Dilihat dari segi bina’ dan i’rab-nya, isim terbagi kepada dua bahagian; yaitu: mabni dan mu’rab. Isim mabni adalah isim yang tidak berubah baris akhirnya, sekalipun ‘amil yang memasukinya berubah, dan ‘amil yang dimaksud dalam hal ini adalah ‘amil rafa’ nashab, dan jar.
Sementara isim mu’rab adalah isim yang berubah baris akhirnya disebabkan berubahnya ‘amil yang memasukinya. Isim mu’rab selanjutnya terbagi dua bahagian, yaitu: 1) mutahsarrif atau munawwan (dalam diberi/ber-tanwin), dan 2) gayru mutasharrif atau gayru munawwan (tidak dalam diberi/ber-tanwin).
Yang dimaksud dengan al-ism al-mutasharrif atau al-ism al-munawwan adalah isim yang di-rafa’ dengan dhammah, di-nashab dengan fathah, dan di-jar dengan kasrah serta dalam menerima harakat berupa tanwin (an, in atau un), sementara al-ism gayr al-mutasharrif yang menjadi fokus pembahasan ini adalah isim yang di-rafa’ dengan dhammah, dan di-nashab dan di-jar dengan fathah, serta tidak boleh diberi baris tanwin. Atau dengan kata isim yang mamnu’ min al-sharf adalah isim yang tidak menerima baris kasrah, sementara isim yang gayr munawwan adalah isim yang tidak menerima tanwin.
Adapun isim yang termasuk dalam kategori al-mamnu’ min al-sharf menurut Sulayman Fayyadh ada lima sebagaimana dikemukakan berikut ini:
isim ‘alam yang tunggal, dengan syarat:
Yang diakhiri dengan alif dan nun yang keduanya merupakan tambahan dan keduanya memungkinkan untuk dibuang.
yang setimbang dengan wazan fi’il.
Semua yang disebutkan terakhir adalah wazan-wazan (timbangan-timbangan yang khusus untuk fi’il (kata kerja). Adapun jika wazan itu bersekutu padanya untuk fi’il dan isim, seperti kata حَسَنٌ dan جَعْفَرٌ , maka tidak termasuk dalam kategori mamnu’ min al-sharfi, demikian pula halnya dengan wazan-wazan yang khusus dengan isim, seperti سليم dan فؤاد.
yang tersusun dengan tarkib mazjiy
yang mu’annats dari segi lafal dan makna
Manakala isim itu mu’annats dari segi makna dan terdiri dari tiga huruf dimana huruf tengahnya mati atau berbaris sukun seperti kata هِنْدٌ, boleh padanya al-sharfu dan al-man’u, artinya kita dapat mengatakan:
Namun jika isim itu mu’anats yang terdiri dari tiga huruf dan ditengahnya berbaris sukun, akan tetapi dia a’jamiy (bukan ‘Arab), wajib baginya al-man’u (mamnu’ min al-sharfi), seperti kata بلح, maka kita mengatakan:
isim ‘alam dan ‘ajam yang lebih dari tiga huruf.
Jika isim itu adalah isim ‘alam yang mufrad lagi a’jamiy (non Arab), terdiri dari tiga huruf dimana huruf tengahnya berbaris sukun, maka wajib baginya al-shafru seperti:
Tidak termasuk mamnu’ min al-sharfi seperti kata أَرْبَعٌ dan أَرْنَبٌ karena keduanya adalah isim, bukan shifat.
Apabila shigat (bentuk) مفاعل ditutup atau diakhiri dengan ta’, seperti تلامذة dan اساتذة , statusnya menjadi منصرفة, seperti : تعلمت على أيد أساتذة كثيرين dan نظرت إلى تلامذةٍ مجتهدين , dan jika shigat مفاعل nya منقوصة , pada kondisi rafa’ dan jar-nya cukup dengan membuang ya’ di akhir-nya disertai tanwin, seperti: جاءت جوارٍ dan مررت بجوار.
Baca selengkapnya dalam versi PDF.