Muhammad Ali Jinnah
(Nasionalis India dan Pendirian Republik Pakistan)
Pendahuluan
Upaya memajukan dan meningkatkan taraf hidup ummat Islam di India terus saja berlanjut dengan berbagai bentuk dan cara. Salah satu bentuk yang digunakan adalah kegiatan pembaruan dan berbagai gerakan, seperti yang dilakukan oleh perkumpulan - perkumpulan dan organisasi semisal liga Muslim.
Sejak Syah Waliyullah, mencetuskan ide-ide pembaharuannya, kemudian dikembangkan oleh Sayyed Ahmad Khan dan tokoh-tokoh gerakan aligarh pada abad ke-19 dan abad ke-20 dipadu dengan pemikiran – pemikiran Amir Ali, Muhammad Iqbal dll.(Ensiklopedi Islam:Ichtiar Baru: 1994:322) sedangkan Abul Kalam Azad berjuang melalui partai Kongres nasional yang didirikan atas inisiatif seorang pegawai Inggris di Benggala, untuk menentang Inggris. (Harun Nasution: 1994: 174)
Partai ini membangkitkan dan memupuk semangat nasional India, baik dari golongan Hindu maupun dari golongan Muslim. Dalam perkembangan sejarah partai ini, ummat Islam merasa nasibnya diabaikan, hal ini terbukti dengan timbulnya berbagai reaksi keras dari golongan Hindu terhadap berbagai aliran yang kemudian berlanjut dengan anti Muslim. Reaksi ini mengakibatkan kekuran simpatisan orang-orang Muslim pada partai ini.
Kenyataan mewujudkan bahwa hidup bersama antara ummat Islam dan Hindu dalam suatu Negara yang mayoritas Hindu, tak dapat dipertahankan lagi. Dalam kondisi seperti itu, lahirlah seorang tokoh yang bernama Muhammad Ali Jinnah yang kemudian menjadi seorang pemimpin liga Muslim. Beliau memandang perlu ummat Islam berpisah. Pada awal tahun 1940 liga muslim dibawah pimpinan Ali Jinnah mengajukan suatu resolusi yang lebih dikenal dengan “resolusi Lahore” atau “resolusi Pakistan” yang pada dasarnya berisi pembentukan Negara Pakistan. (Ensiklopedi, op. cit : 323)
Makalah ini berusaha untuk mengambarkan sosok pribadi Muhammad Ali Jinnah dan peran serta keterlibatannya dalam perjuangan terbentuknya Negara Pakistan.
Riwayat Hidup Muhammad Ali Jinnah
Muhammad Ali Jinnah, dilahirkan pada hari Ahad, 25 Desember 1876 di Karachi. (Esiklopedi Islam di Indonesia. 1992/1993: 756) orang tuanya termasuk masyarakat pedagang dari Kathiavar. Kecerdasan yang ia miliki dan kemampuan materi orang tuanya. Memungkinkan ia mendapatkan fasilitas yang besar untuk kepentingan pendidikannya. (Jamil Ahmad:1996:290) ketika ia masih berumur enam belas tahun, ia menuju ke Inggris atas nasihat teman ayahnya untuk belajar ilmu hukum pada tahun 1892. selanjutnya kembali ke India pada tahun 1896, dan mulai praktik advokat di Bombay. (H.A Mukti Ali:1998:190)
Pada awal karirnya dibidang hukum, Jinnah banyak mengalami beberapa tahun yang sangat sulit. (Ibid,) namun karena kecemerlangan otaknya ia memperoleh jangkauan yang lebih luas bagi keahlianya dengan melakukan kontak dengan para intelektual India yang pada akhirnya membentuk pandangan- pandangan politiknya yang anti penjajah atau anti Inggris. Dengan demikian ia menentukan pilihannya untuk aktif dalam partai kongres India dan menjauhi liga muslim yang dipandangnya pro Inggris.( Harun Nasution: 1996: 195)
Karir politik Muhammad Ali dimulainya sejak tahun 1906 setelah ia menghadiri sidang All India National Congress di Calcutta. (H.A Mukti Ali: 1998:191) ketika itu ia terpilih sebagai sekertaris pribadi Peresiden Dadabhay Naoroji yang amat terkenal itu.
Tampaknya Jinnah sangat mendukung dan berpegang teguh kepada All India National Congress. Hal ini tampak ketika ia menyatakan diri “bangga tergolong” pada partai kongres. Namun ketika ia diangkat menjadi anggota dewan legislative kerajaan, ia mendukung pengesahaan undang-undang wakaf yang membawanya dekat dengan pemimpin-pemimpin Muslim. (Ibid) Jinnah juga bergabung dengan liga Muslim namun masih menolak untuk didaftar menjadi anggota karena menurutnya tujuan organisasi tersebut tidak cukup tinggi. Namun setelah anggaran dasar organisasi ini berubah, yaitu berusaha untuk memperoleh “suatu bentuk pemerintahan yang cocok” sebagai tujuannya barulah ia bergabung dengan liga muslim. (Ibid)
Pada tahun 1913 ia diangkat menjadi Presiden liga Muslim.(Harun Nasution: 1996: 195). Dengan demikian, sangat memungkinkan baginya memainkan peran aktif dalam semua kegiatan politik dan mewujudkan cita-citanya bagi pemerintahan sendiri di India yang merupaka persatuan Hindu-Muslim, di bawah kepemimpinan Jinnah, liga muslim menjadi gerakan rakyat yang kuat.
Dengan kepemimpinanya di liga muslim semakin muncul kepermukaan, melalui sidang di Lahore yang dipimnpin langsung oleh Ali jinnah, berhasil dicetuskan resolisi yang terkenal dengan”resolusi Lahore “ atau “resolusi Pakistan”. Salah seorang pelopornya ialah Maulvi Fazlu Haque digelari Singa Bangli. Resolusi berbunyi: umat Islam India merupakan suatu bangsa umat Islam harus mempunyai tanah air sendiri yang terpisah dari umat Hindu dan tidak akan menerima konstitusi yang tidak menyebutkan tuntutan dasar ini. (Ensiklopedi Islam : Ichtiar Baru:1994 : 322 ).
Namun cita-cita yang mulia itu tidak dapat diwujudkan pada waktu itu, karena dia meninggalkkan India menuju London. Setelah mengalami kekecewaan dan kekasalan atas kegagalan politiknya pada konverensi meja bundar antara pemerintah Inggris dengan wakil-wakil dari partai politik India. Ide dan perjuangannya untuk terbentuknya persatuan Hindu Islam merdeka di tolak, terutama pemimpin partai kongres yang menghendaki penghapusan eksistensi Islam dalam peran politik. (Harun Nasution:1996:196 ). Dengan demikian ia mengundurkan diri dari politik praktis dan kembali pada profesi semula.
Antara 1928 – 1935 dapat dianggap sebagai periode belantara politik bagi Jinnah, sangat muak terhadap politik sejumlah politisi India, Jinnah menetap di Inggris dan berpraktek sebagai pengacara swasta. Tetapi meninggalnya Maulana Muhammad Ali, kaum muslimin India ditinggalkan tanpa ada pimpinan yang efektif, sehingga Jinnah di bujuk kembali ke India pada tahun 1935. (Jamil Ahmad : 1996 : 295 ).
Dengan kepemimpinannya itu umat Islam berhasil memperoleh kemerdekaannya sebagai Negara Pakistan. Peresmiannya dilakukan pada tanggal 15 agustus 1947 yang di dahului dengan di bukannya secara resmi dewan konstitusi Pakistan. Apa yang dia dambangkan terwujud dalam kenyataan, sebelum ia wafat tanggal 11 september 1948 dalam usia 72 tahun. Ia sempat memimpin Negara Pakistan selama satu tahun. (Abul Hasan Ali al-nadwi : 1976 :121)
Peran Muhammada Ali Jinnah dalam Pembentukan Pakistan
Setelah bulan maret 1990 jalan perjuangan ali jinnah mulai jelas. Liga muslim telah memutuskan berdirinya Negara Pakistan sebagai tujuannya, dan ia berjuang untuk mencapainya dengan segala kegigihan dalam tujuan dan kesatuan dalam pikiran, yang dengan itu beberapa tahun sebelumya ia pernah memperjuangkan impiannya untuk memperoleh parsatuan hindu-muslim. Semua usahanya sejak waktu itu, wawancarannya, pidatonya, perundiannya, gerakan strategisnya, diilhami oleh suatu cita-cita untuak menegakkan Pakistan. (H. A mukti ali : 1998 : 211 )
Tokoh pembaharu India, semisal Sayyed Ahmad Khan dengan idenya tentang ilmu pengetahuan, Sayyed Amir Ali dengan idenya bahwa Islam tidak menentang kemajuan modern, dan Iqbal dengan idenya dinamikanya yang sangat membantu cita-cita ummat Islam India dalam membentuk Negara tersendiri. Untuk membentuk masyarakat tersendiri tersebut, Ali Jinnah lah yang berusaha untuk mewujudkannya, (Harun Nasution: 1996: 200)
Pembentukan Negara tersendiri bagi ummat Islam di India adalah suatu hal yang wajar. Setelah jatuihnya kerajaan Mughal, terutama sekali kaum Muslimin merasa amat perihatin tentang hal-hal mereka dalam suatu Negara India yang demikian luasnya. (John L.Esposito:1986:217) meskipun pada mulanya Muhammad Ali Jinnah dan liga mislimnya mula-mula berusaha untuk bekerja sama dengan partai kongres dan para pemimpinnya, namun pada tahun 1940 Jinnah bicara tentang dua bangsa di India.
Perubahan sikap Jinnah tersebut muncul ketika timbul pemahaman yang sesungguhnya bahwa orang Hindu dan Muslim akan dapat menciptakan ansional bersama Jinnah menilai bahwa pandangan seperti itu hanyalah suatu mimpi. (H.A Mukti Ali:1998:199). Muhammad Ali Jinnah menilai, bahwa orang Hindu dan Muslim termasuk dalam dua falsafah agama, adapt kebiasaan sosialdan kesusatraan yang berbeda yang mereka tidak pernah saling mengawini dan makan bersama-sama.
Meskipun gagasan pendirian Negara Pakistan masih mendapat penolakan dari pemimpin agama untuk mendukung liga dalam pendirian Negara itu dan menyatakan bahwa nasionalisme dan Islam berlawanan, alasan ketidak sukaan mereka terhadap nasionalisme bermacam-macam, dipengaruhi anti Eropanismepolitik local, serta kepercayaan agama, nasionalisme dianggap sebagai konsep Barat yang partikularisme sempitnya bertentagan dengan nasonalisme Islam. (John L.Esposito:1994:79)
Namun demikian, Jinnah pun menyadari bahwa untuk mempersatuakan dua pandangan yang berbeda antara golongan Islam dan Hindu amatlah sulit. Meskipun Jinnah sangat menentang pendapat Gandhi tentang nasionalisme India yang didalamnya ummat Islam dan Hindu bergabung menjadi suatu bangsa. (Harun Nasution:1996:195) demikian pula ungkapan presidennya yang congkak yang mengatakan, hanya ada dua “partai” di India, kongres dan pemerintah Inggris. Jinnah membalas dengan menyatakan, ada partai ketiga, liga muslim. (Jamil Ahmad:295)
Keberhasilan Ali Jinnah membidani kelahiran Negara Pakistan sebagai Negara ummat Islam bermula dari langkah awal dengan pemikiran pembaharuan seorang tokoh Syah waliullah pada abad ke-18, dikembangkan ileh Sayyed Ahmad Khan dan tokoh gerakan Aligarh pada abad ke-19 dan abad ke-20 dipadu oleh pemikiran-pemikiran Amir Ali, Muhammad Iqbal dll, yang bermuara pada perjuangan ummat Islam yang semakin kuat dibawah pimpinan Ali Jinnah yang berusaha mengelaborasidan mengaplikasikan gagasan Iqbaltersebut kedalam realitas praktis, hingga terwujud cita-cita Negara Pakistan yang mereka dambakan. (Ensiklopedi Islam: Ichtiar Baru: 1994: 322).
Kesimpulan
Ali Jinnah terkenal sebagai seorang tokoh Islam yang dinamis, kreatif dan bekerja tak kenal lelah, hal ini terbukti ketika melihat berbagai usaha yang dilakukannya, khususnya dalam bidang politik.
Dalam mengusahakan pembentukan Negara Pakistan, hal pertama dilakukan oleh Jinnah adalah melepaskan India dari tangan penjajah. Menurutnya, kemerdekaan India harus diupayakan bersama oleh masyarakat India baik Hindu maupun Muslim.
Pendirian Jinnah tersebut tidak menampakkan peluang keberhasilan, sehingga ia mengubah pendiriannya dengan menyatakan bahwa ummat Islam harus mempunyai Negara sendiri, terpisah dari ummat Hindu.
Pada akhirnya terbentuklah Negara Pakistan pada tanggal 15 Agustus 1947 yang dinakhodai oleh Jinnah sebagai Gubernur Jenderal (al-Qaid al-A’dzam) sebelum ia wafat dalam usia 72 tahun (11-9-1948).
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, Jamil. Seratus muslim terkemuka (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1996)
Ali, Mukti. Alam Alam Pikiran IslamModern di India dan Pakistan (Bandung: Mizan, 1998.
Ensiklopedi Islam (Jakarta: PT. Ichtiar Baru, 1994)
Esposito, John.L. Identitas Islam pada Perubahan Sosial-Politik (Jakarta: Bulan Bintang, 1986)
____________, Ancaman Islam Mitos atau Realitas ? (Bandung: Mizan, 1994)
al-Nadwi, Abul Hasan Ali. Muslim In India (India: Academy of Islam Research Publication, 1976)
Nasution, Harun. Pembaharuan Dalam Islam, Sejarah Pemikiran dan Gerakan (Jakarta: Bulan Bintang, 1996)
_________, Pembaharruan Dalam Islam (Jakarta: Bulan Bintang, 1994)
Very good article. I am experiencing a few of these issues as well..
BalasHapus