوانٍ لأنه اسم لا صفة.

ب‌- على وزن أَفْعَلُ، الذي مؤنثه فَعْلاَءُ.

مثل: لا فضل لِأَسْوَدَ على أَحْمَرَ.

Tidak termasuk mamnu’ min al-sharfi seperti kata أَرْبَعٌ dan أَرْنَبٌ karena keduanya adalah isim, bukan shifat.

ت‌- على وزن فَعَلُ.

مثل أُخَرُ جمع آخَرُ مؤنث أُخْرَى, مثل: جَاءَ رِجَالٌ أُخَرُ (/tanpa tanwinبدون تنوين)

ث‌- على وزن مَفْعَلُ من العدد.

مثل: مَوْحَدُ, ومثنى, مثل: جاء الرجال موحدَ حوحدَ (بدون تنوين)

ج‌- على وزن فُعَالُ من العدد.

مثل:أُحَادَ. فيقال: جاء الناس أحادَ أحادَ (بدون تنوين).

3- صيغة منتهى الجموع:

أ‌- على وزن: مَفَاعِلُ.

مثل: أتردد على مَسَاجِدَ في المدينة.

ب‌- على وزن مَفَاعِيْلُ .

مثل: في المدينة مَصَابِيْحُ مضاءةٌ.

Apabila shigat (bentuk) مفاعل ditutup atau diakhiri dengan ta’, seperti تلامذة dan اساتذة , statusnya menjadi منصرفة, seperti : تعلمت على أيد أساتذة كثيرين dan نظرت إلى تلامذةٍ مجتهدين , dan jika shigat مفاعل nya منقوصة , pada kondisi rafa’ dan jar-nya cukup dengan membuang ya’ di akhir-nya disertai tanwin, seperti: جاءت جوارٍ dan مررت بجوار.

 الإسم المقصور بألف زائدة قصيرة، مسبوقة بأكثر من أصلين

مثل

أ‌- جاءتنا بُشْرَى

ب‌- رَأَيْتُ حُبْلَى

ت‌- مَرَّتْ بِنَا ذِكْرَى

ولا يمنع من الصرف, مثل: هدى, لأنه ليس مسبوقا بأكثر من أصلين.

 الإسم المختوم بألف زائدة, ممدودة, متبوعة بهمزة , مثل : صحراء وكبرياءُ فنقول:
(isim yang ditutup dengan alif tambahan, mamdudah yang diikuti dengan huruf hamzah)

أ‌- لنا كبرياءُ (بدون تنوين

ب‌- عندنا أشياءُ (بدون تنوين

ت‌- سرت في صحراءَ فسيحةٍ (صحراءَ: ممنوع من الصرف

ولا يمنع من الصرف، مثل استقصاء، وأسماء، لأنهما من قصا – يقصو، سما – يسمو، فألفهما أصلية وليست زائدة.

Baca selengkapnya dalam versi PDF.


الضمائر وكيفية استعمالها
(Kata-kata Ganti Cara Penggunaannya)


Kata ganti (الضمير) di dalam bahasa Arab yang bentuk jamak-nya (الضمائر) merupakan peristilahan yang dipopulerkan oleh ulama Bashrah dan digunakan sebagai pengganti orang atau benda, baik sebagai pokok kalimat atau subjek (مبتدأ), sebagai pelaku (فاعل), sebagai objek (مفعول به), maupun sebagai kata ganti kepemilikan, yaitu ketika berfungsi sebagai majrur dan mudhaf ilayh.

Oleh ahli ilmu tata bahasa Arab, al-dhamair jika ditinjau dari perannya dan person atau sesuatu yang kembali krpadanya, dikelompokkan kepada tiga kelompok; yaitu:
  1. Dhamir mutakallim (ضمير المتكلم), yang jumlahnya 6 (enam) yaitu: أنا- نحن - نحن untuk mudzakkar, dan أنا – نحن - نحن untuk mu’annats.
  2. Dhamir al-mukhathab (ضمير المخاطب) yang berjumlah 6 (enam) yaitu: أنتَ – أنتما - أنتم untuk mudzakkar, dan أنتِ – أنتما - أنتنَّ untuk mu’annats.
  3. Dhamir al-gaib (ضمير الغائب) yang juga jumlahnya 6 (enam), yaitu: هو – هما - هم untuk mudzakkar dan هي – هما – هن untuk mu’annats.

Untuk lebih jelasnya mengenai ketiga pengelompokan dhamir sebagaimana telah disebutkan di atas, berikut ini dikemukakan contohnya masing-masing beserta padanannya dalam bahasa Indonesia.

Baca selengkapnya dengan versi pdf

17 Juni, 2014



Secara singkat disebutkan dalam kitab جامع الدروس العربية karya Syaykh Mushthafa al-Galayayniy mengenai batasan atau kriteria jumlah fi’liyah seperti berikut ini:

الجملة الفعلية ما تألفت من الفعل والفاعل، نحو: "سبق العذل", أو الفعل ونائب الفاعل، نحو: "ينصر المظلوم", أوالفعل الناقص واسمه وخبره, نحو: "يكون المجتهد سعيدا".

Dari pernyataan di atas dalam disimpulkan bahwa jumlah fi’liyah adalah jumlah (جملة) (yang dalam bahasa Indonesia disebut dengan kalimat), yang terdiri dari fi’il (فعل) dan fa’il (فاعل), atau fi’il (فعل) dan naib al-fa’il (نائب الفاعل), atau bahkan fi’il madhi naqis (فعل ماض ناقص) beserta isim dan khabarnya.

Selengkapnya baca versi pdf-nya.


(Huruf)

Salah satu elemen penting dalam pembentukan kalimat bahasa Arab setelah isim dan fi’il adalah huruf, dan huruf yang dimaksud di sini adalah huruf yang oleh ahli Nahwu dinyatakan sebagai lafal yang tidak Nampak maknanya dengan baik kecuali ia bersama dengan yang lain dan yang dimaksudkan dengan yang terakhir, tiada lain kecuali isim dan fi’il’. Ini berarti bahwa huruf baru jelas artinya manakala bersama dengan isim dan fi’il sebagai tiga unsur utama pembentukan kalimat (jumlah).

Huruf-huruf ma’aniy itu diantaranya ada yang masuk kepada isim, ada yang masuk kepada fi’il, dan ada pula yang kepada kedua-duanya. Dan isim yang masuk tersebut ada yang mempengaruhi kata yang dimasukinya dari segi i’rab, ada yang tidak. Yang berpengaruh terhadap kata yang dimasukinya disebut ‘amilah, dan yang tidak disebut gayr ‘amilah.

Adapun yang menjadi bahasan untuk materi ini dibatasi pada empat saja; yaitu: 1) huruf al-jar, huruf al-nashab, dan 3) huruf al-jazm. Huruf al-jar khusus masuk kepada fi’il, sedangkan huruf nashab dan jazam kedua-duanya masuk kepada fi’il.

Anda seyogianya membaca materi tentang huruf ini kemudian mengidentifikasi huruf-huruf yang ada sesuai fungsinya, kemudian berlatih untuk menyusun kalimat dengan menggunakan hurus sesuai peruntukannya dengan tepat dan benar.

Selengkapnya... baca versi PDF-nya



اسم الإشارة وكيفية استعمالها
(Kata Penunjuk dan Cara Penggunaanya)


Materi yang akan dibahas pada bahagian ketiga ini adalah tentang isim isyarah atau kata penunjuk yang digunakan untuk menunjuk orang, sesuatu maupun tempat yang ada dekat dan di sekitar kita, maupun untuk yang jauh. Di dalamnya dikemukakan pula isim isyarah yang khusus digunakan untuk yang berakal (عاقل) maupun yang tidak berakal (غير عاقل).

Isim isyarah menurut Syekh Mushthafa al-Galayayniya adalah sebagai berikut:
ما يدل على معين بواسطة إشارة حسية باليد ونحوها، إن كان المشار إليه حاضرا, أو إشارة معنوية إذا كان المشار إليه معنى أو ذاتا غير حاضرة .
Artinya:
Isim isyarah adalah apa yang menunjukkan kepada sesuatu yang tertentu dengan perantaraan isyarat secara konkrit (nyata) dengan tangan dan semacamnya, jika yang diisyaratkan (ditunjuk) itu hadir (ada), atau isyarat secara makna (abstrak) jika yang ditunjuk itu abstrak, atau person yang tidak hadir.

Adapun yang temasuk isim isyarah menurut Syekh Mushthafa al-Galayainiy antara lain dikemukakan sebagai berikut:
أ‌- ذا للمذكر
ذا untuk yang mudzakkar
ب‌- ذان و ذين للمثنى المذكر
ذان dan ذين untuk mutsanna mudzakkar
ت‌- ذه و ته للمفردة المؤنث
ذه dan ته untuk mufrad mu’annats
ث‌- تان و تين للمثنى المؤنث
تان dan تين untuk mutsanna mu’annats
ج‌- أولاء و أولى (بالمد والقصر)، والمد أفصح للجمع المذكر والمؤنث
أولاء dan أولى (dengan madd dan qashr), tetapi dengan mad lebih utama, untuk jamak mudzakkar salim
Khusus yang terakhir digunakan untuk jamak berakal, seperti dalam firman Allah swt. Yang berbunyi:
أولئك على هدى من ربهم وأولئك هم المفلحون (لقمن: 5
Dan juga untuk yang tidak berakal, seperti:
إن السمع والبصر والفؤاد كل أولئك كان عنه مسئولا (الإيراء: 36

Namun demikian, yang lebih banyak adalah bahwa أولئك itu digunakan untuk yang berakal, sementara untuk yang tidak berakal digunakan تلك, sebagaimana firman Allah swt. Yang berbunyi:
وتلك الأيام نداولها بين الناس (آل عنران: 140)

Boleh men-tasydid-kan ن pada bentuk mutsanna dari ( ذاdan تا ), baik dengan أ atau ي, lalu dikatakan ( ذان, ذين, dan تين ). Dan diantara isim isyarah itu ada yang khusus diguakan untuk tempat, lalu digunakanlah هنا untuk yang dekat, هناك untuk yang pertengahan, dan هنالك dan ثَمَّ untuk yang jauh.
Contoh:
أ‌- سكنت في هذه المدينة منذ سبع سنوات ماضية
Saya telah tinggal di kota ini sejak tujuh tahun yang lalu
ب‌- هناك بيتي (قريب من السوق
Di sana rumah saya, dekat dari pasar
ت‌- أبي يسكن في جاكرتا, وهو يعمل تاجرا هناك
Bapak saya tinggal di Jakarta, dan dia bekerja sebagai pedagang di sana

Isim isyarah banyak-banyak didahului oleh huruf ها yang berfungsi sebagai peringatan, lalu dikatakanlah: هذا, هذه, هاتان, dan هؤلاء.
ذا dan تي kadang-kadang ditambahkan dengan huruf ك untuk menunjukkan pada khithab (yang dituju), lalu dikatakanlah ذاك dan تيك, dan kadang-kadang pula huruf ك nya diikuti oleh huruf ل  , sehingga menjadilah : ذلك dan تلك. Akan halnya dengan ذان, ذين, تان, تين, dan أولاء, kadang-kadang pula diikuti dengan ك yang menunjukkan khithab satu satunya lalu menjadilah: ذانك, تانك, dan أولئك.

Boleh juga dilakukan pemisahan antara ها yang menunjukkan peringatan (tanbih) dan isim isyarah dengan dhamir yang ditunjuk seperti:
أ‌- ها أنا ذا
ب‌- ها أنتِ ذي
ت‌- ها أنتما ذان
ث‌- ها نحن ذان
ج‌- ها نحن أولاء.
Cara sebagaimana telah disebutkan di atas dinilai lebih utama dan lebih fashih dalam kaitannya dengan balig al-kalam, dan hal ini sesuai dengan firman Alah swt. Yang berbunyi:
ها أنتم أولاء تحبونهم ولا يحبونكم (آل عمران: 119
Pemisahan pada selainnya sangant sedikit, seperti:
 ها إن ذا الوقتُ قد خَانَ
Dan pemisahan yang dilakukan dengan كاف التنبيه dalam contoh: هكذا sangat banyak dan populer.

Selengkapnya... baca Versi PDF-nya

About

BTemplates.com

Cari Blog Ini

Diberdayakan oleh Blogger.

Clustrmaps

Popular

Popular Posts

Blog Archive