11 Juli, 2025

Menjadi Tetangga yang Baik

Menjadi Tetangga yang Baik
Dr. Abdul Munir, M.Pd.I 
(Penyuluh Agama Islam Kab. Bima)

Islam merupakan agama yang sangat menekankan hubungan sosial yang harmonis. Salah satu relasi sosial yang mendapat perhatian besar dalam ajaran Islam adalah hubungan dengan tetangga. Menjadi tetangga yang baik bukan hanya sebuah nilai moral, melainkan bagian dari keimanan dan ketaatan kepada Allah .

 

Allah berfirman dalam Surah An-Nisā’ ayat 36:

وَاعْبُدُوا اللَّهَ وَلَا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا ۖ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا وَبِذِي الْقُرْبَىٰ وَالْيَتَامَىٰ وَالْمَسَاكِينِ وَالْجَارِ ذِي الْقُرْبَىٰ وَالْجَارِ الْجُنُبِ...

Artinya:
"Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh..."
(QS. An-Nisā’: 36)

Ayat ini menegaskan pentingnya berbuat baik kepada tetangga, baik yang dekat maupun yang jauh, sebagai bagian dari kesalehan sosial.

 

Rasulullah bersabda:

مَا زَالَ جِبْرِيلُ يُوصِينِي بِالْجَارِ حَتَّى ظَنَنْتُ أَنَّهُ سَيُوَرِّثُهُ

Artinya:
"Jibril terus-menerus berwasiat kepadaku agar berbuat baik kepada tetangga, sampai-sampai aku mengira bahwa ia akan menjadikannya sebagai ahli waris."
(HR. al-Bukhārī no. 6014 dan Muslim no. 2624)

Hadis ini menunjukkan bahwa perhatian terhadap tetangga bukan sekadar anjuran, melainkan hampir setara kedudukannya dengan hak waris karena begitu pentingnya menjaga hubungan dengan mereka.

 

Adab Menjadi Tetangga yang Baik

Dalam Islam, berikut adalah beberapa bentuk sikap baik kepada tetangga:

  1. Tidak mengganggu atau menyakiti tetangga.
    Rasulullah bersabda:

وَاللَّهِ لَا يُؤْمِنُ، وَاللَّهِ لَا يُؤْمِنُ، وَاللَّهِ لَا يُؤْمِنُ، قِيلَ: مَنْ يَا رَسُولَ اللَّهِ؟ قَالَ: الَّذِي لَا يَأْمَنُ جَارُهُ بَوَائِقَهُ

“Demi Allah, tidak beriman! Demi Allah, tidak beriman! Demi Allah, tidak beriman!” Ditanyakan kepada beliau, “Siapa, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab: “Orang yang tetangganya tidak aman dari gangguannya.”
(HR. al-Bukhārī no. 6016)

  1. Membantu dan menolong tetangga saat kesusahan.
  2. Membagi makanan atau hadiah kecil kepada tetangga.
  3. Menjaga privasi dan rahasia tetangga.
  4. Mengucapkan salam dan menjalin komunikasi yang baik.

 

Dampak Sosial Menjadi Tetangga yang Baik

  • Mewujudkan masyarakat yang damai dan saling mendukung.
  • Meningkatkan rasa ukhuwah Islamiyah dan kepercayaan sosial.
  • Menjadi cerminan akhlak Muslim yang sejati dalam kehidupan sehari-hari.

 

Menjadi tetangga yang baik bukan hanya mempererat hubungan sosial, tapi juga merupakan cerminan dari keimanan. Rasulullah menjadikan baik kepada tetangga sebagai tanda iman seseorang. Maka dari itu, setiap Muslim hendaknya menjaga hubungan harmonis, tidak menyakiti, dan senantiasa menebar kebaikan di lingkungan tempat tinggalnya.

 

Referensi & Catatan Kaki

  1. Al-Qur’an al-Karīm, Surah An-Nisā’: 36
  2. Ṣaḥīḥ al-Bukhārī, Kitāb al-Adab, no. 6014 dan 6016
  3. Ṣaḥīḥ Muslim, Kitāb al-Birr wa al-Ṣilah, no. 2624
  4. Al-Ghazālī, Iḥyā’ ‘Ulūm al-Dīn, Bab Adab Bertetangga
  5. Al-Nawawī, Riyāḍ al-Ṣāliḥīn, Bab Hak Tetangga

 


10 Juli, 2025

Berbakti kepada Orang Tua

Berbakti kepada orang tua merupakan salah satu ajaran utama dalam Islam. Posisi dan kedudukan orang tua begitu mulia hingga Allah menyandingkan perintah berbakti kepada mereka dengan perintah untuk menyembah-Nya. Ini menunjukkan betapa pentingnya berbuat baik, menghormati, dan merawat kedua orang tua selama mereka hidup, bahkan setelah mereka wafat.

Perintah Berbakti dalam Al-Qur’an

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

وَقَضَىٰ رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا
“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik kepada ibu bapakmu…”
(QS. Al-Isra: 23)

Ayat ini memperlihatkan bahwa kebaikan kepada orang tua (birrul walidain) adalah kewajiban besar yang datang setelah tauhid, menjadikannya bagian dari fondasi akhlak seorang Muslim.

Hadits tentang Berbakti kepada Orang Tua

Rasulullah bersabda:

رِضَا اللَّهِ فِي رِضَا الْوَالِدِ، وَسَخَطُ اللَّهِ فِي سَخَطِ الْوَالِدِ
“Ridha Allah tergantung kepada ridha orang tua, dan murka Allah tergantung kepada murka orang tua.”
(HR. Tirmidzi)

Hadits ini menegaskan bahwa ridha Allah tidak akan tercapai tanpa ridha orang tua. Maka, siapa pun yang ingin hidupnya diberkahi dan doanya dikabulkan, ia harus berbakti kepada kedua orang tua dengan sepenuh hati.

Bentuk-Bentuk Berbakti

Berbakti kepada orang tua bisa dilakukan dengan banyak cara, antara lain:

  1. Berbicara dengan lembut dan sopan, tidak membentak atau mengeluh.
  2. Membantu kebutuhan mereka, baik dalam hal fisik, finansial, maupun emosional.
  3. Mendoakan mereka, terutama jika sudah wafat:

رَّبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيرًا
"Ya Tuhanku, sayangilah keduanya sebagaimana mereka menyayangiku di waktu kecil."
(QS. Al-Isra: 24)

  1. Menghindari hal yang mereka benci, selama tidak melanggar syariat.
  2. Memuliakan sahabat-sahabat mereka setelah mereka wafat, sebagai bentuk penghormatan.

 

Berbakti Tidak Terbatas oleh Waktu

Berbakti kepada orang tua tidak hanya saat mereka hidup, tapi juga setelah wafat. Kita tetap bisa berbakti dengan mendoakan, bersedekah atas nama mereka, dan menjaga silaturahmi dengan kerabat dan sahabat mereka.

 

Berbakti kepada kedua orang tua adalah jalan mulia yang membawa kita kepada keberkahan hidup dan ridha Allah SWT. Dalam kehidupan yang serba sibuk ini, jangan pernah lupakan orang tua. Luangkan waktu, tenaga, dan doa untuk mereka, karena keridhaan mereka adalah kunci keberhasilan kita di dunia dan akhirat.

من سرَّه أن يُبسط له في رزقه، ويُنسأ له في أثره، فليصل رحمه

"Siapa yang ingin dipanjangkan umurnya dan diluaskan rezekinya, maka hendaklah ia menyambung silaturahmi."
(HR. Bukhari dan Muslim)

 


09 Juli, 2025

Adab Berteman dalam Islam

Dalam Islam, pertemanan bukan sekadar hubungan sosial biasa. Persahabatan merupakan salah satu sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah dan meraih keberkahan dunia-akhirat. Seorang teman yang baik bisa menjadi penolong di dunia, penyejuk hati, dan bahkan pemberi syafaat di akhirat. Karena itu, Islam mengatur adab berteman agar setiap hubungan dibangun atas dasar takwa, cinta karena Allah, dan saling menasihati dalam kebaikan.

1. Memilih Teman yang Baik

Islam menganjurkan agar kita berteman dengan orang-orang saleh yang bertakwa. Rasulullah bersabda:

الْمَرْءُ عَلَى دِينِ خَلِيلِهِ، فَلْيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلُ
"Seseorang itu tergantung agama temannya, maka hendaklah salah seorang dari kalian memperhatikan dengan siapa ia berteman."
(HR. Abu Dawud no. 4833, Hasan Shahih)¹

Penjelasan: Teman yang buruk bisa menarik seseorang pada keburukan, sedangkan teman yang saleh akan mengajak kepada kebaikan.

2. Saling Mencintai karena Allah

Islam mengajarkan bahwa persahabatan terbaik adalah karena Allah, bukan karena kepentingan duniawi.

الْمُتَحَابُّونَ فِي اللَّهِ عَلَى مَنَابِرَ مِنْ نُورٍ، يَغْبِطُهُمُ النَّبِيُّوْنَ وَالشُّهَدَاءُ
"Orang-orang yang saling mencintai karena Allah akan berada di atas mimbar-mimbar dari cahaya, para nabi dan syuhada pun cemburu kepada mereka."
(HR. At-Tirmidzi no. 2390, Hasan Shahih)²

3. Tidak Menyakiti dan Saling Menjaga

Islam sangat menekankan agar seorang Muslim tidak menyakiti temannya, baik dengan lisan maupun perbuatan.

وَيْلٌ لِكُلِّ هُمَزَةٍ لُمَزَةٍ
"Celakalah bagi setiap pengumpat lagi pencela."
(QS. Al-Humazah: 1)³

Rasulullah juga bersabda:
الْمُسْلِمُ مَنْ سَلِمَ الْمُسْلِمُونَ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ
"Seorang Muslim adalah yang membuat Muslim lainnya selamat dari lisan dan tangannya."
(HR. al-Bukhari no. 10 dan Muslim no. 40)⁴

4. Menutupi Aib Teman

Islam mengajarkan untuk saling menutupi aib, bukan membuka atau menyebarkannya.

مَنْ سَتَرَ مُسْلِمًا سَتَرَهُ اللَّهُ فِي الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ
"Barang siapa menutupi aib seorang Muslim, Allah akan menutupi aibnya di dunia dan akhirat."
(HR. Muslim no. 2699)⁵

5. Saling Menasihati dan Mendoakan

Teman sejati tidak hanya menemani di saat senang, tapi juga saling menasihati dalam kebenaran dan kesabaran.

وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ
"Dan saling menasihati dalam kebenaran dan kesabaran."
(QS. Al-‘Ashr: 3)⁶

6. Menjaga Amanah dan Tidak Berkhianat

Dalam berteman, menjaga rahasia dan tidak mengkhianati adalah prinsip utama.

Rasulullah bersabda:
إِذَا حَدَّثَ الرَّجُلُ بِالْحَدِيثِ ثُمَّ الْتَفَتَ فَهِيَ أَمَانَةٌ
"Jika seseorang berbicara kemudian menoleh (untuk memastikan privasi), maka itu adalah amanah."
(HR. Abu Dawud no. 4868)⁷

Adab berteman dalam Islam bukan sekadar etika sosial, tapi bagian dari ibadah. Dengan menjaga pertemanan sesuai syariat, seseorang tidak hanya meraih ketenangan hidup, tetapi juga keridhaan Allah. Persahabatan yang dilandasi iman dan ketakwaan akan berbuah manis, bahkan hingga ke surga.

الْأَخِلَّاءُ يَوْمَئِذٍ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ إِلَّا الْمُتَّقِينَ
"Teman-teman akrab pada hari itu (kiamat) menjadi musuh satu sama lain, kecuali orang-orang yang bertakwa."
(QS. Az-Zukhruf: 67)⁸

Catatan Kaki (Referensi)

  1. Abu Dawud, Sunan Abi Dawud, no. 4833, Hasan Shahih menurut Al-Albani.
  2. At-Tirmidzi, Sunan At-Tirmidzi, no. 2390, dinilai hasan oleh Al-Albani.
  3. Al-Qur’an, Surah Al-Humazah: 1.
  4. Al-Bukhari, Shahih al-Bukhari, no. 10; Muslim, Shahih Muslim, no. 40.
  5. Muslim, Shahih Muslim, no. 2699.
  6. Al-Qur’an, Surah Al-‘Ashr: 3.
  7. Abu Dawud, Sunan Abi Dawud, no. 4868.
  8. Al-Qur’an, Surah Az-Zukhruf: 67.

 


08 Juli, 2025

Zakat: Membersihkan Harta dan Jiwa

Zakat merupakan salah satu rukun Islam yang memiliki peranan penting dalam membangun tatanan masyarakat yang adil dan sejahtera. Ia bukan sekadar kewajiban ritual, namun juga ibadah sosial yang menyentuh berbagai aspek kehidupan umat manusia. Dalam Al-Qur’an, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

خُذْ مِنْ أَمْوَالِهِمْ صَدَقَةً تُطَهِّرُهُمْ وَتُزَكِّيهِمْ بِهَا وَصَلِّ عَلَيْهِمْۗ إِنَّ صَلَاتَكَ سَكَنٌ لَّهُمْۗ وَاللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ

"Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan menyucikan mereka dan berdoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui."
(QS. At-Taubah: 103)

Ayat ini menegaskan bahwa zakat bukan hanya membersihkan harta, tetapi juga membersihkan jiwa pemberinya dari sifat kikir, rakus, dan cinta dunia.

 

Makna Zakat

Secara bahasa, zakat berarti bersih, suci, tumbuh, dan berkembang. Dalam konteks syariat, zakat berarti mengeluarkan sebagian harta tertentu yang telah memenuhi syarat kepada golongan yang berhak menerimanya (mustahik). Zakat bukanlah sedekah biasa, melainkan ibadah yang memiliki aturan dan nisab (batas minimal harta yang wajib dizakati).

 

Zakat sebagai Pembersih Harta

Harta yang kita miliki bukan semata-mata hasil kerja keras pribadi, melainkan juga karunia dari Allah. Dengan membayar zakat, kita mengakui bahwa dalam harta itu terdapat hak orang lain. Rasulullah bersabda:

مَا نَقَصَتْ صَدَقَةٌ مِنْ مَالٍ

“Tidaklah berkurang harta karena sedekah.”
(HR. Muslim)

Artinya, zakat tidak akan mengurangi kekayaan, justru menjadi sebab keberkahan dan pertumbuhan harta.

 

Zakat sebagai Pembersih Jiwa

Zakat juga mendidik hati manusia agar tidak terikat dengan dunia. Sifat egois, bakhil, dan tamak akan luluh dengan kebiasaan memberi. Jiwa menjadi lebih tenang karena sadar bahwa harta hanyalah titipan dan ujian. Zakat memperkuat solidaritas sosial dan menumbuhkan kasih sayang antar sesama.

 

Manfaat Sosial Zakat

  1. Mengurangi kesenjangan sosial.
    Orang kaya membantu orang miskin, sehingga tercipta keadilan ekonomi.
  2. Menghapus iri dan dengki.
    Mustahik yang merasa diperhatikan tidak akan memendam kebencian terhadap yang kaya.
  3. Mendorong pertumbuhan ekonomi.
    Zakat yang dikelola baik bisa menjadi modal usaha produktif bagi yang membutuhkan.

Zakat adalah sarana untuk menyucikan harta dan jiwa. Ia bukan sekadar kewajiban, tetapi jalan menuju kemuliaan dunia dan akhirat. Mari kita jaga kemurnian niat saat menunaikannya dan dorong lingkungan sekitar untuk turut berzakat sesuai tuntunan syariat.

وَأَقِيمُوا الصَّلَاةَ وَآتُوا الزَّكَاةَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ

“Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat, dan taatlah kepada Rasul, supaya kamu diberi rahmat.”
(QS. An-Nur: 56)

 


07 Juli, 2025

Mengenal Allah melalui Asmaul Husna

Mengenal Allah Melalui Asmaul Husna

Salah satu jalan utama untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT adalah dengan mengenal-Nya. Dalam Islam, pengenalan terhadap Allah tidak hanya melalui tanda-tanda kekuasaan-Nya di alam semesta, tetapi juga melalui nama-nama-Nya yang indah, yang disebut Asmaul Husna.

Apa Itu Asmaul Husna?

Asmaul Husna berarti “nama-nama Allah yang indah”. Allah memiliki 99 nama yang disebutkan dalam berbagai ayat Al-Qur’an dan hadis Nabi . Setiap nama mencerminkan salah satu sifat Allah yang sempurna, agung, dan layak untuk diibadahi.

Allah berfirman:
وَلِلَّهِ الْأَسْمَاءُ الْحُسْنَىٰ فَادْعُوهُ بِهَا ۖ وَذَرُوا الَّذِينَ يُلْحِدُونَ فِي أَسْمَائِهِ ۚ سَيُجْزَوْنَ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ

"Dan Allah memiliki Asmaul Husna, maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut Asmaul Husna itu..."
(QS. Al-A’raf: 180)

Tujuan Mengenal Asmaul Husna

  1. Meningkatkan keimanan:
    Semakin dalam kita memahami nama-nama Allah, semakin kuat keyakinan kita terhadap kekuasaan dan kasih sayang-Nya.
  2. Membangun hubungan spiritual:
    Menyebut nama-nama Allah dalam doa dan zikir akan membuat hati lebih dekat kepada-Nya.
  3. Meneladani sifat-sifat Allah (dalam batasan manusia):
    Misalnya, Allah adalah Ar-Rahman (Maha Pengasih), maka kita pun dianjurkan untuk menjadi pribadi yang penuh kasih.

 

Contoh Beberapa Asmaul Husna dan Maknanya

  1. Ar-Rahman (الرحمن) – Maha Pengasih
    Allah mencurahkan kasih sayang-Nya kepada seluruh makhluk tanpa terkecuali.
  2. Al-‘Alim (العليم) – Maha Mengetahui
    Allah mengetahui segala sesuatu, baik yang tampak maupun yang tersembunyi.
  3. Al-Adl (العدل) – Maha Adil
    Allah tidak menzalimi siapa pun, dan segala keputusan-Nya pasti adil.
  4. Al-Ghafur (الغفور) – Maha Pengampun
    Allah senantiasa membuka pintu ampunan bagi hamba-Nya yang bertaubat.
  5. As-Sami’ (السميع) – Maha Mendengar
    Allah mendengar setiap doa, keluhan, dan bisikan hati hamba-hamba-Nya.

 

Mengamalkan Asmaul Husna dalam Kehidupan

  • Dalam doa:
    Kita dianjurkan untuk menyebut nama Allah yang sesuai dengan permohonan kita. Misalnya, jika memohon ampunan, sebutlah “Ya Ghafur”.
  • Dalam perilaku:
    Kita bisa meneladani sifat-sifat Allah sesuai kemampuan manusia, seperti berlaku adil, sabar, penyayang, dan pemaaf.
  • Dalam pendidikan anak:
    Mengenalkan Asmaul Husna sejak dini akan menanamkan nilai-nilai tauhid dan kecintaan kepada Allah.

 

Mengenal Allah melalui Asmaul Husna adalah cara yang sangat mulia untuk memperdalam keimanan dan meningkatkan kedekatan kita dengan-Nya. Setiap nama dari Asmaul Husna adalah jalan untuk memahami kebesaran dan kasih sayang Allah dalam kehidupan ini.

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم:
"إِنَّ لِلَّهِ تِسْعَةً وَتِسْعِينَ اسْمًا، مِائَةً إِلَّا وَاحِدًا، مَنْ أَحْصَاهَا دَخَلَ الْجَنَّةَ."
(HR. Al-Bukhari no. 2736 dan Muslim no. 2677)

Artinya:
“Sesungguhnya Allah memiliki sembilan puluh sembilan nama, seratus kurang satu. Barang siapa menghafalnya (menghitung, memahami, dan mengamalkannya), ia akan masuk surga.”

Semoga kita menjadi hamba-hamba yang mencintai dan mengenal Allah dengan sebenar-benarnya melalui nama-nama-Nya yang mulia.

 


06 Juli, 2025

Gaya Hidup Halal di Era Modern

Dalam era modern yang serba cepat dan penuh kemudahan, umat Islam menghadapi berbagai tantangan dalam menjaga kehalalan hidup sehari-hari. Hal ini mencakup bukan hanya makanan dan minuman, tetapi juga pakaian, hiburan, keuangan, hingga interaksi sosial dan gaya hidup secara keseluruhan. Menjaga gaya hidup halal bukan hanya kewajiban syariat, tetapi juga cara menjaga keberkahan hidup dan kebahagiaan dunia-akhirat.

 

Pentingnya Gaya Hidup Halal

Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُلُوا مِن طَيِّبَاتِ مَا رَزَقْنَاكُمْ وَاشْكُرُوا لِلَّهِ إِن كُنتُمْ إِيَّاهُ تَعْبُدُونَ

“Wahai orang-orang yang beriman, makanlah dari rezeki yang baik (halal) yang Kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah.”
(QS. Al-Baqarah: 172)

Gaya hidup halal meliputi segala aspek kehidupan yang sesuai dengan aturan Islam. Halal bukan hanya soal makanan, tapi juga bagaimana mencari rezeki, bertransaksi, berpakaian, dan menjalani aktivitas sehari-hari. Rasulullah bersabda:

إِنَّ اللَّهَ طَيِّبٌ لَا يَقْبَلُ إِلَّا طَيِّبًا

“Sesungguhnya Allah itu baik dan tidak menerima kecuali yang baik (halal).”
(HR. Muslim)

 

Tantangan Gaya Hidup Halal di Era Modern

Di zaman modern, berbagai produk dan layanan sangat mudah diakses, namun tidak semuanya halal. Contohnya:

·         Makanan dan Minuman: Banyak produk makanan yang mengandung bahan haram seperti babi, alkohol, atau bahan yang tidak jelas sumbernya.

·         Keuangan dan Investasi: Fenomena pinjaman berbunga tinggi, investasi yang tidak sesuai syariat (riba), dan transaksi tidak transparan.

·         Hiburan dan Media Sosial: Konten yang bertentangan dengan nilai Islam, seperti pornografi, kekerasan, dan perilaku tidak sopan.

·         Pakaian dan Pergaulan: Tren fesyen dan pergaulan bebas yang seringkali bertentangan dengan norma kesopanan Islam.

 

Cara Menjalani Gaya Hidup Halal

1.      Memperkuat Ilmu dan Kesadaran
Penting bagi setiap Muslim untuk terus belajar mengenai hukum-hukum Islam terkait halal dan haram agar bisa memilih dengan bijak.

2.      Memilih Produk Halal
Saat ini banyak lembaga sertifikasi halal yang bisa menjadi panduan dalam memilih makanan, kosmetik, obat-obatan, dan produk lainnya.

3.      Menjaga Keuangan Syariah
Hindari riba dan transaksi yang tidak jelas kehalalannya. Gunakan produk keuangan syariah seperti tabungan dan investasi halal.

4.      Mengontrol Media dan Hiburan
Pilih konten yang mendidik dan positif, jauhi tayangan yang bisa merusak akhlak dan iman.

5.      Meneladani Rasulullah dan Sahabat
Gaya hidup Rasulullah adalah contoh utama dalam menjaga kesucian hidup. Akhlak mulia dan kebersihan diri harus menjadi ciri khas Muslim.

 

Keutamaan Gaya Hidup Halal

Menjalani hidup halal tidak hanya memberi ketenangan batin, tetapi juga membawa keberkahan dalam rezeki dan umur. Rasulullah bersabda:

لَنْ يَدْخُلَ الْجَنَّةَ لَحْمُ نَمَلَةٍ أَكَلَهُ الرَّجُلُ مِنْ حَرَامٍ

“Tidak akan masuk surga daging yang tumbuh dari hasil yang haram, neraka lebih layak baginya.”
(HR. Muslim)

 

Gaya hidup halal di zaman modern adalah tantangan sekaligus peluang bagi umat Islam untuk menegakkan syariat dengan cara yang bijak dan konsisten. Dengan ilmu, kesadaran, dan niat yang tulus, setiap Muslim dapat menjalani kehidupan yang diridhoi Allah dan mendatangkan kebahagiaan dunia dan akhirat.

 


Popular

Popular Posts

Blog Archive