10 Juni, 2019
04 Juni, 2019
Juni 04, 2019
MG-DK
Bahasa Arab
No comments
Panitia Hari Besar Islam (PHBI) Kota Bima bekerjasa dengan Pengurus Masjid Kesultanan Salahuddin (ASI) mengadakan Shalat Ied Fitri di Lapangan Serasuba (Lapangan Merdeka).
Yang bertindak selaku Khatib pada sholat idul fitri 1 Syawwal 1440 H atau bertepatan dengan 5 Juni 2019 M adalah Dr. Abdul Munir, M.Pd.I. dan Imam adalah Ust. Budiman Hasan, S.Pd.I. merupakan Qori' Internasional yang meraih juara 1 di Bangkok Thailand tahun 2017 lalu. Sementara Khatib merupakan Doktor alumni UIN Alauddin Makassar dengan keahlian Bahasa Arab, sebelumnya mondok di Pesantren IMMIM Putra Makassar yang merupakan murid dari KH. Mustafa Nuri, LAS dan Prof. Azhar Arsyad, MA. Saat ini Doktor Munir merupakan Ketua Prodi Pendidikan Bahasa Arab di Institut Agama Islam (IAI) Muhammadiyah Bima.
Adapun tema yang diangkat oleh khatib adalah nilai budaya Bima "Katupa Taho Sama Tewe Sama Lemba" yang dipadukan dengan pesan Ramadhan usai Pemilu 2019.
Yang bertindak selaku Khatib pada sholat idul fitri 1 Syawwal 1440 H atau bertepatan dengan 5 Juni 2019 M adalah Dr. Abdul Munir, M.Pd.I. dan Imam adalah Ust. Budiman Hasan, S.Pd.I. merupakan Qori' Internasional yang meraih juara 1 di Bangkok Thailand tahun 2017 lalu. Sementara Khatib merupakan Doktor alumni UIN Alauddin Makassar dengan keahlian Bahasa Arab, sebelumnya mondok di Pesantren IMMIM Putra Makassar yang merupakan murid dari KH. Mustafa Nuri, LAS dan Prof. Azhar Arsyad, MA. Saat ini Doktor Munir merupakan Ketua Prodi Pendidikan Bahasa Arab di Institut Agama Islam (IAI) Muhammadiyah Bima.
Adapun tema yang diangkat oleh khatib adalah nilai budaya Bima "Katupa Taho Sama Tewe Sama Lemba" yang dipadukan dengan pesan Ramadhan usai Pemilu 2019.
26 Desember, 2017
Desember 26, 2017
MG-DK
Bahasa Arab
No comments
Pada Bahasa Indonesia kita mengenal istilah "Kata" dan "kalimat". Di dalam bahasa Inggris "kata" disebut word dan kalimat disebut sentense. Sementara dalam bahasa Arab "kata" disebut kalimah (الكلمة), sedangkan "kalimat" disebut jumlah (الجملة).
Ingat, bahwa "kata" dalam bahasa Indonesia adalah kalimah dalam bahasa Arabnya, dan "kalimat" dalam bahasa Indonesia adalah jumlah dalam bahasa Arab.
Kata atau al-kalimah dalam bahasa Arab terbagi atas 3 bagian, yaitu: الإسم, الفعل, dan حرف.
penjelasan lebih lengkap dapat ditonton pada video-video berikut terbagi atas 4 video.
الكلمة (1)
الكلمة (2)
الكلمة (3)
الكلمة (4)
16 Juni, 2016
Juni 16, 2016
MG-DK
Proposal Disertasi
No comments
Sejak awal tahun 2010, tepatnya pada tanggal 14 Januari 2010, pemerintah mencanangkan program “Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa” sebagai gerakan nasional. Pembangunan karakter yang merupakan upaya perwujudan amanat Pancasila dan Pembukaan UUD 1945 dilatarbelakangi oleh beragamnya permasalahan kebangsaan yang berkembang saat ini, seperti: disorientasi dan belum dihayatinya nilai-nilai Pancasila; keterbatasan perangkat kebijakan terpadu dalam mewujudkan nilai-nilai Pancasila; bergesernya nilai etika dalam kehidupan berbangsa dan bernegara; memudarnya kesadaran terhadap nilai- nilai budaya bangsa; ancaman disintegrasi bangsa; dan melemahnya kemandirian bangsa.
Permasalahan dekadensi moral di atas terjadi juga pada kalangan remaja khususnya pelajar di Kabupaten Bima sebagai bagian generasi muda Indonesia. Perilaku menabrak etika, moral dan hukum dari yang ringan sampai yang berat masih kerap diperlihatkan oleh pelajar. Kebiasaan ‘menyontek‘ pada saat ulangan atau ujian masih dilakukan. Hal lain yang menggejala adalah berbentuk kenakalan remaja berupa tawuran antarpelajar, pergaulan bebas, penyalahgunaan narkoba, pemalakan, bahkan penganiayaan. Semua perilaku negatif di kalangan pelajar tersebut di atas, jelas menunjukkan kerapuhan karakter yang cukup parah yang salah satunya disebabkan oleh tidak optimalnya pengembangan karakter di lembaga pendidikan di samping karena kondisi lingkungan yang tidak mendukung.
Uraian di atas menunjukkan bahwa terdapat dua hal yang menjadi penentu dalam proses pembentukan karakter bagi remaja, yaitu terfokus pada lembaga pendidikan dan lingkungan di luar lembaga pendidikan. Pembentukan karakter masyarakat Bima perlu digiatkan melalui pendidikan Islam dalam masyarakat mengingat bahwa masyarakat Bima sebagian besar adalah pemeluk Agama Islam. Selain itu saat ini kegiatan keagamaan dalam masyarakat Bima hanya sebatas pada kegiatan bacaan al-Qur’an melalui Taman Bacaan al-Qur’an (TBQ) tanpa melalui pendidikan agama dalam masyarakat secara sistematis.
Optimalisasi pendidikan Islam di masyarakat perlu dilakukan melalui pengintegrasian nilai-nilai luhur dalam masyarakat yang merupakan karakteristik khas dari masyarakat tersebut. Dalam konteks pendidikan di Daerah Bima, maka perlu diupayakan bentuk pendidikan Islam berbasis budaya Bima, dalam hal ini nilai-nilai luhur Daerah Bima. Pengintegrasian pola pelaksanaan pendidikan Islam secara nonformal di masyarakat dengan muatan nilai-nilai luhur daerah dipandang sebagai jembatan penghubung pendidikan sekolah dan pendidikan kemasyarakatan, di samping dalam rangka pelestarian budaya luhur daerah sebagai bagian budaya nusantara.
Selengkapnya...
Slide Power point... Slide Power Point
Permasalahan dekadensi moral di atas terjadi juga pada kalangan remaja khususnya pelajar di Kabupaten Bima sebagai bagian generasi muda Indonesia. Perilaku menabrak etika, moral dan hukum dari yang ringan sampai yang berat masih kerap diperlihatkan oleh pelajar. Kebiasaan ‘menyontek‘ pada saat ulangan atau ujian masih dilakukan. Hal lain yang menggejala adalah berbentuk kenakalan remaja berupa tawuran antarpelajar, pergaulan bebas, penyalahgunaan narkoba, pemalakan, bahkan penganiayaan. Semua perilaku negatif di kalangan pelajar tersebut di atas, jelas menunjukkan kerapuhan karakter yang cukup parah yang salah satunya disebabkan oleh tidak optimalnya pengembangan karakter di lembaga pendidikan di samping karena kondisi lingkungan yang tidak mendukung.
Uraian di atas menunjukkan bahwa terdapat dua hal yang menjadi penentu dalam proses pembentukan karakter bagi remaja, yaitu terfokus pada lembaga pendidikan dan lingkungan di luar lembaga pendidikan. Pembentukan karakter masyarakat Bima perlu digiatkan melalui pendidikan Islam dalam masyarakat mengingat bahwa masyarakat Bima sebagian besar adalah pemeluk Agama Islam. Selain itu saat ini kegiatan keagamaan dalam masyarakat Bima hanya sebatas pada kegiatan bacaan al-Qur’an melalui Taman Bacaan al-Qur’an (TBQ) tanpa melalui pendidikan agama dalam masyarakat secara sistematis.
Optimalisasi pendidikan Islam di masyarakat perlu dilakukan melalui pengintegrasian nilai-nilai luhur dalam masyarakat yang merupakan karakteristik khas dari masyarakat tersebut. Dalam konteks pendidikan di Daerah Bima, maka perlu diupayakan bentuk pendidikan Islam berbasis budaya Bima, dalam hal ini nilai-nilai luhur Daerah Bima. Pengintegrasian pola pelaksanaan pendidikan Islam secara nonformal di masyarakat dengan muatan nilai-nilai luhur daerah dipandang sebagai jembatan penghubung pendidikan sekolah dan pendidikan kemasyarakatan, di samping dalam rangka pelestarian budaya luhur daerah sebagai bagian budaya nusantara.
Selengkapnya...
Slide Power point... Slide Power Point
17 April, 2016
April 17, 2016
MG-DK
Khutbah
No comments
Ketika anda ditanya oleh seseorang, sudahkah anda beriman? ataukah masing-masing diri kita bertanya pada diri sendiri benarkan saya ini telah berimana?
Tentunya kita akan menjawab, iyalah... saya beriman kepada Allah, Malaikat, Rasul, Kitab dan Hari kemudian. Pertanyaannya kemuadian adalah apakah sudah sesuai dengan yang dikehendaki Allah? jangan sampai kita hanya ngaku-ngaku saja sebagai orang beriman namun pada hakikatnya sama sekali belum beriman sesuai standar yang diinginkan Allah dan Rasul. Kenapa? ...
Di dalam Al-Qur'an Surah Al-Anfal ayat 2, Allah menjelaskan bahwa ciri-ciri orang beriman itu adalah pertama, ketika disebutkan nama Allah maka bergetarlah hatinya, kedua apabila dibacakan ayat-ayat Allah maka semakin bertambah keimanannya, yang ketiga adalah hanya kepada Allah sajalah dia itu serahkan segala urusannya. Ciri-ciri di atas dapat terwujud dengan cara kita senantiasa mendirikan shalat dan berinfak sebagian dari harta kita. sehingga Allah mengklaim mereka itulah sebenar-benarnya orang beriman, diluar dari itu hanyalah ngaku-ngaku saja.
Oleh: Abdul Munir, S.Pd.I., M.Pd.I.
Disampaikan pada Khutbah Jum'at di Masjid Babuttaqwa Kompleks BTN. Mangga Tiga Permai Daya Makassar.
Tentunya kita akan menjawab, iyalah... saya beriman kepada Allah, Malaikat, Rasul, Kitab dan Hari kemudian. Pertanyaannya kemuadian adalah apakah sudah sesuai dengan yang dikehendaki Allah? jangan sampai kita hanya ngaku-ngaku saja sebagai orang beriman namun pada hakikatnya sama sekali belum beriman sesuai standar yang diinginkan Allah dan Rasul. Kenapa? ...
Di dalam Al-Qur'an Surah Al-Anfal ayat 2, Allah menjelaskan bahwa ciri-ciri orang beriman itu adalah pertama, ketika disebutkan nama Allah maka bergetarlah hatinya, kedua apabila dibacakan ayat-ayat Allah maka semakin bertambah keimanannya, yang ketiga adalah hanya kepada Allah sajalah dia itu serahkan segala urusannya. Ciri-ciri di atas dapat terwujud dengan cara kita senantiasa mendirikan shalat dan berinfak sebagian dari harta kita. sehingga Allah mengklaim mereka itulah sebenar-benarnya orang beriman, diluar dari itu hanyalah ngaku-ngaku saja.
Oleh: Abdul Munir, S.Pd.I., M.Pd.I.
Disampaikan pada Khutbah Jum'at di Masjid Babuttaqwa Kompleks BTN. Mangga Tiga Permai Daya Makassar.
14 April, 2015
April 14, 2015
MG-DK
Bahasa Arab
No comments
Hiwar : Gunung Tambora
Oleh : Mahasiswa PBA STAI Muhammadiyah Bima
Oleh : Mahasiswa PBA STAI Muhammadiyah Bima
أحمد : السلام عليكم
إمام : وعليكم
السلام
أحمد : عَلَى فِكْرَةٍ،
أَزُرْتَ جَبَلَ تَانْبُوْرَا؟
إمام : لَا، لَمْ اَزُرْهَا
وَلكِنْ اُرِيْدُ اَنْ اَذْهَبَ مَعَ اُسْرَتِى أُسْبُوْعِ الآتى، وَ اَنْتَ؟
أحمد : زُرْتُ جَبَلَ
تَانْبُوْرَا مَرَّتَانِ
إمام : هَلْ تَسْتَطِيْعُ
اَنْ تَقُصَّ لِى عَنْ تَانْبُوْرَا!
أحمد : نَعَمْ، إِنَّهَا
تَانْبُوْرَا هِيَ إِسْم الْجَبَلِ وَ إِسْم الْقَرْيَةِ اَيْضًا
إمام : إِسْتَمِرْ
يَا أَخِى
أحمد : إِنْفَجَرَجَبَلُ
تَانْبُوْرَا فِى التَّارِيْخِ ١ ١ الشَّهْرِ أَبْرِيْل السَّنَةِ ١٨١٥ اَوْ قَرْنَيْنِ
المَاضِى وَيَقْضِى اِلَى تَغْيِيْرِ الْمَنَاخِ قَارَةِ اَمْرِيْكَا وَ اَوْرُوْبَا،
وَأَزَالَتِ الْمَمَالِكُ حَوْلَ جَبَلِ تَانْبُوْرَا مِنْهَا سَانْغَر وَ تَانْبُوْرَا
وَ فِيْكَات
إِنْفَجَرَ – يَنْفَجِرُ : meletus
قَصَّ – يَقُصُّ : bercerita
يَقْضِى اِلَى : berakibat
19 Oktober, 2014
Oktober 19, 2014
MG-DK
Bahasa Arab
No comments
Pada Ilmu Sharaf (Bahasa Arab) ada beberapa istilah yang digunakan demi memudahkan siswa/orang yang belajar sharaf. Istilah-istilah tersebut antara lain:
1.Wazan
Wazan artinya timbangan, pola atau formulasi kata yang umumnya dengan menggunakan variasi komposisi huruf-huruf ف ,ع , dan ل.
Contoh:
Wazan dari kata كَتَبَadalahفَعَلَ
Wazan dari kata كَاتِبٌadalah فَاعِلٌ
Wazan dari kata اِنْـقَطَعَ adalahاِنْـفَعَلَ
2. Mauzun
Mauzun artinya kata yang ditimbang atau yang dicocokkan dengan wazannya. Seperti contoh pada poin 1 kata فَعَلَdisebut wazan sedangkan kata كَتَبَ disebut mauzun.
3. Huruf ‘illat
Huruf ‘Illat artinya huruf penyakit yaitu ا,و,danي.
4. Tashrif
Tashrif artinya mengubah bentuk dasar menjadi kata-kata turunan dengan mengikuti aturan dan pola tertentu sehingga dihasilkan kata-kata baru dengan makna yang berbeda-beda.
5. Muqabalah
Muqabalah arti bahasanya adalah “saling berhadapan”. Yang dimaksud dengan muqabalah di sini adalah memperhadapkan atau membandingkan kata-kata dengan wazannya. Contoh, kata مَنَعَ dikatakan memiliki wazan فَعَلَ, karena huruf mim pada kataمَنَعَ setentang dengan huruf fa pada wazan فَعَلَ; huruf nun pada kata منَعَ setentang dengan huruf ‘ain pada wazan فَعَلَ ; dan huruf ‘ain pada kataمَنَعَ setentang dengan huruf lam pada wazanفَعَلَ.
Selanjutnya dikatakan bahwa:
Huruf pertama mim pada kata مَنَعَ disebut fa fi’il
Huruf kedua (nun) pada kata مَنَعَ disebut ‘ain fi’il, dan
Huruf ketiga ‘ain pada kata مَنَعَ ) disebut lam fi’il
Begitulah, setiap fi’il yang asalnya tiga huruf (fi’il tsulatsi) maka huruf pertamanya disebut fa fi’il, huruf keduanya disebut ‘ain fi’il, dan huruf ketiganya disebut lam fi’il.
Kalau fi’il tsulatsi itu bertambah hurufnya, seperti turunan dari kata مَنَعَ menjadi يَمْنَعُ , يَمْنَعُوْنَ , atau امْتَنَعَ , maka huruf yang bertambah itu tidak dihitung. Kita tetap mengatakan bahwa mim itu adalah fa fi’il, nun itu ‘ain fi’il, dan ‘ain itu
adalah lam fi’il. Selain dari huruf-huruf itu dikatakan za-idah (huruf tambahan).
Huruf-huruf tambahan yang menjadi imbuhan berjumlah sepuluh huruf, terhimpun dalam kalimat سَأَلْـتُـمُوْنِـيْهَا yaitu: [س], [أ], [ل], [ت], [م][و], [ن], [ي], [هـ], dan [ا].
Contoh :
kata مَمْنُوْعٌ tersusun dari lima huruf sehingga padanya terdapat dua huruf tambahan yaitu م pertama dan و
kata أَسْتَغْفِرُ tersusun dari enam huruf sehingga padanya terdapat tiga huruf tambahan yaitu أ, س, dan ت.
1.Wazan
Wazan artinya timbangan, pola atau formulasi kata yang umumnya dengan menggunakan variasi komposisi huruf-huruf ف ,ع , dan ل.
Contoh:
Wazan dari kata كَتَبَadalahفَعَلَ
Wazan dari kata كَاتِبٌadalah فَاعِلٌ
Wazan dari kata اِنْـقَطَعَ adalahاِنْـفَعَلَ
2. Mauzun
Mauzun artinya kata yang ditimbang atau yang dicocokkan dengan wazannya. Seperti contoh pada poin 1 kata فَعَلَdisebut wazan sedangkan kata كَتَبَ disebut mauzun.
3. Huruf ‘illat
Huruf ‘Illat artinya huruf penyakit yaitu ا,و,danي.
4. Tashrif
Tashrif artinya mengubah bentuk dasar menjadi kata-kata turunan dengan mengikuti aturan dan pola tertentu sehingga dihasilkan kata-kata baru dengan makna yang berbeda-beda.
5. Muqabalah
Muqabalah arti bahasanya adalah “saling berhadapan”. Yang dimaksud dengan muqabalah di sini adalah memperhadapkan atau membandingkan kata-kata dengan wazannya. Contoh, kata مَنَعَ dikatakan memiliki wazan فَعَلَ, karena huruf mim pada kataمَنَعَ setentang dengan huruf fa pada wazan فَعَلَ; huruf nun pada kata منَعَ setentang dengan huruf ‘ain pada wazan فَعَلَ ; dan huruf ‘ain pada kataمَنَعَ setentang dengan huruf lam pada wazanفَعَلَ.
Selanjutnya dikatakan bahwa:
Huruf pertama mim pada kata مَنَعَ disebut fa fi’il
Huruf kedua (nun) pada kata مَنَعَ disebut ‘ain fi’il, dan
Huruf ketiga ‘ain pada kata مَنَعَ ) disebut lam fi’il
Begitulah, setiap fi’il yang asalnya tiga huruf (fi’il tsulatsi) maka huruf pertamanya disebut fa fi’il, huruf keduanya disebut ‘ain fi’il, dan huruf ketiganya disebut lam fi’il.
Kalau fi’il tsulatsi itu bertambah hurufnya, seperti turunan dari kata مَنَعَ menjadi يَمْنَعُ , يَمْنَعُوْنَ , atau امْتَنَعَ , maka huruf yang bertambah itu tidak dihitung. Kita tetap mengatakan bahwa mim itu adalah fa fi’il, nun itu ‘ain fi’il, dan ‘ain itu
adalah lam fi’il. Selain dari huruf-huruf itu dikatakan za-idah (huruf tambahan).
Huruf-huruf tambahan yang menjadi imbuhan berjumlah sepuluh huruf, terhimpun dalam kalimat سَأَلْـتُـمُوْنِـيْهَا yaitu: [س], [أ], [ل], [ت], [م][و], [ن], [ي], [هـ], dan [ا].
Contoh :
kata مَمْنُوْعٌ tersusun dari lima huruf sehingga padanya terdapat dua huruf tambahan yaitu م pertama dan و
kata أَسْتَغْفِرُ tersusun dari enam huruf sehingga padanya terdapat tiga huruf tambahan yaitu أ, س, dan ت.
Langganan:
Postingan (Atom)